Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sel merupakan satuan struktural terkecil fungsional mahluk hidup dimana
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku dari masingmasing mahluk hidup.Maka dari itu penulis ingin sedikit menguraikan yang berkaitan
dengan sel diantaranya protoplasma. Untuk dikatakan sebagai benda hidup, makhluk hidup
atau organisme bernyawa diperlukan pemenuhan ciri-ciri diantaranya yakniterdapat
protoplasma
Protoplasma merupakan suatu bagian yang terdiri atas bahan yang kompleks dan
terlindung dengan baik.Protoplasma biasa dikenal dengan sebutan sel. Berbeda dengan
benda tak hidup atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma.Lihat saja batu atau
komputer yang tidak memiliki protoplasma atau sel, sehingga disebut dengan benda
mati.Sel hidup harus memiliki protoplas, yaitu bagian sel ada di bagian dalam dinding sel.
Protoplasma dibedakan atas komponen protoplasma dan non protoplasma.
Komponen protoplasma yaitu terdiri atas membran sel, inti sel, dan sitoplasma
(terdiri dari organel-organel hidup).Komponen non protoplasma dapat pula disebut sebagai
benda ergastik.
1.2.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.2.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Protoplasma
1.2.2. Untuk mengetahui konsep dasar fisika dan kimia protoplasma
1.2.3. Untuk mengetahui konsep dasar enzym, sifat enzym, dan mekanisme kerja
enzyme
1.3.
Manfaat Penulisan
Pentingnya permasalahan yang ada untuk dijawab melalui penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang Sifat Faal Protoplasmasehingga
bermanfaatsebagai bahan rujukan bagi para pelajar atau masyarakat akademis yang akan
mempelajari tentang materi tersebut.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Protoplasma
Penomena biologis tidak terlepas dari proses kimia dan fisika begitu pula
protoplasma yang memiliki sifat faal protoplasma. Komposisi kimiawi protoplasma
kurang lebih tersusun dari 36 unsur kimia diantaranya Hidrogen dan Oksigen.
Presentase senyawa-senyawa dalam protoplasma
Senyawa organis
Senyawa anorganis
Protein
15%
Air
78 %
Lipid
4,5 %
Garam-garam mineral
1%
Karbohidrat
1,4 %
Beaver dan Noland, 1966.
Tabel 2.1. Presentase Senyawa - Senyawa Dalam Protoplasma
Umumnya 80% protoplasma tersusun atas air yang merupakan senyawa penting.
Air merupakan senyawa solvent dimana kebanyakan senyawa-senyawa lain larut atau
terdapat bebas, saling memengaruhi. Selain itu air juga merupakan medium dimana proses
kehidupan berlangsung ( Radiopoetro, 1996)
Protoplasma merupkan substansi dasar kehidupan yang terdapat pada semua sel
makhluk hidup yang memegang peranan penting dalam proses biosintesa dan bioenergi.
Sifat kimia protoplasma
protoplasma, adapun senyawa-senyawa tersebut antara lain Air 78,3%, protein 15,2%,
lipida 4,8%, karbohidrat 1,4%. Jumlah masing-masing senyawa tersebut bervariasi
tergantung dari jenis dan umur sel. Fungsi air ialah sebagai pelarut yang baik bagi
senyawa organik maupun anorganik, sebagai medium dispersi, pelarut elektrolit,
mempertinggi tegangan permukaan, membantu berlangsungnya reaksi dalam metabolisme,
transportasi zat makanan.
Elemen utama sebuah sel adalah protoplasma.Protoplasma pada semua sel terdiri
atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik / komponen organik.Dari
reaksi reaksi kimia yang terjadi antara senyawa senyawa inilah yang mengakibatkan
adanya gejala - gejala kehidupan di protoplasma.Gejala kehidupan itu misalnya
metabolisme, tumbuh, bergerak, berkembang biak, sirkulasi zat, dan lain - lain.
Misalnya
yang
mudah
respirasi,
fotosintesis,
sintesis
lemak,
dan
lain
jelas
presentasenya
ini
kami
sajikan
sampai
berapa
Berikut tabel analisis yang ada komponen / unsur unsur penyusun protoplasma.
Unsur
Presentase
Oksigen (O)
62 %
Karbon ( C )
20 %
Hidrogen ( H )
10 %
Nitrogen ( N )
3%
Kalsium ( Ca )
2,5 %
Pospor ( P )
1,14 %
Klor ( Cl )
0, 16 %
Sulfur ( S )
0, 14 %
Kalium ( K )
0,11 %
Natrium ( Na )
0,10 %
Magnesium ( Mg )
0, 07%
Besi ( Fe )
0,10 %
Yodium ( I )
0, 014 %
Tabel 2.2. Analisis Unsur - Unsur Penyusun Protoplasma
Jadi analisa abu bisa digunakan untuk mengetahui bahwa protoplasma tidak hanya
tersusun atas air, namun juga senyawa diluar air, adanya senyawa diluar air, dengan
menghilangkan air nya secara otomatis tersisa abu, abu itulah setelah dianalisa tersusun
atas unsur unsur diatas, unsur itu dipastikan penyusun Karbohidrat (CHO), lemak (CHO)
dan Protein (CHON)..
