You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI PREMATUR

A. TEORI MEDIS
1. DEFINISI
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi lahir hidup yang
dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir.
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. (Berman,
2000)
Kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup kurang dari 37 minggu
kehamilan, menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi
yang lahir prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko
penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual,
pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan, dan masalah pertumbuhan
jika dibandingkan dengan bayi normal
Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat
setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37
(Varney dalam Ariana, 2012). Persalinan prematur merupakan persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20-37
minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama
dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia
kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya (Saifuddin
dalam Ariana 2012 ).
Setiap tahun dilaporkan ada sekitar 15 juta bayi lahir prematur di
dunia, lebih dari satu dalam 10 kelahiran. Kelahiran prematur meningkat
tiap tahun hampir di semua negara. World Health Organization (WHO)
menargetkan bahwa hingga tahun 2015, 16 juta bayi dapat diselamatkan.
Namun, pada kenyataannya tingkat penurunan untuk pengurangan angka
kematian masih tidak mencukupi untuk mencapai target yang ditetapkan,
khususnya di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Salah satu hambatan
penting untuk kemajuan MDGs 4 sehingga gagal untuk mengurangi

kematian bayi yaitu kematian akibat penyebab tunggal, prematuritas


(WHO, 2012).
2. KLASIFIKASI
Berasarkan kesepakatanWHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi
3, yaitu :
a. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37
minggu.
b. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari
34 minggu.
c. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang
dari 28 minggu.
3. ETIOLOGI
a. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses pathogenik
yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak
terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu
1) Aktivitas aksis kelenjar hipotalamus- hipofisi- adrenal baik ibu
maupun janin, akibat stress pada ibu atau janin
2) Inflamasi desidua- koriamnion atau sistemik akibat infeksi
asenden dari trakmus genitourinaria atau infeksi sistemik.
3) Perdarahan desidua
4) Peregangan uterus patologik
5) Kelainan pada uterus atau servik
b. Kondisi selama kehamilan yang beresiko terjadinya persalinan
preterm adalah
1) Faktor janin dan plasenta
a) Perdarahan trismester awal
b) Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa
previa)
c) Ketuban pecah dini
d) Pertumbuhan janin lambat
e) Cacat bawaan janin
f) Kehamilan ganda/ gemeli
g) Polihidramion
2) Faktor ibu
a) Penyakit berat pada ibu
b) Diabetes melitus
c) Preeklamsi/ hipertensi
d) Infeksi saluran kemih
e) Penyakit infeksi dengan demam
f) Stress psikologik
g) Kelainan bentuk uterus/ servik

h)
i)
j)
k)
l)

Riwayat persalianan preterm/ abortus berulang


Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1cm)
Pemakaian obat narkotik
Trauma
Perokok berat
m) Kelainan imunolgi/ kelainan resus (Maryuniani & Puspita,
2013)
3) Faktor lingkungan
a) Tempat tinggal
b) Radiasi
c) Zat-zat racun
4. KARAKTRISTIK BAYI PREMATUR/ PRETERM
Gestasi
Berat lahir
Kulit

23-25 minggu
Pada 24 minggu
Pr: 620gr,
Pr: 700gr
Sangat tipis, Bergelatin,

29-31 minggu
Pada 30 minggu
Pr: 1,4 Kg
Lk: 1,5 Kg
Ketebalan
medium,

Berwarna merah gelap di warna merah muda


Telinga

seluruh tubuh
Daun telinga

lembut. Terdapat kartilago pada

Tidak ada rekoil


Payudara

tepi daun telinga, mulai

ada rekil
Jaringan payudara tidak Satu atau kedua payudara
teraba

Genetalia

membentuk

nodul

berukuran 0,5- 1,0 cm


Lk: skorotum rata, testis Lk: skorotum- beberapa
tidak teraba
Pr: klitoris
labia

mayora

jauh,

labia

rugae, testis- di kanalis


menonjol,

inguinalis
terpisah Pr: labia

minor

dan

minor klitoris sebagian tertutup

Postur

menonjol
Ekstensi, tidak teratur, Sedikit

Penglihatan

tidak terkoordinasi
tungkai bawah
Kelopak mata dapat Pupil bereaksi terhadap
tertutup

