Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
DEVITA ARDIANI
(1401100003)
(1401100007)
ENJELIA PERMATASARI
(1401100027)
(1401100046)
ADIAJENG AYU A
(1401100078)
(1401100097)
LEMBAR PENGESAHAN
: Kamis
Tanggal
: 21 Juli 2016
NIP.
Pembimbing Lahan
Ruang Cucakrowo
NIP.
Kepala Ruangan
Ruang Cucakrowo
NIP.
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang Cucak Rowo RSJ. Dr Radjiman
Wediodiningrat Lawang Malang. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas praktik klinik
Keperawatan Jiwa.
Dalam menyelesaikan makalah asuhan keperawatan jiwa ini,penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihakoleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
( Kelompok 3 )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Skizofreneia hebefrenik, permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering
timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok adalah:
gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanakan sering terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak
sekali. (Maramis 2009)
Halusinasi merupakan gangguan pencerapan panca indera dimana individu tidak
mampu membedakan rangsangan internal dan eksternal. 70% pasien yang dirawat
dengan skizofrenia mengalami maslah halusinasi. Jika halusinasi tidak diatasi akan
mengakibatkan gangguan biologis, psikologis dan sosial budaya. (Stuart & Sundeen,
2007)
Halusinasi pada skizofrenia timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling sering
pada skizofrenia adalah halusinasi pendengaran (auditorik atau akustik) dalam bentuk
suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. (Maramis, 2009)
Di ruang Cucak Rowo terdapat 15 orang pasien, 93% pasien (14 orang) dengan
diagnosa medis skizofrenia, dan 7 % pasien (1 orang) dengan diagnosa
skizonaaffective desorder. Dari 14 orang tersebut memiliki riwayat halusinasi, dan
saat pengkajian didapat 4 orang yang masih kuat halusinasinya dan masih berada di
ruang isolasi, salah satunya adalah Tn N dengan diagnosa keperawatan utama
halusinasi pendengaran.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami mengambil judul Asuhan
Keperawatan pada Tn.N dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
di Ruang Cucak Rowo RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien Tn. N di
ruang Cucak Rowo. Tn N dengan diagnosa medis F 20. 13 (Skizofrenia Hebefrenik
Berulang) saat pengkajian didapati masalah keperawatan utama saat ini adalah dengan
halusinasi pendengaran yang kuat, karena diagnosa skizofrenia hebefrenik nya masih
akut.
1.2 TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan halusinasi pendengaran di ruang
Cucak Rowo RSJ Dr Radjiman Widiodiningrat Lawang Malang dengan
1.2.2
1.3 MANFAAT
1.3.1 Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam hal pengembangan ilmu
1.3.2
pelayanan kesehatan
Bagi peniliti lain
Diharapkan dapat
meningkatkan
bahan
baca
atau
referensi
1.3.3
Lawang.
Waktu: penyusunan makalah ini untuk seminar pada tanggal 21 Juli 2016
Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung kepada
pasien untuk mendapatkan data yang objektif dengan menggunakan format
pengkajian.
1.4.3
Dokumentasi
Catatan terhadap pasien serta hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter,
1.4.4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1
DEFINISI
2.1.2
KLASIFIKASI
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak pada stimulus
yang terlihat. Contoh : merasakan sensai listrik datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakterisktik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikkan, merasa pengecap rasa seperti darah, urin, atau feses.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena atau arteri, makan dicerna, atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
2.1.3
ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut struart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal
dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
FASE-FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh klien, bisa berbeda intensitasnya dan
keparahannya. Stuart dan Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 fase
berdasarkan tingkat ansietasnya yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan
dirinya. Semakin berat fase halusinasinya, klien semakin berat mengalami ansietas
dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
1. Fase I : Comforting : Ansietas Ringan : Halusinasi Menyenangkan
Karakteristik : Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
10
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiranpikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas
dapat ditangani.
Perilaku Klien :
11
Potensi kuat suicide (bunuh diri) atau homicide (membunuh orang lain)
2.1.5
Adapun tanda dan gejala halusinasi menurut Direja, 2011 sebagai berikut :
NO JENIS HALUSINASI
1.
Halusinasi
Pendengaran
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Mendengar suara atau Bicara atau ketawa
kegaduhan,
mendengarkan
sendiri,
marah-marah
suara tanpa
sebab,
mendengarkan ke
yang
arah
telinga
tertentu,
Halusinasi
berbahaya
Melihat bayangan, sinar Menunjuk-nunjuk
Penglihatan
tertentu,
Halusinasi Penghidu
monster
Membaui
bau-bauan
menutup
Halusinasi
itu menyenangkan
hidung
Merasakan seperti darah, Sering meludah-ludah
Pengecapan
urin, feses
12
5.
Halusinasi Perabaan
Mengatakan
serangga
kulit,
adanya Menggaruk-garuk
dipermukaan
merasa
seperti
tersengat listrik
2.1.6
PENATALAKSANAAN
laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain didekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain agar tidak
membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
2.1.7 AKIBAT
Akibat dari perubahan persepsi sensori halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3. RENTANG RESPON
Respon Adaptif
Respon Neurologic
Respon
Maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi
konsisten
dengan pengalaman
Perilaku
kadang
Kelainan
menyimpang
pikiran/delusi
Ilusi
halusinasi
Reaksi
Perilaku sesuai
berlebihan
Hunungan sosial
kurang
Perilaku
emosional
Ketidakmampuan
untuk
atau
mengalami
emosi
ganjil/tidak
lazim
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
Menarik diri
14
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawtan yang
sistematis dimulai dari pengumpulan data, penentuan data validitas,
pengelompokan serta pencatatan hasil wawancara, observasi dan pemeriksaan.
