You are on page 1of 16

Category Archives: PNC

Oct3

Infeksi Payudara pada Ibu Nifas


Posted on October 3, 2012 by bidangesot
Standard
BAB I
PENDAHULUAN

1. A.

LATAR BELAKANG

Perempuan mendapatkan anugerah untuk dapat hamil, melahirkan, dan menyusui.


Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu didunia berhasil menyusui
bayinya tanpa membaca buku tentang cara menyusui, bahkan ibu yang buta huruf
mampu untuk menyusui bayinya. Kebanyakan perempuan memilih untuk segera
menyusui bayinya setelah melahirkan dan pada minggu keenam masa nifas terdapat
kurang dari 60 persen perempuan yang masih menyusui bayinya ( Jones, 2002 ).
Persiapan memberikan ASI dilakukan sejak dalam masa kehamilan. Pada waktu hamil
payudara akan semakin penuh karena retensi air, lemak serta berkembangnya
kelenjar- kelenjar payudara sehingga terasa tegang dan nyeri. Bersama dengan
membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk proses menyusui makin
tampak. Hal itu tampak dari payudara semakin membesar, putting susu semakin
menonjol, areola mammae semakin menghitam ( mengalami hiperpigmentasi ) dan
pembuluh darah semakin tampak. Dalam rangka menyempurnakan pembentukan ASI
maka kedua payudara harus diperlakukan sama untuk menghindari terjadinya stagnasi
dan tersumbatnya saluran susu serta untuk menghindari kemungkinan infeksi
payudara ( Manuaba, 1998).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa
masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak
paham akan masalah itu, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak
saja. Masalah dari ibu yang sering timbul selama menyusui dapat dimulai sejak masa
kehamilan, pada masa pasca persalinan dini, dan masa pasca persalinan lanjut.
Masalah yang sering timbul pada masa kehamilan antara lain kurang / salah
informasi, putting susu tenggelam ( retracted ), atau putting susu datar. Sedangkan
masalah menyusui pada masa pasca persalinan dini antara lain putting susu datar
ataupun tenggelam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, dan
mastitis sampai terjadi abses payudara
( Suradi, 2004).

Salah satu masalah menyusui pada masa nifas adalah bendungan ASI ( engorgement
of the breast ). Bendungan ASI terjadi kerena penyempitan duktus laktiferus atau oleh
kelenjar- kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna karena kelainan pada
putting susu. Keluhan yang dirasakan antara lain payudara terasa berat, bengkak,
keras, dan nyeri. Pencegahan terjadinya bendungan payudara sebaiknya dimulai sejak
hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya masalah pada payudara
(Mochtar, 1998).
Salah satu cara mengatasi masalah menyusui tersebut dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara. Pendidikan
kesehatan merupakan salah satu upaya dalam informasi, pengetahuan pada
masyarakat untuk berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Dampak yang
timbul dari cara ini terhadap perilaku kesehatan masyarakat akan memakan waktu
lama. Namun apabila perilaku tersebut diadopsi masyarakat, maka akan langgeng
bahkan selama hidup dilakukan ( Notoadmojo, 2003 ). Pendidikan kesehatan pada
akhirnya bukan hanya meningkatkan pengetahuan atau kesadaran pada masyarakat
saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan.
1. B. TUJUAN
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan
ASI sesuai dengan prosedur penatalaksanaan pada masalah payudara bendungan ASI.
1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengkaji data subjektif maupun objektif pada ibu
nifas dengan bendungan ASI.
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data, menegakkan diagnosa,
mengenali masalah dan menentukan kebutuhan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa potensial pada ibu nifas
dengan bendungan ASI.
4. Mahasiswa mampu menentukan antisipasi tindakan segera dan
melaksanakannya pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
5. Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan pada ibu nifas dengan
bendungan ASI.
6. Mahasiswa mampu menentukan tindakan sesuai rencana yang dibuat.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
pada ibu nifas dengan bendungan ASI.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. A. TINJAUAN TEORI
1. 1. Anatomi Payudara
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada
anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu untuk
makan bayi.
1. Struktur makroskopis
1)

Cauda Axillaris

Cauda Axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke axilla.