Air merupakan komponen sel yang dominan berfungsi sebagai bahan pengsuspensi
zat-zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak, dan pati. Dalam hal tersebut,
air merupakan medium dispersi dari sistem koloid protoplasma.
2.2. Enzim
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup.
Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masing-masing
berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup. Sintesis enzim terjadi di
5
dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diperoleh dengan ekstraksi dari jaringan tanpa
merusak fungsinya.
Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik
sederhana yang umumnya dapat mengatalisis berbagai reaksi kimia, Enzim memiliki
spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat) maupun jenis reaksi yang
dikatalisiskan. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan
bekerja pada suatu susbstrat tertentu. Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi
yang luar biasa tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan
encer pada keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal. Hanya sedikit
katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat demikian.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Pengertian Protoplasma
Protoplasma (Latin, proto = pertama, plasma = substansi); substansi dasar
kehidupan yangterdapat pada semua sel makhluk hidup Yang memberi nama; Purkinye
(1840).Nukleoplasma : plasma yang terdapat di dalam inti sel.Sitoplasma : plasma yang
terdapat di antara membran plasma dengan membran nukleus.Sitoplasma memegang
peranan vital pada semua sel makhluk hidup sebab semua proses biosintesa & bioenergi
terjadi di dalam sitoplasma.Sitoplasma terdiri dari 2 bagian; matrix (tampak transparan,
homogen dan menyerupai koloiddan organel)
3.2.
Presentase
Oksigen (O)
62 %
Karbon ( C )
20 %
Hidrogen ( H )
10 %
Nitrogen ( N )
3%
Kalsium ( Ca )
2,5 %
Pospor ( P )
1,14 %
Klor ( Cl )
0, 16 %
Sulfur ( S )
0, 14 %
Kalium ( K )
0,11 %
Natrium ( Na )
0,10 %
Magnesium ( Mg )
0, 07%
Besi ( Fe )
0,10 %
Yodium ( I )
0, 014 %
ii.
iii.
Air dalam bentuk bebas mencakup 95% dari total air di dalam sel.
iv.
Umumnya air berperan sebagai pelarut dan sebagai medium dispersi sistem
koloid. Air dalam bentuk terikat mencakup 4-5% dari total air di dalam sel
v.
Kandungan air pada berbagai jenis sel bervariasi diantara tipe sel yang berbeda.
8
vi.
Kandungan air (persen dari berat basah total) pada hati tikus 672%, otot rangka
tikus 76% , telur bintang laut 77%, E. coli 73%, dan biji jagung 13% tentu
berbeda beda karena lingkungan dan perannya
vii.
viii.
Di dalam sel hidup, kebanyakan senyawa biokimia dan sebahagian besar dari
reaksi-reaksinya berlangsung dalam lingkungan cair.
ix.
Air berperan aktif dalam banyak reaksi biokimia dan merupakan penentu penting
dari sifat-sifat makromolekul seperti protein
x.
Karena struktur Air mempunyai produk ionisasinya seperti ion O+ dan H maka
sangat mempengaruhi berbagai sifat komponen penting sel seperti enzim, protein,
asam nukleat, dan lipida.
xi.
Hal yang sering muncul sebagai contoh, aktivitas katalitik enzim sangat
tergantung pada konsentrasi ion H+ dan OH-
xii.
Karena itulah , semua aspek dari struktur dan fungsi sel harus beradaptasi dengan
sifat-sifat fisik dan kimia air.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa air merupakan komponen sel yang dominan
dan berfungsi untuk :
i. Pelarut berbagai zat organik dan anorganik, misalnya berbagai jenis ion-ion,
glukosa, sukrosa, asam amino, serta berbagai jenis vitamin.
ii. Bahan pengsuspensi zat-zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak,
dan pati. Dalam hal tersebut, air merupakan medium dispersi dari sistem koloid
protoplasma.
iii. Air merupakan media transpor berbagai zat yang terlarut atau yang tersuspensi
untuk berdifusi atau bergerak dari suatu bagian sel ke bagian sel yang lain.
iv. Air merupakan media berbagai proses reaksi-reaksi enzimatis yang berlangsung di
dalam sel.
v. Air digunakan untuk mengabsorbsi panas dan mencegah perubahan temperatur
yang drastis atau mendadak di dalam sel.
vi. air sebagai bahan baku untuk reaksi hidrolisis dan sintesis karbohidat . misal dalam
fotosintesis
B. Garam- Garam Mineral
Garam-garam yang terdapat pada protoplasma ada dalam bentuk ion bebas ada juga
yang terikat pada molekul lain misalnya dengan molekul protein atau lemak.Garam-garam
ini berfungsi mengatur tekanan osmotik sedangkan ion-ion garam menentukan struktur
makromolekul.Contoh : garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat dari kalsium, natrium dan
magnesium.
a. Kandungan garam-garam mineral pada berbagai tipe sel sangat bervariasi
b. Di dalam sel, garam-garam mineral dapat mengalami disosiasi menjadi anion
dan kation.
c. Bentuk-bentuk anion dan kation tersebut dinamakan ion.
d. Ion-ion dapat terlarut di dalam cairan sel atau terikat secara khusus pada
molekul-molekul lain seperti protein dan lipida.