atau

sebagian cahaya

terbuka tidak ada atau


Pendengaran

sedikit pergerakan mata


Terkejut oleh suara bising

fleksi

pada

Pernafasan

Membutuhkan

bantuan Kadang-

kadang

pernafasan, apnea umum membutuhkan


terjadi

bantuan

pernafasan, apnea umum


terjadi

Menghisap

& Isapan

tidak

menelan
Pemberian

terkoordinasi
Biasanya membutuhkan Makan

makanan

TPN

(total

nutrition,
parienteal total)

lewat

selang

parinteal (nasogastrik),
Kadang-kadang
nutrisi
membutuhkan TPN

Pengecapan

Bereaksi terhadap rasa


pahit

Interaksi

Jarang bisa berinteraksi,


mudah

terbebani

oleh

stimulus sensorik
Menagis
Sangat pelan
Status
bangun Status tidur terimediet
dan tidur
(Lissauner & Fanaroff, 2009)
5. MORBIDITAS DAN MORTALITAS
a. Morbiditas
Bayi yang lahir preterm memiliki banyak kerugian, termasuk stres
untuk orang tua dan keluarga, perawatan dirumah sakit yang lama,
dan biaya yang cukup besar. Setelah usia gestasi 30 minggu,
sebagian besar bayi preterm dinegara maju dapat bertahan hidup
tanpa gangguan neurologik. Namun demikian, pada usia gestasi
yang lebih rendah terdapat morbidilitas yang cukup besar.
Morbiditas tergantung pada usia gestasi. (Lissauner & Fanaroff,
2009)
b. Mortalitas
Mortalitas terutama ditentuka oleh usia gestasi dan berat lahir.
kedua faktor ini saling berintraksi satu sama lain seperti juga
berintraksi dengan faktor-faktor resiko lainnya:
1) Jenis kelamin ( laki-laki memiliki mortalitas yang lebih
tinggi)

2) Etnik
3) Kelahiran multipel
Terdapat perbaikan yang nyata dalam ketahanan hidup bayi-bayi
yang dilahirkan pada batas viabilitas, yaitu usia gestasi 23-25
minggu, dengan berat lahir 500-800 gr. Namun demikian,
mortalitas, morbiditas, dan efek buruk pada hasil perkembangan
saraf paling tinggi pada bayi-bayi ini. (Lissauner & Fanaroff,
2009)
6. KOMPLIKASI
Gangguan kesehatan pada bayi prematur antara lain:
a. Termoregulator
1) Masih prematur, sehingga fungsinya masih belum
optimal sebagai pengatur kehilangan panas badan
2) Sedikitnya timbunan lemak dibawah kulit dan luasnya
permukaan badan relatif besar sehingga bayi prematur
mudah kehilangan panas dalam waktu singkat
b. Masalah paru
1) Pusat pengaturan paru di medula oblogata masih belum
sepenuhnya dapat mengatur pernafsan
2) Tumbuh kembang paru masih belum matur sehingga sulit
berkembang dengan baik
3) Otot pernafasan masih lemah, sehingga tangis bayi
prematur terdengar lemah dan merintih
c. Gastriintestinal
1) Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap
makanan asi yang sesuai dengan kemampuannya
2) Pengosongan lambung terlambat sehingga menimbulkan
sesistensi lambung dan usus
d. Hati
1) Belum matur sehingga kurang dapat berfungsi untuk
mendukung metabolisme
2) Cadangan glikogen rendah
3) Metabolisme
bilirubin

rendah

menimbulkan

hiperbilirubinema yang selanjutnya akan menyebabkan


ikterus sampai terjadi bilirubin dalam otak kern ikterus
4) Tidak mampu mengolah vit. K dan faktor pembekuan
darah
e. Ginjal

