Professional Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Bayi prematur adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Bayi prematur adalah neonatus dengan Berat Badan Lahir pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Tanto, 2014). Dalam hal ini dibedakan
menjadi:
1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan
berat badan sesuai.
2. Retardasi
pertumbuhan
janin
intra
uterin
(IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan
Klasifikasi pada bayi premature:
a. Bayi prematur digaris batas
1) 37 mg, masa gestasi
2) 2500 gr, 3250 gr
3) 16 % seluruh kelahiran hidup
4) Biasanya normal
5) Masalah: Ketidak stabilan, kesulitan menyusui, ikterik, RDS mungkin
muncul
6) Penampilan: Lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo
banyak, genitalia kurang berkembang.
b. Bayi Prematur Sedang
1) 31 mg 36 gestasi
2) 1500 gr 2500 gram
3) 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup
4) Masalah: Ketidak stabilan, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia,
infeksi, kesulitan menyusu.
5) Penampilan: Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih
parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.
3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang
berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus
prematurus.
5. Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.
6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7. Ukuran uterus dan kelainan placenta
Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan
junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :
1. Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma
psikis, toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.
2. Faktor janin adalah :
a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan
3
d. KPD
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat-zat racun (Adnyanti, 2011).
C. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara jelas.
Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang
memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan
pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan.
Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan
komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur.
Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan
mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor
tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan
memaksa bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa
gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir
prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan
bayi beradaptasi dengan lingkungan luar (Tanto, 2014)
D. Tanda atau Gejala bayi Prematur
Karakteristik bayi prematur adalah :
1. Berat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang badan kurang dari 45 cm
3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4. Lingkar dada kurang dari 30 cm
5. Kepala lebih besar dari badan
6. Kulit tipis transparan
7. Lanugo (bulu-bulu) banyak terutama di dahi, pelipis dan telinga dan tangan.
8. Lemak subkutan kurang.
4
9. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
(pada wanita). Pada laki-laki tester belum turun.
10. Rambut tipis, halus.
11. Tulang rawan di daun telinga masih kurang sempurna.
12. Putting susu belum terbentuk dengan baik.
13. Pergerakan kurang dan lemah.
14. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnae.
15. Reflek tonus lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batul
belum sempurna.
16. Kulit tampak mengkilat dan licin (Adnyanti, 2011).
E. Penatalaksanaan Bayi Prematur
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan
dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan
kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia
perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh
bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu
untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 C dan
untuk bayi dengan berat badan 2 2,5 kg adalah 34 C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C. Kelembapan incubator
5
silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan:
1) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi
yang tidak terkena infeksi
2) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
3) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
4) Membersihkan ruangan pada waktu waktu tertentu
5) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang
telah disediakan
7) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
8) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik baiknya
9) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa
menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah
boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan
patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya
mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Adnyanti, 2011).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada
yang
menandinginya
dan
ASI
dapat
mempercepat
10
infeksi.
Maka
sebaiknya
cuci
tangan
sebelum
perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organorgan vital. NICU sendiri merupakan sarana terdapat pada level perawatan 3.
Untuk diketahui, level perawatan pasien di rumah sakit dibagi tiga bagian.
Level 1 merupakan perawatan biasa, pasien dirawat di ruang atau kamar biasa
dan tidak memerlukan alat atau fasilitas khusus. Pada level 2, ruang perawatan
memerlukan monitor dan inkubator. Sedangkan di level 3, selain monitor dan
inkubator, ruangan juga mesti difasilitasi ventilator. Monitor berfungsi untuk
mengontrol detak jantung dan otak. Sedangkan ventilator untuk membantu
sistem pernapasan. Bayi BBLR umumnya dirawat di level 2 dan 3. Dokter anak
khususnya bagian perinatologi sangat berperan dalam perawatan dan
pengobatan kasus-kasus seperti ini.
Soal lamanya waktu perawatan pasien bayi dengan BBLR tentu tergantung
kasus. Namun biasanya mereka diperbolehkan pulang jika sudah mendekati
tanggal kelahiran idealnya. Contoh bayi yang dilahirkan 6 minggu lebih dini
dari seharusnya, biasanya mesti menjalani perawatan di rumah sakit kurang
lebih 4 minggu, atau lebih cepat dua minggu dari kelahiran idealnya.