Secara umum, garam-garam mineral memiliki dua fungsi yaitu :
a. Fungsi osmosis, dalam arti bahwa konsentrasi total garam-garam terlarut
berpengaruh terhadap pelaluan air melintasi membran sel
b. Fungsi yang lebih spesifik, yaitu peran seluler setiap ion terhadap struktur dan
fungsi dari partikel-partikel seluler dan makromolekul.
Berbagai jenis garam-garam mineral sangat penting untuk kelangsungan aktivitas
metabolisme sel, misal-nya ion Na+ dan K+,ion Na+ dan K+, berperan dalam memelihara
tekanan osmosis dan keseimbangan asam basa cairan sel.Retensi ion-ion menghasilkan
10
peningkatan tekanan osmosis sebagai akibat masuknya air ke dalam sel.Ion-ion kalsium
dijumpai dalam sirkulasi darah dan di dalam sel.Di dalam tulang, ion-ion kalsium
berkombinasi dengan ion-ion fosfat dan karbonat membentuk kristalin.Fosfat dijumpai di
dalam darah dan di dalam cairan jaringan sebagai ion-ion bebas, tetapi fosfat di dalam
tubuh banyak terikat dalam bentuk fosfolipida, nukleotida, fosfoprotein, dan gula-gula
terfosforilasi (De Robertis et al., 1975).
Di dalam sel juga terkandung berbagai jenis gas yang berasal dari lingkungan atau
dihasilkan oleh metabolisme sel.Beberapa gas yang terdapat di atmosfer dapat masuk ke
dalam sel misalnya gas oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan gas nitrogen (N2).Di
dalam sel, oksigen berperan untuk mengoksidasi bahan-bahan makanan.Karbon dioksida
selain berasal dari lingkungan luar, juga dihasilkan dalam oksidasi bahan makanan sebagai
hasil sampingan.
C. Senyawa Anorganik Yang Berbentuk Gas
Gas yang terdapat pada protoplasma berbentuk larutan; gas Oksigen (O 2), Nitrogen
(N2) dan gas asam arang (CO2).Gas O2 pada suhu 250C dan tekanan/ atmosfir pada air
murni dapat larut 2,83 ml O 2/100 ml air.Kelarutan gas CO2 dalam air agak lain. Beberapa
molekul gas CO2 yang larut dapat bereaksi dengan air.
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 H+ + HCO3Asam karbonatdan Asam bikarbonat. CO2 dapat bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat yang selanjutnya mengalami disosiasi membentuk ion hidrogen dan
bikarbonat dengan reaksi sebagai berikut :
CH12O6 + 6 CO2 --------> 6 H2O + 6 CO2 + Energi
CO2 + H2O -------> H2CO3
H2CO3 ---------> H+ + HCO3Umumnya karbon dioksida di dalam sel berada dalam bentuk bikarbonat ataukarbonat
11
A. Karbohidrat
Sangat vital untuk proses-proses fisiologi di dalam sel makhluk hidup.Berdasarkan
fungsinya, dikelompokkan menjadi;
a. Karbohidrat yang sederhana sebagai sumber energi di dalam sel
b. Karbohidrat yang berantai panjang sebagai cadangan energi
c. Karbohidrat yang berantai panjang sebagai komponen struktural organel dan
bagian sel lainnya.
Empat kelompok besar Karbohidrat :
a. Monosakarida (Triosa (3 C), Tetrosa (4 C), Pentosa (5 C), Heksosa (6 C).
b. Disakarida (mengandung 2 molekul monosakarida; sukrosa, maltosa & laktosa).
c. Oligosakarida (golongan ini merupakan zat-zat yang menghasilkan 3-10
monosakarida pada hidrolisa).
d. Polisakarida (Amilum, Glikogen, Inulin, Selulosa, Heteropolisakarida (Kitin,
Chondroitin sulfat, heparin, mucoprotein & glycoprotein).
B. Lipida
Lipida : persenyawaan organik yang banyak terdapat pada sel makhluk hidup yang
mempunyai sifat tidak larut di dalam air tetapi dapat larut pada pelarut organik misalnya
eter, kloroform, alkohol panas dan benzen. Lemak adalah non polar dan hidrophobi.Pada
sel makhluk hidup lemak berfungsi sebagai struktural misalnya komponen membran
plasma, hormon, vitamin.Juga berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan energi sel
makhluk hidup.
Lipida dapat diekstraksi dari jaringan sel tumbuhan maupun hewan dengan
menggunakan pelarut lemak. Hasil ekstraksi menghasilkan campuran lemak yang
12
b.
RNA
Mengandung gula Ribosa
Mengandung molekul asam fosfat yang
menghubungkan gula yang satu dengan
gula lainnya.