2)

Areola

Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola
berwarna merah muda pada wanitayang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi
lebih gelap waktu hamil.
3)

Papilla Mammae

Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat.
Papilla mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun
atas jaringan erktil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.
Permukaan Papilla Mammae berlubang-lubang berupa ostium papillarre kecil-kecil
yang merupakan muara ductus lactifer.
1. Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah
jarinagn lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira
18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran
jaringan fibrosa.
Setiap lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
1) Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh
sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari
darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolus terdapat selsel mioepitel yang kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh
oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
2) Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.

3) Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer.
4) Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat
penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
1. 2. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli
melalui saluran susu menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke
dalam mulut bayi. Pengaruh hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan,
dimana yubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI
dalam sistem payudara (Saleha, 2009).
1. Produksi Air Susu Ibu
Prolaktin merupakan hormon yang disekresi oleh glandula pituitari anterior, penting
untuk produksi air susu ibu. Dalam sirkulasi maternal kadar hormon ini meningkat.
Kerja hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya pada akhir proses
persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai
tingkat pada dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin (verralls, 1997)
1. Pengeluaran Air Susu
1) Reflek Produksi
Hisapan bayi pada payudara merangsang produksi hormon prolaktin yang akan
menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan
disiapkan dalam lumen. Pembendungan ASI yang terjadi dalam alveolus akan
menyebabkan adanya penekanan pada pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan
penurunan prolaktin dalam darah sehingga sekresi ASI berkurang (Mommies, 2006)
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari kurang seringnya menyusui atau
memerah payudara, bayi tidak bisa menghisap secara efektif dan kurangnya gizi ibu.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah
frekuensi pemberian susu, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat melahirkan, usia
ibu dan paritas, stress dan penyakit akut, merokok, mengkonsumsi alkohol dan
penggunaan pil kontrasepsi (Saleha, 2009)
2) Reflek Let Down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan
menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal
di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan
proses produksinya dapat terhambat jika ibu lelah, merasa malu atau tidak pasti.

Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan
kemampuannya menyusui.
Faktor-faktor yang akan meningkatkan reflek let down antara lain : melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi
(saleha 2009).
1. 3. Masalah yang Sering Timbul Dalam Masa Laktasi
Masalah yang biasanya timbul dalam pemberian ASI yang disebabkan karena masalah
pada payudara antara lain : puting susu rata, puting susu lecet, bendungan payudara,
saluran ASI tersumbat, mastitis dan abses payudara. Dan masalah yang sering timbul
dari faktor bayi antara lain : bayi bingung puting dan enggan menyusu. Sedangkan
masalah lain yang sering timbul adalah adanya sindrom ASI kurang dan ibu bekerja
(sarwono, 2005).
1. 4. Engorgement
1. Pengertian
Engorgement yang biasa disebut dengan payudara bengkak disebabkan pengeluaran
ASI yang tidak lancar karena bayi tidak sering menyusu atau terlalu cepat disapih.
Dapat pula disebabkan adanya gangguan let down reflex (Sarwono, 2005).
1. Gejala
Gejala yang biasa muncul bila engorgement terjadi antara lain peyudara terasa penuh,
panas, berat dan keras, tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya
mengalir lancar dan kadang-kadang menetes keluar secara spontan, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sngat nyeri. Ibu kadangkadang menjadi demam, namun biasanya akan hilang dalam 24 jam (Tanaya, 2006).
1. Penyebab
1) Faktor Hormon
Proses pembentukan ASI dan pengeluaran ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan
hormon prolaktin. Ketika payudara mulai digunakan untuk menyusui, dibawah areola
terdapat saluran yang melebar yang disebut sinus lactiferus yang berfungsi untuk
menampung air susu (Rianto, 2009)
Setelah bayi lahir dan placenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 23 hari. Dengan ini fungsi dari hipotalamus yang menghalangi pituitary lactogenic
hormone
( prolaktin ) waktu hamil sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak
dikeluarkan lagi dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya
dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi
alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut (Sarwono, 2005)
2) Hisapan Bayi