1) Masih prematur sehingga tidak sanggup untuk mengatur


air dan elektrolit
2) Pengaturan protein darah masih kurang sehingga
mungkin dapat terjadi hipoproteinemia
f. Tendensi
1) pembuluh darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya
tinggi, yang memudahkan terjadinya ekstravasasi cairan
dan mudah terjadi edema
2) gangguan keseimbangan

faktor

pembekuan

darah

sehingga terjadi perdaraan


3) dalam keadaan gawat, misalnya terjadi trauma persalinan
yang

dapat

perubahan

menimbulkan
hemodinamik

syok

sehingga

sirkulasi

terjadi
dengan

mengutamakan sirkulasi organ vital jantung dan susunan


saraf pusat
4) gangguan sirkulasi darah akan mengubah distribusi o2 ke
jaringan, vasokontriksi nekrosis, ekstravasasi cairan dan
menambah gangguan fungsi alat vital.
Sebab-sebab kematian bayi prematur
a. prematuritas alat vital
b. gangguan tumbuh kembang paru-paru sehingga tidak mampu
c.
d.
e.
f.

beradaptasi dengan dunia luar kandungan


perdarahan intrakranial
kemungkinan infeksi karena daya taan tubuh yang rendah
gangguan adaptasi dengan nutrisi yang diberikan
kegagalan dalam memberikan pertolongan adekuat dirumah sakit
tersier
(Maryuniani & Puspita, 2013)

7. PENATALAKSANAAN
Bayi prematur dapat dilahirkan dengan dua cara yaitu bisa dengan
pervaginam dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi atau

dengan

abdominal. Bayi dapat dilahirkan secara pervaginam apabila bayi pada


presentasi kepala atau sungsang dengan kepala tidak defleksi, taksiran

berat janin tidak kurang dari 3176 gram, pembukaan sudah lebih dari 4 cm.
sedamgkan untuk bayi prematur yang dilahirkan perabdominal yaitu
apabila bayi dalam posisi sungsang namun kepala bayi dalam posisi
defleksi, atau terjadi plasenta previatotalis sehingga bayi tidak dapat
dilahirkan pervaginam (Manuaba, 2010).
Prawirohardjo (2007: 778) menjelaskan bahwa karena belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus
maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermi bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan
lemak coklat

(brown fat). Untuk mencegah hipotermi,

perlu

diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam


keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal.Bila bayi dirawat dialam inkubator, maka suhunya
untuk bayi dengan berat badan < 2kg adalah 35C dan untuk bayi
dengan

berat

badan

2-2,5kg

adalah

34C,

agar

ia

dapat

mempertahankan suhu tubuh sekitar 37C. Kelembapan inkubator


berkisar antara 50-60%. Suhu inkubator dapat diturunkan 1C
perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsurangsur bayidapat diletakkan didalam tempat tidur bayi dengan suhu
lingkungan 27C- 29C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol
hangat disekitarnya atau dengan menyalakan lampu

didekat bayi

berjarak sekitar 50-60cm. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan


popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan,
kejang, dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal

sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapatdilaksanakan


secepat mungkin (Prawirohardjo, 2007: 778).
Kelembapan relatif perlu dipertahankan untuk membantu stabilitas
suhu tubuh bayi, yaitu :
1) Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan yang
rendah.
2) Mencegah kekeringan dan iritasi pada selaput lendir jalan
nafas, terutama saat mendapat terapi oksigen dan selama
pemasangan intubasi endotrakea atau nasotrakea.
3) Mengencerkan sekresi yang kental serta

mengurangi

kehilangan cairan insensibel dari paru (Surasmi, 2003).


b. Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap,telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan lipase masih
kurang disamping itu kebutuhan protein3-5 g/hari dan tingi kalori (110
kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian
cairan yang cukup sngat penting untuk bayi prematur, karena kadar air
ekstrasel pada bayi prematur lebih tinggi daripada bayi normal (70%
pada bayi normal, 90% pada bayi prematur). Permukaan badan bayi
prematur relatif lebih luas daripada bayi aterm dan kapasitas diuresis
osmotiknya terbatas, terutama bayi prematur dengan kelainan ginjal
sehingga rentan kekurangan air (Surasmi, 2003).
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbillirubinemia. Sebelum
pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Pengisapan cairan lambung juga
dilakukan pada setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada
umumnya bayi dengan berat lahir 2000 g atau lebih dapat menyusu
pada ibunya. Bayi dengan berat < 1500 g kurang mampu mengisap air
susu ibu atau susubotol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini
bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric- intubation).
Sesudah 5 hari dicoba untuk menyusu pada ibunya, apabila daya isap
bayi sudah baik maka pemberian air susu ibu dapat diteruskan.
Frekuensi pemberian minum makin berkurang denganbertambahnya