Terdiri dari 1 rantai nukleotida
Molekulnya mengandung 4 macam
nukleotida yaitu uridinmonopospat, sitidin
monopospat, guanin monopospat &
adenosin monopospat
Berperan membawa informasi genetik
pada sintesa protein
Terdapat pada nukleolus, nukleoplasma &
sitoplasma
c.
d.
e.
f.
DNA
a. Mengandung gula deoksi Ribosa.
b. Mengandung asam Fosfat yang
menghubungkan gula yang satu dengan gula
lainnya.
c. Terdiri dari 2 rantai nukleotida (double helix)
d. Molekulnya mengandung 4 macam nukleotida
yaitu timin monopospat, deoksisitidin
monopospat, deoksiguanosin monopospat dan
deoksiadenosin monopospat
e. Merupakan material genetic
f.Terdapat pada kromosom, nukleoplasma &
mitokondria
3.3.
A. Proses Pasif
Difusi yaitu proses perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Difusi berfasilitas yaitu difusi yang memlalui membrane selektif permiabel dengan
bantuanprotein integral sebagai karier.Osmosis yaitu perpindahan molekul air dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui membrane semi permeable.
Filtrasi yaitu pergerakan molekul air dan zat terlarut dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan rendah melalui selaput selektif permeable.
B. Proses Aktif
Transfor aktif yaitu pengangkutan zat melalui membrane dari daerah berkonsentrasi
rendah ke tinggi dengan bantuan energy (ATP).Fagositosis yaitu proses pemasukan
substansi padat ke dalam sel (melalui membran). Pinositosis yaitu proses pemasukan
(endositosis) substansi cair pada sel.
3.4.
sitoplasma.
Metabolisme merupakan kegiatan hidup yang mencakup tiga fungsi pokok yaitu :
a. Nutrisi
b. Respirasi
c. Sintesis.
Bahan mentah dari lingkungan diolah dalam tubuh tumbuhan sehingga
menghasulkan substansi-substansi penyusun tubuh,penunjang kegiatan dalam tubuh dan
bahan sisa.Dengan demikian, substansi ergastik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok
yaitu :
a. Produk berupa makanan
b. Produk berupa sekresi
18
Enzim
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan
urutan-urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari reaksi yang sangat
sederhana seperti replikasi kromosom sampai ke reaksi yang sangat rumit, misalnya reaksi
yang menguraikan molekul nutrient; menyimpan; dan mengubah energi kimiawi. Masingmasing reaksi dikatalisis oleh sejenis enzim tertentu. Di antara sejumlah enzim tersebut,
ada sekelompok enzim yang disebutenzim pengatur (enzim allosterik).Enzim dapat
mengenali berbagai isyarat metabolis yang diterima. Melalui aktivitasnya, enzim pengatur
mengkoordinasikan sistem enzim dengan baik, sehingga menghasilkan hubungan harmonis
diantara sejumlah aktivitas metabolis yang berbeda.
Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan
penyakit. Analisis enzim dalam serum dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit,
seperti: infarktus otot jantung, prostat, hepatitis, dan lain-lain. Ditemukannya suatu enzim
dalam darah dengan tingkat berlebihan seringkali menunjukkan adanya kerusakan sel di
dalam organ yang sakit. Penyakit tertentu seperti hepatitis terinfeksi menyebabkan jaringan
hati mengalami kerusakan akibat infeksi, sehingga terjadi pelepasan enzim hati ke dalam
darah.
19
20
Enzim Konjugasi
Enzim
Protein +
Bukan Protein
Bukan protein =
Gugus prostetik
Protein = apoenzim
Anorganik = kofaktor
Organik= Koenzim
Hal yang berkaitan dengan enzim dipelajari dalam enzimologi. Dalam dunia
pendidikan tinggi, enzimologi tidak dipelajari tersendiri sebagai satu jurusan tersendiri
tetapi sejumlah program studi memberikan mata kuliah ini. Enzimologi terutama dipelajari
dalam kedokteran, ilmu pangan, teknologi pengolahan pangan, dan cabang-cabang ilmu
pertanian
Substrat adalah substansi yang mengalami perubahan kimia setelah bercampur
dengan enzim, sedangkan produkadalah substansi baru yang terbentuk setelah reaksi
mencapai keseimbangan. Apoenzimbagian enzim yang merupakan protein, mempunyai
struktur 3 dimensi. Pada enzim tersebut sangat penting untuk aktifitas kalalisis, oleh karena
itu perubahan konformasi yang sedikit saja pada struktur enzim akan mempengaruhi
aktifitasnya. Seperti protein pada umumnya enzim dapat mengalami denaturasi oleh
berbagai faktor, seperti : perubahan pH yang mencolok, temperatur, pelarut organik, urea
dan dapat dihambat oleh racun enzim.