Pertimbangan lainnya, bayi akan dipulangkan jika kondisi tubuhnya sudah
stabil, organ-organ vitalnya sudah berfungsi baik, dan berbagai resiko yang
mengancam sudah bisa dihindari. Salah satu indikatornya adalah kemampuan
bayi untuk mengisap atau buang air besar dan kecil sudah baik.
Oleh sebab itu pemulangan paksa pasien bayi dengan BBLR oleh orang
tua/keluarga sangat tidak disarankan karena ia dapat mengalami berbagai
resiko kesehatan, seperti infeksi, gagal napas, gagal jantung dan sebagainya
(Tanto, 2014).
G. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi,
penyakit membran hialin.
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak.
12
13
Pathway
Etiologi
Faktor Ibu
Faktor Plasenta
Faktor Janin
Persalinan Preterm/Prematur
Permukaan tubuh
relative lebih luas
Lemak Subkutan
Kurang
Panas tubuh
Berkurang
Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko Infeksi
Penguapan
Berlebih
Pemaparan
dg suhu luar
Kehilangan
Cairan
Imaturitas
Termoregulasi
dehidrasi
Kehilangan
Panas
Respon
Menggigil
Melalui
kulit
Pembakaran lemak
metabolisme
Resiko
kekurangan
Volume
cairan
Imaturitas Organ-Organ
Imaturitas Integumen
Sepsis
Sistem kekebalan
tubuh blm
sempurna
Penurunan daya
tahan tubuh
Resiko infeksi
Gangguan
aliran darah
Perfusi O2 ke
jaringan
Gangguan
Pertukaran gas
Suplai O2 dalam
darah menurun
Hipotermia
14
Imaturitas
paru-paru
Kekurangan
cadangan energi
Reflek menghisap
belum sempurna
Hipoksia
Tonus otot menurun
Malnutrisi
Intoleransi
aktifitas
Hipoglikemi
15
Tidak
terbentuk
surfaktan
Volume paru
menurun
Ketidakefektifan
pola nafas
Hipoksia
Pola nafas tidak
efektif
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai
160 dpm) murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
(PDA)
b. Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
1) Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
2) Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura
mungkin mudah di gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
3) Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat
Reflek tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
1) Apgar score mungkin rendah
2) Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten
(40-60 x/mnt) mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi
suprasternal subternal, sianosis ada.
3) Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres
pernafasan (RDS)
e. Keamanan
1) Suhu berfluktuasi dengan mudah
2) Menangis mungkin lemah
3) Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
16
4) Kulit transparan
5) Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
6) Ekstremitas tampak edema
7) Garis telapak kaki terlihat
8) Kuku pendek
f. Seksualitas
1) Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
2) Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan
kritoris menonjol testis pria tidak turun, rugae mungkin banyak /
tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang :
1) Pengobatan :
a) Cettrazidine 2 x 75 mg
b) Aminophylin 2 x 0,15 /IV
c) Mikasin 2 x 10 mg
d) Aminosteril 15 cc
2) Perhatian Khusus:
a) O2
b) Observasi TTV
3) Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
a) Ht : 46 vol %
b) Hb : 15,7 gr/dl
c) Leukosit : 11 900 ul
d) Clorida darah : 112 mEq
e) Natrium darah : 140
f)
Kalium : 4,1
g) GDS : 63
17
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat
pernafasan perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan
SSP imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat
e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Intervensi:
1) Ukur berat badan bayi dan perhatikan jenis kelamin
2) Observasi pernafasan ; cuping hidung, dispnea dan ronki
3) Observasi dengan pemantauan O2 catat setiap jam ubah sisi alat
setiap 3-4 jam
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas
pusat
C)
Intervensi:
1) Pertahankan cuci tangan yang benar
2) Pertahankan kesterilan alat
3) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium
4) Obervasi TTV S, N, P tiap 8 jam
5) Observasi tanda-tanda infeksi
Kolaborasi:
1) Berikan aminofilin 2 x 0,15 cc encerkan melalui IV tiap 7 jam
4. Evaluasi :
a. Jalan nafas tetap paten
b. Bayi tidak menunjukan tanda-tanda TIK
c. Bayi menunjukan bukti homeostatis
d. Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)
e. Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi
DAFTAR PUSTAKA
20
21