berat bayi. Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit tiap 12 jam.
Penambahan susu

tersebut tergantung pada jumlah susu yang

tertinggal pada pemberian minum sebelumnya. Banyaknya cairan yang


diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200
ml/kg/hari pada akhir minggu kedua. Air susu yang paling baik adalah
air susu ibu. Bila bayi belum bisa menyusu pada ibunya, air susu ibu
dapat dipompa dan dimasukkan kedalam botol yang kering dan steril
(Prawirohardjo, 2007).
Pada waktu bayi minum harus diperhatikan, bayi menjadi biru
atau tidak,

ada

atau tidaknya

gangguan pernafasan atau perut

kembung. Sesudah bayi minum susu, sendawakan bayi untuk


mengurangi gumoh. Bila bayi biru atau mengalami kesukaran bernafas
pada waktu minum, kepala bayi harus segera direndahkan 30, cairan
dimulut dan di faring dihisap. Bila bayi masih tetap biru dan sukar
bernafas, harus segera diberi oksigen dan pernafasan buatan, dan jika
perlu lakukan resusitasi dan pasang endotrakeal intubasi. Pada bayi
yang nutrisinya diberikanmelalui kateter, sebaiknya menggunakan
kateter dari polietilen yang dapat tinggal dilambung 4-5 hari tanpa
iritasi. Kateter dari karet mudah menyebabkan iritasi dan

infeksi

(Prawirohardjo, 2007dan Surasmi, 2003).


c. Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi.
Bayi prematur dan berat badan lahir rendah mudah menderita sakit.
Hal ini disebabkan karena imunitas dan humoral masih kurang. Bayi
risiko tinggi lain juga mudah menderita sakit karena keterbatasan dan
gangguan fungsi organ yang sudah ada pada mereka (Surasmi, 2003).
Tindakan aseptik dan antiseptik harus selalu digalakkan, baik
dirawat gabung ataupun di kamar perinatal. Infeksi yang sering terjadi
ialah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas
lain yang berhubungan dengan bayi(Prawirohardjo, 2007).
d. Bantuan pernafasan
Bantuan pernafasan di berikan pada bayi prematur yang mengalami
asfiksia. Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat

bernafas secara spontan dan teratur. Pertolongan bayi prematur yang


mengalami asfiksia yaitu dengan cara resusitasi. (Surasmi, 2003).
Sebelum melakukan resusitasi dilakukan dua penilaian yaitu
penilaian awal sebelum bayi lahir dan penilaian segera setelah bayi
lahir. Penilaian awal sebelum bayi lahir meliputi,apakah air ketuban
bercampur mekonium atau tidak, pada presentasi kepala atau tidak.
Penilaian bayi setelah lahir meliputi apakah bayi menangis kuat atau
tidak, bernafas spontan tanpakesulitan dan teratur atau tidak, nafas
megap-megap atau tidak bernafas, dan apakah bayi bergerak aktif atau
tidak. Putuskan tindakan resusitasi jika

salah satu

jawaban dari

penilaian tersebut menyatakan tidak (POGI, IBI, Depkes RI, IDAI,


P2KP-KR, 2008).
Persiapan resusitasi bayi baru lahir meliputi persiapan keluarga
yaitu bicarakan dan diskusikan dengan

keluarga mengenai

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi atau ibunya.