Proses menyusui tergantung 2 reflek (Sarwono,2005), yaitu :


a)Reflek produksi
Hisapan bayi pada payudra merangsang produksi hormon prolaktin yang akan
menyebabkan sel-sel sekretori dan alveoli untuk memproduksi susu yang akan
disiapkan dalam lumen
b) Reflek let down
Hisapan bayi pada payudara dapat merangsang produksi hormon oksitosin yang akan
menyebabkan kontraksi sel yang terdapat dalam lumen, masuk ke dalam sinus lacteal
di daerah areola. Reflek let down ini sangat sensitif terhadap faktor kejiwaan ibu dan
proses reproduksinya dapat terhambat apabila ibu lelah, merasa malu, atau tidak pasti.
Produksi ASI akan lancar apabila ibu merasa bangga dan yakin akan kemampuannya
menyusui.
3) Pengosongan Payudara
Ketika susu mulai masuk menggantikan kolostrum pada hari setelah persalinan,
payudara akan menjadi lebih besar, lebih berat dan lebih empuk karena bertambahnya
getah bening dan suplai darah. Pada saat ini akan terjadi bendungan ASI apabila ibu
tidak cukup sering menyusui bayinya dalam jarak waktu yang lama dan jika
menghentikan penyusuan secara mendadak atau payudara tidak dikosongkan secara
memadai (Nellson,1995).
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
diusahakan ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara : pengeluaran ASI
dengan tangan dan pengeluaran ASI dengan pompa.
4) Cara Menyusui
Menyusui merupakan proses ilmiah dan kadang terlihat amat sangat sederhana,
namun bila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan terjadinya puting
susu lecet, air susu tidak keluar dengan sempurna sehingga akan terjadi
pembendungan air susu (Inggrid, 2006)
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami berbagai masalah,
hanya karena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya, seperti caranya menaruh
bayi pada payudara ketika menyusui, hisapan bayi yang mengakibatkan puting terasa
nyeri, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terlebih pada minggu pertama
setelah persalinan seorang ibu lebih peka dalam emosi. Untuk itu seorang ibu butuh
seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam
menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh
besar dalam kehidupannya atau orang yang disegani, seperti suami, keluarga/ kerabat
terdekat atau kelompok kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/ tenaga kesehatan
(Christine, 2005)

Saat kembali bekerja, usahakan memerah ASI dan kedua belah payudara minimal
empat jam sekali sebanyak tiga kali selama jam kerja (Saleha, 2009).
a)Posisi menyusui
Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat penting. Lecet pada puting susu dan
payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui, tetapi penyebab lecet
yang paling umum adalah posisi dan perlekatan yang tidak benar pada payudara
(Varney, 2007)
1.Posisi Madona ( menggendong )
Bayi berbaring miring, menghadap ibu, kepala, leher, punggung atas bayi diletakkan
pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudara jika diperlukan.
2. Posisi Menggendong menyilang
Bayi berbaring miring, menghadap ibu. Kepala, leher dan punggung atas bayi
diletakkan pada telapak kontralateral dan sepanjang lengan bawahnya. Ibu
menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3. Posisi football (atau mengempit)
Bayi berbaring miring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu.
Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi. Ibu menggunakan tangan sebelahnya
untuk memegang payudara.
4. Posisi Berbaring Miring
Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi paling
nyaman bagi ibu yang menjalani penyembuhan setelah melahirkan secara secsio
sesaria (Murkoff, 2002 )
b) Lama dan frekuensi menyusui
Rentang frekuensi menyusui yang optimal adalah antara 8-12x setiap hari. Tetapi
sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusi bayinya jika bayi menangis bukan karena
sebab lain (kencing, digigit semut/ nyamuk, BAB ) atau ibu sudah merasa ingin
menyusui bayinya.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam ( Inggrid, 2006 ).
Untuk menjaga keseimbangan kedua payudara diusahakan sampai payudara terasa
kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dari payudara yang
terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu mengunakan BH yang
dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

c. Pencegahan dan Penanganan Engorgement


Sekitar hari ketiga setelah melahirkan, sering kali payudara terasa penuh, tegang dan
nyeri. Kondisi ini disebabkan karena adanya bendungan pada pembuluh getah bening.
Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika keadaan ini berlanjut,
maka kulit payudara akan tampak lebih mengkilat dan sering ibu sampai mengalami
demam (Suradi 2008 )
1)

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya engorgement apabila memungkinkan, susukan ASI pada


bayi segera setelah lahir dengan posisi yang benar, menyusui bayi tanpa jadwal,
keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi,
melakukan perawatan payudara pasca melahirkan ( postpartum ) secara teratur serta
ibu merasa yakin akan kemampuannya menyusui bayinya dan memberikan ASI pada
bayinya.
2)

Pentalaksanaan

Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air hangat dan
dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk, minyak kelapa/baby oil secukupnya dan kapas)
1.
2.
3.
4.