3.5.3. Sifat- Sifat Enzim
Sifat enzim yang sangat penting adalah tingginya efisiensi dan derajat spesifitas
katalitik enzim terhadap substrat. Efisiensi katalitik enzim berkaitan dengan orientasi
optimum gugus aktiv enzim dan substrat. Orientasi keduanya sangat mendukung sehingga
21
saat terjadi reaksi tidak memerlukan energy yang besar untuk mengatur posisi. Spesifitas
enzim berkaitan dengan reaksi enzim yang sangat spesifik, satu enzim hanya akan bereaksi
dengan satu substrata tau setiap enzim menyebabkan satu perubahan satu langkah pada
substratnya.
Enzim memiliki beberapa kekhususan dalam mengkatalisis satu reaksi substrat
menjadi produk. Pertama adalah kekhususan mutlak yaitu kekhususan enzim yang
mempunyai sisi aktif tertata baik dan kaku sehingga enzim tersebut hanya mampu
mengkatalisis satu reaksi substrat menjadi produk. Kedua, kekhususan nisbi yaitu
kekhususan enzim yang dapat mengkatalisis jenis reaksi sama dengan lebih dari satu
substrat yang memiliki kemiripan struktur. Kekhususan ini memerlukan sisi aktif enzim
yang lebih luwes. Ketiga, enzim memiliki kekhususan ruang yaitu kekhususan enzim
dalam membedakan gugus kimia yang sama pada suatu substrat. Misalnya gliserolkinase
(katalisis gliserol menjadi gliserolfosfat dan ATP sebagai donor fosfat) yang secara teori
dapat memindahkan gugus fosfat ke gugus hidroksil karbon, menghasilkan stereoisomer D
dank e gugus hidroksil karbon 3 menghasilkan stereoisomer L dengan peluang yang sama.
Namun kenyataannya yang terbentuk selalu dan hanya isomer L.
22
Enzim
Substrat
Gambar 3.10. Model EmzimLock and Key
Enzim sangatlah spesifik. Pada tahun 1894, Emil Fischer mengajukan bahwa hal ini
dikarenakan baik enzim dan substrat memiliki bentuk geometri yang saling memenuhi. Hal
ini sering dirujuk sebagai model "Kunci dan Gembok". Manakala model ini menjelaskan
kespesifikan enzim, ia gagal dalam menjelaskan stabilisasi keadaan transisi yang dicapai
oleh enzim. Model ini telah dibuktikan tidak akurat, dan model ketepatan induksilah yang
sekarang paling banyak diterima.
23
Pada tahun 1958, Daniel Koshland mengajukan modifikasi model kunci dan gembok: oleh
karena enzim memiliki struktur yang fleksibel, tapak aktif secara terus menerus berubah
bentuknya sesuai dengan interaksi antara enzim dan substrat. Akibatnya, substrat tidak
berikatan dengan tapak aktif yang kaku. Orientasi rantai samping asam amino berubah
sesuai dengan substrat dan mengijinkan enzim untuk menjalankan fungsi katalitiknya.
Pada beberapa kasus, misalnya glikosidase, molekul substrat juga berubah sedikit ketika ia
memasuki tapak aktif. Tapak aktif akan terus berubah bentuknya sampai substrat terikat
secara sepenuhnya, yang mana bentuk akhir dan muatan enzim ditentukan.
24
3.5.7. Inhibisi
Inhibitor kompetitif mengikat enzim secara reversibel, menghalangi pengikatan
substrat. Di lain pihak, pengikatan substrat juga menghalangi pengikatan inhibitor. Substrat
dan inhibitor berkompetisi satu sama lainnya.
25
sangat mirip dengan substrat asli enzim. Sebagai contoh, metotreksat adalah
inihibitor kompetitif untuk enzim dihidrofolat reduktase.
Kemiripan antara struktur asam folat dengan obat ini ditunjukkan oleh
gambar di samping bawah. Perhatikan bahwa pengikatan inhibitor tidaklah perlu
terjadi pada tapak pengikatan substrat apabila pengikatan inihibitor mengubah
konformasi enzim, sehingga menghalangi pengikatan substrat. Pada inhibisi
kompetitif, kelajuan maksimal reaksi tidak berubah, namun memerlukan
konsentrasi substrat yang lebih tinggi untuk mencapai kelajuan maksimal tersebut,
sehingga meningkatkan Km.
a. Inhibitor non-competitive
Inhibitor non-kompetitif dapat mengikat enzim pada saat yang sama substrat
berikatan dengan enzim. Baik kompleks EI dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor
tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi substrat, Vmax reaksi berubah.
Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km tetaplah sama.
b. Inhibisi campuran
Inhibisis jenis ini mirip dengan inhibisi non-kompetitif, kecuali kompleks
EIS memiliki aktivitas enzimatik residual. Pada banyak organisme, inhibitor dapat
merupakan bagian dari mekanisme umpan balik. Jika enzim memproduksi terlalu
26
banyak produk, produk tersebut dapat berperan sebagai inhibitor bagi enzim
tersebut. Hal ini akan menyebabkan produksi produk melambat atau berhenti.
Bentuk umpan balik ini adalah umpan balik negatif. Enzim memiliki bentuk
regulasi seperti ini sering kali multimerik dan mempunyai tapak ikat alosterik.