Kedua adalah persiapan

tempat resusitasi.Gunakan ruangan yang

hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan
kering (misalnya meja kayu). Kondisi yang rata diperlukan untuk
mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat
sumber pemanas (misalnya : lampu sorot) dan tidak banyak tiupan
angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya di gunakan lampu
sorot atau bola lampu berdaya 60 watt yang diletakkan dengan jarak
50-60 cm dari bayi, pastikan lampu dinyalakan terlebih dahulu
menjelang kelahiran bayi (POGI, IBI, Depkes RI, IDAI, P2KP-KR,
2008 dan Aziz, 2008).
8. PATHWAY

B. TEORI KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120
sampai 160 dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus
arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
1) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
2) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura
mungkin mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka
lebar
3) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin
merapat Reflek tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
1) Apgar score mungkin rendah

2) Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik


intermiten (40-60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
3) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom
distres pernafasan (RDS)
e. Keamanan
1) Suhu berfluktuasi dengan mudah
2) Menangis mungkin lemah
3) Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
4) Kulit transparan
5) Lanugo terdistribusi secara luasdiseluruhtubuh
6) Ekstremitastampak edema
7) Garis telapak kaki terlihat
8) Kuku pendek
f. Seksualitas
1) Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
2) Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan
kritoris menonjol testis pria tidak turun, rugae mungkin
2.

banyak / tidak ada pada skrotum


DiagnosaKeperawatan
a. Polanafastidakefektifberhubungandengantidakadekuatnyaekspansi
paru
b. Nutrisikurangdarikebuthantubuhberhubungandenganrefleks

hisap

lemah
c. Resikotinggiinfeksiberhubungandenganpertahanantubuh

yang

belumsempurna.
d. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
e. Perubahanperfusijaringanberhubungandengankurangnyasuplayoksi
genmenurun.
f. Kerusakanpertukaran gas berhubungandenganimaturitasparu.
g. Bersihanjalantidakefektifberhubungandenganketuban
yang
masukhidungdanmulut
h. Kurangpengatahuanberhubungandenganperawatanbayinya
3.
N

Intervensi
DiagnosaKeperawatan

o
1 Polanafastidakefektif

Tujuan/K

RencanaTindakan

riteria
b/d Tujuan :

1. Manajemenpolanafas,

tidakadekuatnyaekspansiparu

Setelah

frekwensidanbunyinafas

dilakukan

R:Mengetahuitipeganggua

tindakan

nnafas,

keperawat

danseberapajauhgangguan

an

ituterjadi

3x24

jam

2. Observasihasil BGA

polanafask

R:Mengetahuiefektivitasp

embaliefe

ernafasandanrencanaterapi

ktif

berikutnya
3. Berikanposisikepalasedik

Kriteria :

itekstensi

a. Kebut

R:Melebarkanjalannafasa

uhanok

kanmemudahkanoksigen

sigen

masukkeparutanpausaha

menurun
b. Nafass

yang keras
4. Berikanoksigendenganm

pontan,

etode yang sesuai

adekuat

R:Memenuhikebutuhanok

sigentubuh

RR

30-60
x/menit

5. Kolaborasi

pemberian

terapi

c. Tidaks
esak.
d. Tidaka
daretrak
si

2 Resikotinggigangguankeseim
.

Tujuan :

bangancairandanelektrolit b/d Setelah

1. Manajemen turgor kulit,

ubun-ubun

ketidakmampuanginjalmempe dilakukan

R:Mengetahuitingkatgang

rtahankankeseimbangancairan tindakan

guancairantubuh

danelektrolit

keperawat
an selama
3x24 jam
dehidrasit
eratasi

2. Observasi

tanda-tanda

vital
R: Mengetahui kondisi
pasien
3. Catat intake dan output
R:Sebagaibahanpertimban

Kriteria:
a. Turgor
kulitela
stik
b. Tidaka
da
Perubahannutrisikurangdarike
butuhantubuhberhubungande
ngantidakadekuatnya intake

edema

gansejauhmanaresusitasic
airanakandilakukan
4. Kolaborasidalampemberi
ancairan

intra

vena

danelektrolit
R:Memenuhikebutuhancai
rantubuh

c. Produ
ksiurin
1-2
cc/kgbb
/jam
d. Elektr

olitdara

hdalam
batas
normal

1. Manajemendancatattoler

ansiminum
R : Mengetahui intake
bayi
2. Berikan

ASI/PASI

denganmetode yang tepat


R:
Memenuhikebutuhannutri
sibayi
3. Timbangberatbadansetia
phari
Tujuan :
Resikotinggihipotermiatauhip
ertermi