Memberitahu ibu bahwa akan melakukan perawatan pada payudara ibu


Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan duduk tegak di kursi
Mengenakan satu handuk melintang di bawah payudara
Mencuci tangan, lalu menuangkan minyak ke kedua belah telapak tangan
secukupnya.
5. Melakukan masasse ringan dengan telapak tangan dari pangkal ke arah areola
6. Menekan areola dengan ibu jari pada sekitar areola bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi areola yang lain.
7. Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah
dan mengurangi rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin
untuk melancarkan aliran darah payudara
8. Mengeringkan payudara dengan handuk
9. Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
10. Membereskan alat dan mencuci tangan
Apabila bayi belum menyusui dengan baik atau kelenjar kelenjar tidak dikosongkan
dengan sempurna maka akan terjadi engorgement ( Hamilton, 1999 )
Macklin, 1988 dan Subekti, 2005 mengatakan bahwa pasangan yang bekerja
cenderung melakukan pembagian tugas tugas kewanitaan tradisional daripada
melakukan pembagian tugas tugas keluarga dimana salah satu pasangan atau
keduanya bekerja, khususnya dalam bidang perawatan anak.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya kesibukan keluarga
dalam pekerjaan akan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian dalam keluarga,
maka dengan adanya kesibukan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu
dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan
terjadinya peningkatan angka kejadian kasus engorgement.

Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh ibu nifas, antara lain ( Saleha, 2009) :
a) Kebutuhan Fisik
1.
2.
3.
4.

Istirahat cukup
Makan makanan yang bergizi
Sering menghirup udara segar
Lingkungan yang bersih

b) Kebutuhan Psikologi
Stress setelah melahirkan dapat distabilkan dari dukungan keluarga yang
menunjukkan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
c) Kebutuhan Sosial
Adanya informasi konkret yang sangat berharga dari ibu ibu yang berpengalaman
sehingga ibu ibu yang kurang atau tidak berpengalaman dapat meniru tindakan ibu
yang dianggap baik.
d) Dukungan Psikososial
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. A.

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGI HARI KETIGA DENGAN


PAYUDARA BENGKAK PADA NY S USIA 34 TAHUN P3Ab2Ah3 DI BPS
Tempat Praktek

Nomor MR

Tanggal/jam

S Identitas Pasien
IBU
Nama
Umur
Agama

SUAMI
: Ny. S

Tn. D

: 34 tahun

34 tahun

: Islam

Islam

Suku

: Jawa / Indonesia

Jawa / Indonesia

Pendidikan

: SMP

SMP

Pekerjaan

: Swasta

Swasta

Alamat

Anamnese
1. Alasan kunjungan
Ibu nifas hari ketiga mengatakan payudara kanan dan kiri terasa penuh dan nyeri
1. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali.Kawin pertama umur 23 tahun. Dengan suami sekarang 10 tahun.
1. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari.Teratur. Lama & hari. Encer. Bau amis. Tak
Dismenore. HPM : 13 Desember 2010. HPL : 20 September 2010
1. Riwayat Obstetri
P3 Ab2 Ah3

Hamil ke

Persalinan
UK

Jenis

Tgl lahir

BB Lahir
Oleh

(mg)

Nifas

Komplikasi

JK

Laktasi

Petrsalinan

Komplikasi

(gram)
Ibu

Bayi

th 1998

39

spontan

dukun

tidak ada

tidak ada

laki2

3100

ya,asi eksklusif

tidak ada

th 1999

12

abortus

dokter

tidak ada

tidak ada

th 2003

39

spontan

dukun

tidak ada

tidak ada

laki2

3500

ya,asi eksklusif

tidak ada

th 2008

12

abortus

dokter

tidak ada

tidak ada

21/09/10

+1
40

spontan

bidan

tidak ada

tidak ada

laki2

3700

ya, untuk saat ini

tidak ada

hanya ASI

1. Riwayat Kontrasepsi
No JenisAlkon Mulai memakai
Berhenti / Ganti Cara
Tgl
Oleh Tempat Keluhan Tgl
Oleh Tempat Keluhan

Pil
Th1998 bidan BPS
1. Riwayat Kesehatan

tidak ada

Th1998 Bidan BPS

tidak ada

Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak menderita penyakit seperti darah
tinggi, gula, jantung, asma, dan penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, hepatitis
B.
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Masa Kehamilan