Kurva substrat/kelajuan enzim ini tidak berbentuk hiperbola melainkan berbentuk
S.
3.5.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim
Seperti molekul protein lainnya sifat biologis enzim sangat dipengaruhi berbagai
faktor fisikokimia. Enzim bekerja pada kondisi tertentu yang relatif ketat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerja enzim antara lain:
a. Suhu
Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat, sehingga
pada saat bertumbukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang. Hal ini
memudahkan terikatnya molekul substrat pada sisi aktif enzim. Aktivitas enzim
meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada titik tertentu. Peningkatan suhu
meningkatkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim, sehingga kecepatan
reaksi meningkat pula. Perbandingan yang tepat di mana kecepatan berubah untuk
setiap kenaikan temperatur 10 C adalah Q10, atau koefisien temperatur. Kecepatan
banyak reaksi biologis kurang lebih naik dua kali dengan kenaikan temperatur 10 (Q10
=2), dan menjadi setengahnya bila temperatur diturunkan dengan 10.
27
28
Enzim
Sumber
Substrat
pH optimum
Sukrase
Usus halus
Sukrosa
6,2
Amilase
Saliva, pankreas
Amilum
5,6-7,2
Lipase
Pankreas
Etil butirat
7,0
Pepsin
Lambung
Albumin
1,5-2,5
Tripsin
Pankreas
Kasein
8-11
c. Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang
belangsung. Dengan kata lain konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi. Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh banyak
substrat. Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk produk.
Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan
substrat lainnya. Oleh karenanya hanya dibutuhkan sejumlah kecil enzim untuk
mengkatalis sejumlah besar substrat.
d. Konsentrasi Substrat
Bila sejumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan meningkat
dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat sisi aktif semua
enzim bekerja, penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan reaksi
enzim lebih lanjut. Kondisi ini disebut konsentrasi substrat pada titik jenuh atau
disebut kecepatan maksimum (Vmax).
29
e. Inhibitor
Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim dengan
substratnya. Ada dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan nonkompetitif. Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya
bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida
bersaing deengan oksigen untuk mmendapatkan Hb dalam rantai respirasi terakhir.
Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan cara penambahan konsentrasi substrat.
Inhibitor non-kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja
dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif, sehingga bentuk enzim berubah, dan
sisi aktif tidak dapat berfungsi.
30
31
sel jaringan. Dalam reaksi ini asam glutamat diubah menjadi asam ketoglutarat. (Holiday:
2005).
Xantin oksidase adalah enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi
xantin menjadi asam urat. Contoh lain enzim oksidase ialah asam amino oksidase, yang
bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi asam-asam amino. Glisin oksidase adalah
enzim pada reaksi oksidasi glisin menjadi asam glioksilat. Enzim ini adalah suatu
flavoprotein, yaitu suatu senyawa yang terdiri atas flavin yang berikatan dengan protein.
Enzim asam amino oksidase terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. (Holiday: 2005)
32
B. Transferase
Merupakan kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan suatu gugus
dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan
ini adalah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksitransferase, asiltransferase,
dan amino transferase atau transaminase. Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi
pembentukan keratin dari asam guanidino asetat.
Pembentukan glisin dari serin merupakan reaksi pemindahan gugus hidroksi metil.
Gugus ini dilepaskan dari molekul serin dengan dibantu oleh enzim hidroksimetil
transferase.Dalam reaksi ini asam tetrahidrofolat (THFA) bekerja sebagai akseptor gugus
beratom C satu.Enzim transminase bekerja pada reaksi pemindahan gugus amino dari suatu
asam amino kepada senyawa lain. Contoh:
C. Hidrolase
Merupakan kelompok enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis
hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan
peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino
peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin. Esterase ialah enzim yang
memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase yang terdapat dalam hati dapat
memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat. Lipase
ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak dan gliserol. Fosfatase adalah enzim
yang dapat memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa, misalnya glukosa-6-fosfat dapat
dipecah menjadi glukosa dan asam fosfat. (Holiday: 2005)
33
34
E. Isomerase
3.5.10. Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan teknik pengukuran jumlah zat yang juga berdasar
spektroskopi. Hanya saja pada spektrofotometri, lebih spesifik untuk panjang gelombang
UV (Ultraviolet)-dekat, visible, dan infra merah. Spektrofotometri dimasukkan ke dalam
elektromagnetik spectroscopy. Alat yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Alat ini termasuk ke dalam jenis fotometer, suatu alat untuk mengukur
intensitas cahaya. Spektrofotometer dapat mengukur intensitas sebagai fungsi dari warna,
atau secara lebih khusus, fungsi panjang gelombang.
Spektrofotometri adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa jumlah energi
radiasi cahaya yang diserap oleh molekulnya. Spektrum yang diabsorpsi atau tepatnya
jumlah absolut spektrum sinar yang terserap oleh satu senyawa adalah sejumlah sinar yang
diserap atau hilang (extinction) oleh satu senyawa dengan panjang gelombang tertentu.