Setelah

b/d dilakukan

R:Mengetahuiperkembang
an status nutrisibayi
4. Kolaborasidalampemberi
an

total

parenteral

imaturitasfungsitermoregulasi

tindakan

nutrition kalauperlu

atauperubahansuhulingkunga

keperawat

R : Memenuhi intake yang

an

tidakdapatdipenuhidengan

3x24

jam

cara lain

nutrisiade
kuat
Kriteria :
a. Beratb

1. Manajemensuhubayi

adannai

Mengetahuiderajathipoter

k 10-30

miadanpenentuanrencanat

gram /

erapiberikutnya

hari

2. Tempatkanbayidibawah

b. Tidaka

radian warmer/incubator

da

edema

Menjagakehangatandanke

c. Protei
n

setabilansuhubayi

dan 3. Hindarkanbayikontaklan

albumin

gsungdenganbendasebagai

darahda

sumberdingin/panas

lambata

Kemampuanadaptasibayit

normal

erhadapperubahansuhulin

gkunganbelumbaik
4. Gantipopokbilabasah
R

Menghindarkankonduksik
alortubuhbayi
Tujuan :
Setelah
dilakukan

tindakan
keperawat
an selama
3x24 jam
Suhubayis
tabil
a. Suhu
36,5 0C
-37,2 0C
b. Akralh
angat

5 Resikotinggiinfeksi
.

b/d Tujuan :

imaturitasfungsiimunologik

1. Hindaribayidari

orang-

Setelah

orang

yang

dilakukan

terinfeksikalauperlurawat

tindakan

dalam incubator

keperawat

R:Menghindaritransisiku

an selama

man

3x24 jam

2. Cucitangansebelumdanse

Bayitidakt

sudahkontakdenganbayi

erinfeksi

R:Mengurangiresikotransi
sikumandaritangan

Kriteria :

3. Lakukantehnikaseptikda

a. Suhu

nantiseptikbilamelakukan

36,5 0C

prosedur invasive

-37,2 0C

R:Mengurangiresikotransi

b. Darahl

sikumandaritangan

engkap

4. Lakukanperawatantalipu

normal

sat minimal 2X/hari


R:Meminimalisirperkemb
angbiakankumanpenyebab

infeksi

6 Diskontinuitas pemberian ASI Tujuan :


berhubungan
prematuritas

dengan Setelah
dilakukan

1.

Posisikan

bayi

semi-

fowler
2.Manajemen/

evaluasi

perawatan

reflek menelan sebelum

3x24 jam

memberikan susu

mampu

3.Fasilitasi proses bantuan

memperta

interaktif

untuk

hankan

membantu

laktasi

mempertahankan

Kriteria

keberhasilan

Hasil :

pemberian ASI

proses

a. Menyu 4.Instruksikan

dan

sui

demonstrasikan

secara

orang

mandir

membersihkan mulut bayi

i
b. Tetap
memp
ertaha
nkan
laktasi
c. Pertu
mbuha
n dan

setelah

kepada

tua
bayi

teknik
diberikan

susu
5.Menggunakan
interaktif
membantu

bantuan
untuk
ibu

mempertahankan
kebersihan
pemberian ASI

proses

perke
mbang
an
bayi
dalam
batas
normal
d. Menge
tahui
tandatanda
penuru
nan
suplai
ASI
e. Tandatanda
vital
bayi
dalam
batas
normal

DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Dhina Novi; Sayono; Kusumawati, Erna. 2011. Faktor risiko kejadian
Persalinan Prematur (Studi Dibidan Praktek Mandiri Wilayah Kerja
pukesmas Geyer dan Pukesmas Toroh Tahun 2011).http://jurnal.unimus.ac.id.
Berman, Richard E. 2000. Ilmu Kesehatan anak Nelson. Jakarta: ECG
Lissauer, Tom; Fanaroff, Avroy A. 2009.Neonatology at a Glance. Jakarta:
Erlangga
Maryunani, Anik; Puspita, Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Matrenal &
Neonatal. Jakatra: TIM
Wilkonson, Judith M; Ahern, Nancy R. 2011. Buku SakuDiagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kreteria Hasil NOC .Jakarta: ECG

You might also like