: 40+1 minggu

Tempat Persalinan

: BPS Sutimah, oleh : bidan

Jenis persalinan

: spontan

Komplikasi

: tidak ada

Plasenta

: lengkap, lahir spontan

Kelainan

: tidak ada

Perineum

: rupture derajat 2

Perdarahan

: kala I

kala II

:-

kala III

: 70 cc

kala IV

: 100 cc

:-

1. Keadaan BBL
Lahir tanggal

: 21September 2010 jam 00.50 WIB

PB/BB

: 49 cm/3700 gram

Cacat bawaan

: tidak ada

1. Riwayat post partum


1. Nutrisi
Makan : 3x per hari ; nasi, sayur, lauk, buah
Minum: 9x per hari ; air putih, susu, teh
1. Eliminasi,
BAB : 1x per hari

BAK : 5x per hari


1. Istirahat : jam siang, 7 jam malam
2. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 x perhari, ganti celana dalam 3 x perhari, ganti pembalut 3 x
perhari, cebok dari depan ke belakang
1. Ambulasi
Ibu sudah bisa jalan-jalan
1. Laktasi
Asi keluar lancar, payudara terasa tegang dan penuh
1. Riwayat Psikososial
1. Pengetahuan ibu tentang proses menyusui
Ibu mengatakan menyusui bayinya dengan posisi duduk ditempat tidur
1. Pengalaman ibu menyusui pada persalinan yang lalu
Ibu mengatakan pengalaman waktu menyusui pada persalinan yang lalu belum pernah
mengalami payudara yang penuh dan terasa nyeri
O

Pemeriksaan Umum
KU

: baik

Kesadaran

: CM

BB

: 65kg

Suhu

: 37o C

TD

: 110/70 mmHg

Nafas

: 20 x permenit

Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
Mata

: Sklera putih, konjungtiva merah

muda, tidak ada odem palpebra


Wajah

: Segar, tidak pucat, tidak ada odem

Mulut
caries gigi

: Bibir lembab, warna merah muda, tidak ada stomatitis, tidak ada

1. Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid/limfe, tidak ada

bendungan vena jugularis


1. Payudara
Bentuk
keras

: simetris, membesar, payudara kanan dan kiri tegang dan agak

Puting susu

: bersih, menonjol

Asi

: keluar lancar
1. Abdomen

Bentuk

: dinding perut longgar

Bekas luka

: tidak ada

TFU

: pertengahan pusat dengan simfisis, teraba keras, kontraksi baik

1. Ekstermitas
Odem

: tidak ada

Varises

: tidak ada

Reflek patella

:+/+

1. Genetalia luar
Odem

: tidak ada

Varises

: tidak ada

Bekas luka

: jahitan perineum

Jahitan

: masih basah

Sekret
: pengeluaran lochea sanguinolenta, berwarna merah, bau amis
khas darah, jumlah satu kali ganti pembalut
1. Anus
A

: tidak ada hemoroid


Tanggal 23 September 2010
1. Diagnosa kebidanan

Seorang Ny S umur 34 tahun P 3 Ab 2 Ah 2 nifas hari ke tiga, dengan payudara


bengkak, kontraksi baik , TFU pertengahan pusat dengan simpisis, lochea
sanguinolenta
1. Diagnosa potensial
Payudara bengkak karena produksi ASI yang terlalu banyak potensial menjadi
mastitis payudara bila tidak segera ditangani
P