Untuk senyawa berwarna akan memiliki satu atau lebih penyerapan spektrum yang
tertinggi (extinction maximum) dan di daerah spektrus terbaca 400-700 nm. Spektrum
yang terserap pada ultraviolet (200-400 nm) dan daerah nampak terjadi karena adanya
perubahan energi elektron terluar dari molekul yang disebabkan adanya ikatan dan bukan
ikatan.
Umumnya elektron yang berpindah tempat ini disebabkan adanya ikatan rangkap
karbon-karbon atau pasangan nitrogen dengan oksigen. Biasanya elektron dalam molekul
berada dalam keadaan dasar pada suhu kamar. Spektrum dalam keadaan ini memberikan
informasi pada tingkat ini atau di atasnya. Panjang gelombang sinar yang terserap
ditentukan oleh perpindahan yang terjadi. Puncak serapan dapat ditunjukkan dan
berhubungan dengan struktur rinci dari molekulnya.
Istilah khromofor muncul untuk menggambarkan bagian kecil dari suatu molekul
yang dapat meningkatkan serapan spektrum tertentu secara mandiri, misalnya gugus
36
karbonil, -C = O. Dua ikatan rangkap yang hanya terpisah satu unit (conjugated)
menurunkan jumlah tenaga yang diperlukan untuk perpindahan elektron ini sehingga
menyebabkan peningkatan panjang gelombang di tempat khromofor menyerap.
Peningkatan panjang gelombang ini disebut perpindahan batokhromik (bathoromic)
sedangkan sebaliknya penurunan panjang gelombang disebut hipokhromik.
BAB IV
37
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan adalah sebagai berikut:
Protoplasma merupakan suatu bagian yang terdiri atas bahan yang kompleks dan
terlindung dengan baik.Protoplasma biasa dikenal dengan sebutan sel. Berbeda dengan
benda tak hidup atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma.Protoplasma pada
semua sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik /
komponen organik.Dari reaksi reaksi kimia yang terjadi antara senyawa senyawa inilah
yang mengakibatkan adanya gejala gejala kehidupan di protoplasma.Gejala kehidupan
itu misalnya metabolisme , tumbuh , bergerak , berkembang biak , sirkulasi zat, dan
lain - lain. Misalnya yang mudah respirasi , fotosintesis , sintesis lemak dan lain - lain.
Susunan kimia protoplasma ada 36 unsur (dari 108 unsur) yang diketemukan
pada protoplasma.Unsur-unsur kimia ini pada protoplasma ada yang berbentuk
persenyawaan maupun dalam bentuk ion-ion.Yang berbentuk persenyawaan dapat
berbentuk persenyawaan anorganik maupun organik.
Sifat-sifat fisika protoplasma bila protoplasma yang merupakan sistem koloid
ini disinari dengan sinar lampu listrik pada suatu ruang yang gelap akan memberi efek
Tyndall.Molekul-molekul (partikel) pada sistem koloid protoplasma bergerak secara
zig-zag (gerak Brown (1872)).Gerak Brown pada protoplasma kecepatannya tergantung
pada besarnya partikel dan suhu protoplasma.
Enzim adalah katalisator yang bekerja sangat spesifik.Faktor - faktor yang
mempengaruhi kerja enzim antara lain: suhu, pH, konsentarsi enzim, konsentrasi
substrat, dan inhibitor.Enzim pada suhu rendah berlangsung lambat, sedangkan di atas
suhu optimum enzim akan terdenaturasi. Suhu optimum enzim antara 25C 37C.Semakin tinggi kadar enzim, maka aktivitas enzim semakin tinggi. Sebaliknya
semakin rendah kadar enzim, maka aktivitas enzim semakin rendah.
4.2.
Saran
38
Dari pemaparan materi diatas perlu kita perkaya lagi karena masih banyak hal
hal yang terkait judul sifat faal protoplasma yang belum di bahas secara spesifik. Demi
ke validtan materi di atasperlu juga referensi yang lebih relevan. Sesuai dengan uraian
diatas saran-saran yang sekiranya dapat berguna yaitu protoplasma sangat erat
kaitannya dengan sel sehingga kita harus dapat mempelajari apa saja sifat-sifat dari
protoplasma juga fungsinya agar dapat mengetahui protoplasma secara lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
39
LAPORAN DISKUSI
Amuba (kiri) dan Paramecium (kanan) melakukan respirasi secara difusi langsung.
Pada cacing tanah pertukaran gas berlangsng secara difusi melalui seluruh
permukaan tubuh. Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya
banyak mengandung kelenjar lendir. Dengan adanya lendir, kulit cacing selalu dalam
keadaan basah dan licin untuk mempermudah difusi gas. Melalui kulit yang basah ini,
cacing menyerap oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air secara difusi.
41
Paru-paru buku adalah alat respirasi pada kelompok laba-laba dan kalajengking.
Keduanya termasuk dalam Arthropoda (hewan yang kakinya beruas). Organ yang
berada di bagian ventral (bawah perut) ini memiliki bentuk lembaran bertumpuk seperti
buku. Udara yang mengalir melalui celah-celah buku tersebut memungkinkan
terjadinya pertukaran gas O2 dengan Co2.