Tanggal 23 September 2010


1. Memberitahukan kepada ibu bahwa kondisi ibu baik, rahim dalam
proses kembali ke keadaan sebelum hamil, dan payudara kanan dan
kiri mengalami pembengkakan.Ibu mengerti keadaannya bahwa
payudaranya bengkak
2. Melakukan perawatan pada payudara bengkak, serta mengajarkan pada ibu.
Mempersiapkan alat (2 buah kom sedang masing-masing diisi dengan air
hangat dan dingin, 2 buah waslap, 2 buah handuk, minyak kelapa/baby oil
secukupnya dan kapas)
3. Memberitahu ibu bahwa akan melakukan perawatan pada payudara ibu
4. Meminta ibu untuk melepas pakaian atas dan duduk tegak di kursi
5. Mengenakan satu handuk melintang di bawah payudara
6. Mencuci tangan, lalu menuangkan minyak ke kedua belah telapak tangan
secukupnya.
7. Melakukan masasse ringan dengan telapak tangan dari pangkal ke arah areola
8. Menekan areola dengan ibu jari pada sekitar areola bagian atas dan jari
telunjuk pada sisi areola yang lain.
9. Mengompres dengan air hangat untuk mengurangi stasis pada pembuluh darah
dan mengurangi rasa nyeri, dilakukan selang-seling dengan kompres dingin
untuk melancarkan aliran darah payudara
10. Mengeringkan payudara dengan handuk
11. Merapikan ibu dan membantu ibu memakai pakaian
12. Membereskan alat dan mencuci tangan

Perawatan payudara sudah dilakukan


1. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar dan menganjurkan ibu
untuk melakukan perawatan seperti yang sudah dilakukan di rumah untuk
mengatasi payudara bengkak yang dialami ibu. Lakukan sesuai kebutuhan /
sampai ibu merasa nyaman. Serta menganjurkan ibu untuk menyusui lebih
sering dan lebih lama pada payudara yang bengkak untuk melancarkan aliran
ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Ibu dapat menjelaskan kembali, dan akan melakukannya di rumah.
1. Memberitahu ibu bahwa jahitannya masih basah dan menganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan alat kelamin dengan cara : cebok dengan sabun kemudian
dibilas degan air mengalir sampai bersih dari depan ke belakang, kompres
jahitan dengan kassa betadin 1-2 menit / terasa perih supaya jahitan lekas

kering dan tak infeksi, ganti pembalut sebelum penuh, serta tidak terlalu sering
menyentuh jahitan.
Ibu mengerti cara menjaga kebersihan alat kelamin dan akan melaksanakan sesuai
anjuran bidan.
1. Melakukan kontrak kunjungan ulang tanggal 29 September 2010 untuk
kontrol nifas dan mengimunisasikan bayinya atau jika ada keluhan.
Ibu bersedia kontrol nifas dan mengimunisasikan anaknya.

1. B.

PEMBAHASAN

Dari pengkajian data subjektif didapat informasi bahwa payudara terasa penuh dan
nyeri,serta dalam data objektif didapatkan hasil pemeriksaan bahwa payudara kanan
dan kiri tegang dan agak keras yang merupakan ciri-ciri payudara bengkak sehingga
diagnose kebidanannya adalah Seorang Ny S umur 34 tahun P3 Ab2 Ah2 nifas hari ke
tiga, dengan payudara bengkak, kontraksi baik , TFU pertengahan pusat dengan
simpisis, lochea sanguinolenta.
Dari diagnosa kebidanan yang tepat, maka planning yang dibuat bisa tepat dalam
mengatasi masalah. Cara mengatasi payudara bengkak yang dilakukan pada pasien
sudah sesuai dengan teori.

BAB IV
PENUTUP

1. A.

KESIMPULAN

Dari hasil asuhan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa asuhan yang
diberikan sesuai dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara
bengkak
:
1. Pengkajian data dilakukan secara menyeluruh yang meliputi identitas,
anamnesa, data subjektif dan objektif.
2. Hasil pemeriksaan didapat TD : 110/70 mmHg, R : 20x/menit, S : 36,7 oC,
TFU : pertengahan pusat dengan sympisis, lochea sanguinolenta.
3. Berdasarkan pengkajian dan pemeriksaan dapat ditentukan diagnosa
kebidanannya adalah Ny S umur 34 tahun P 3 Ab 2 Ah 3 nifas hari ke tiga,
dengan payudara bengkak, kontraksi baik, TFU pertengahan pusat dengan
simpisis, lochea sanguinolenta
4. B. SARAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan payudara bengkak,
penulis menyarankan agar :
1. Bagi pasien :
Agar ibu jangan sampai takut menyusukan ASInya pada payudara yang bengkak
supaya menurunkan ketegangan payudara serta lebih sering menyusui bayinya (on
demand)
1. Bagi mahasiswa dapat menerapkan segala pengetahuan yang didapatkan baik
yang di kampus maupun yang di lapangan.
sumber:
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, dkk. 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yay

You might also like