42
Perhatikan paru-paru buku pada laba-laba (kiri). Paru-paru buku diperbesar (kanan)
Sifonoglifa adalah alat respirasi pada Coenlenterata (hewan berongga) terutama
yang termasuk golongan Anthozoa, misalnya pada Anemon laut.
Selain hewan bersel satu, beberapa jenis hewan seperti, katak, salamander, ular,
dan kura-kura air, dapat melakukan pernapasannya dengan menggunakan permukaan
tubuhnya. Walaupun di antara hewan tersebut telah memiliki paru-paru, namun kulit
yang tipis, berpori, lembab dan kaya kapiler darah sangat memungkinkan untuk
berlangsungnya pertukaran gas. Pada kura-kura air, bagian yang membantu pernafasan
adalah kulit di sekitar kloaka.
43
Fagositosis adalah proses seluler dari fagosit dan protista yang menggulung
partikel padat dengan membran sel dan membentuk fagosom internal. Fagositosis
adalah bentuk spesifik dari endositosis yang melibatkan internalisasi vesikular terhadap
partikel padat, seperti bakteri, dan bentuk lain yang cukup berbeda dengan fagositosis,
yaitu pinositosis, yaitu internalisasi vesikular terhadap berbagai cairan. Fagositosis
bertanggung jawab terhadap akuisisi nutrisi pada beberapa sel, dan di dalam sistem
imunitas, fagositosis adalah mekanisme utama untuk menghilangkan patogen dan
serpihan sel. Bakteri, sel mati jaringan, dan partikel mineral kecil adalah contoh objek
yang akan difagositasi. Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel
tunggal organisme. Di makhluk multiseluler, proses telah diadaptasi untuk
mengeliminasi serpihan dan patogen.
Fagositosis di sistem imunitas mamalia diaktifkan oleh penempelan Pathogenassociated moleculer patterns (PAMPS), yang mengaktivasi NF-B. Oposin seperti
C3b dan antibodi bisa beraksi sebagai tempat penempelan dan membantu fagositosis
patogen.
Fagositosis adalah sebuah proses yang aktif dimana patogen yang telah terikat
oleh pencerap, akan diliputi oleh membran makrofaga dengan kontraksi sistem aktinmiosin, dan masuk ke dalam vesikel yang disebut fagosom. Setelah fagosom menjadi
asam, beberapa lisosom makrofaga akan terinduksi dan membentuk fusi guna
mengeluarkan enzim, protein untuk mendegradasi patogen. Fusi antara fagosom dan
granula makrofaga disebut fagolisosom dengan respon antomikrobial intraselular.
Degradasi bisa dilakukan dengan menggunakan oksigen ataupun tanpa oksigen
Degradasi menggunakan oksigen bergantung pada NADPH. Hidrogen
peroksida dan myeloperoksidase mengaktifkan sistem berhalogenasi yang memicu
penghancuran bakteri. Beberapa zat yang disekresi di dalam fagolisosom antara lain
adalah hidrogen peroksida (H2O2), anion superoksida (O2-), nitrit oksida (NO). Zat ini
diperoleh dengan bantuan enzim NADPH lysosomal dan enzim lain melalui proses
kimiawi yang disebut respiratory burst yang disertai peningkatan konsumsi oksigen
dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Degradasi tanpa oksigen bergantung pada pelepasan granula, berisi enzim
proteolitik seperti defensin, lisozim, dan protein kationik. Peptida antimikrobial juga
44
muncul dalam granula ini, termasuk laktoferin yang melepaskan zat besi untuk
menyediakan kondisi yang tidak baik bagi pertumbuhan bakteri.
Di berbagai protista, fagositosis digunakan sebagai cara untuk mencari makan
untuk menyediakan semua kebutuhan nutrisi mereka. Hal ini disebut nutrisi fagotropik,
berbeda dengan nutrisi osmotrofik yang melakukan penyerapan, bukan fagositosis.
4. Kelompok 5
Bagaimana system pernapasan pada cacing yang hidup di usus manusia? Dan
bagaimana mekanismenya?
Jawab : (Stefano Priyunggo)
Cacing gilik merupakan salah satu cacing yang hidup pada tubuh manusia,
sehingga toleran terhadap kadar oksigen (O2) yang rendah. Untuk system
pernapasannya pada usus manusia, Cacing gilik tidak mempunyai sistem respirasi
tetapi bernafas secara difusi melalui permukaan tubuhnya.
Untuk mekanisme pernapasan pada usus manusia, caing gilik ini bernafas dimulai
dengan cara difusi oksigen (O2) masuk melalui permukaan tubuhnya berlendir dan
tipis. Selanjutnya oksigen akan masuk ke pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh
tubuhnya. Karbon dioksida sebagai hasil pernafasan dikeluarkan oleh jaringan ke
pembuluh darah dan kemudian dikeluarkan melalui permukaan tubuhnya.
45