Menurut Budi Anna Keliat (2006), meliputi beberapa faktor sebagai
berikut.
1) Identitas pasien
Meliputi nama klien, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pekerjaan, alamat,
tanggal rawat, no RM, diagnosa mediis.
2) Alasan masuk
Umumnya klien halusinasi pendengaran dibawa ke rumah sakit karena
keluarga merasa tidak mampu merawat klien, terganggu karena perilaku klien
dalam hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
3) Faktor presipittasi
Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman,
atau tuntutan dan memerlukan energi ekstra untuk mengatasinya (faktor
memperberat gangguan jiwa).
Meliputi : tanyakan riwayat timbulnya gangguan jiwa, penyebab, upaya yang
dilakukan dan hasilnya.
4) Faktor predisposisi
Yaitu faktor pencetus penyebab utama.
Meliputi: kejadian jiwa dimasa lalu, trauma masa lalu, faktor genetik da
silsilah orangtua dan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, riwayat
pengobatan, NAPZA, dan penyakit fisik.
5) Pemeriksaan fisiK
Keadaan umum klien, TTV, TB, BB, keluhan yang dirasakan klien, dan
pemeriksaan fisik head to toe.
6) Psikososial
Genogram
Silsilah keluarga klien dalam 3 generasi, bagaimana hubungannya,
sosial)
- Ideal diri ( harapan dari individu terhadap penyakitnya)
- Harga diri (perasaan negattif dan positif terhadap dirinya)
Hubungan sosial
Bagaimana hubungannya dengan orang lain, apakah cenderung
menarik diri dengan lingkungannya
Spiritual
Kemampuan pasien dalam menjalankan perintah agamanya dan
ekspersi wajah
Pembicaraan : biasanya pasien halusinasi pendengaran cenderung
berbicara sendiri
Aktifitas motorik : pasien halusinasi aktivitas motoriknya cenderung
menurun
Alam perasaan : afek dan pasien
Interaksi selama wawancara : kooperatif, tidak kooperatif, kontak mata
kurang
Persepsi sensorik : adanya halusinasi
Proses pikir
- Arus pikir
- Isi pikir
- Bentuk pikir: realistik, nonrealistik, autistik, dereistik
8) Tingkat kesadaran
- Orientasi : tempat, wwakt, dan orang
- Kuantitatif : amati penurunan kesadaran
- Kualitatif : relasi dan imitasi
9) Memori
Meliputi memori jangka panjang, jangka pendek, dan memori saat ini
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana
11) Kemampuan penilaian
- Gangguan ringan: jika dapat mengambil keputusan
- Gangguan bermakana: jika diam
12) Daya tilik diri : mengingkari atau mengakui penyakit yang diderita
13) Kebutuhan persiapan pulang; pasien mampu memenuhi kebutuhan (BAK,
BAB, makan, minum, perawatan kesehatan, transportasi, tempat tinggal, tidur.)
14) Mekanisme koping ; kemampuan untuk menahan ketenangan/ penyelesaian
masalah
16
POHON MASALAH
Risiko mencederai diri
Akibat ------------------------sendiri / lingkungan /
Perubahan Sensori
Persepsi:
Masalah utama ----------------
III.
DO
: - Klien gelisah.
- Klien marah-marah ingin memukul
DO
DS
DO
Menghindar
dari
Tidak
mampu
memusatkan perhatian.
-
Selalu
menunduk
saat
diajak bicara
IV.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Risiko mencederai diri sendiri/ orang lain/ lingkungan b. d. halusinasi.
2.Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi
V.
b. d.
menarik diri.
RENCANA KEPERAWATAN
1.2
1.3
18
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya : bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kanan / kekiri / kedepan seolah-olah ada
teman bicara.
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara
yang di dengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendenar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya (dengann nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a.
2.5 Diskusikan denganklien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah
/ takut, sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukan diri, dll).
3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya halusinasi :
a. Katakan saya tidak mau dengar kamu ( pada saat halusinasi terjadi)
b. Temui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk bercakap
cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
c. Membuat jadual kegiatan sehari hari.
d. Meminta keluarga / teman / perawat menyapa klien jika tampak
bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap.
19
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih.. Evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil.
3.6 Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung / kunjungan
rumah)
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi dirumah :
beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama.
d. Beri informasi waktu fallow up atau kapan perlu mendapat bantuan
halisinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai orang lain.
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik untuk mengontrol halusinasinya.
5.1 Diskusikan dengan keluarga dan klien tentang jenis, dosis, frekuensi, dan
manfaat obat.
5.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
II.
IDENTITAS KLIEN
Nama
: Tn N
Tanggal Dirawat
: 15 Juni 2016
Umur
: 17 tahun
Tanggal Pengkajian
: 11 Juli 2016
Pendidikan
: SD
Ruang Rawat
: Cucakrowo
Agama
: Islam
Sumber Informasi
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Desa Mukus
Pekerjaan
: Petani
Jenis Kel
: Laki-laki
No RM
: 113377
Alasan masuk
a. Data primer
Pasien mengatakan ia dibawa ke RS karena ia sakit kepala dan pasien koma selama
1 minggu.
b. Data sekunder
Data dari perawat; perawat mengatakan pasien dibawa ke RSJ Lawang karena di
rumah sering mondar mandir, keluyuran, bicara sendiri, kejang (-), NAPZA (-).
Sebelumnya pasien marah-marah memecahkan kaca almari dan lampu.
Masalah keperawatan: resiko perilaku kekerasan
III.
FAKTOR PRESIPITASI
Pasien dibawa ke RS oleh ibu pasien pada tanggal 15 juni 2016 karena
dirumah pasien sering mondar-mandir, suka keluyuran, bicara, dan tertawa sendiri.
Awalnya pasien ingin sekali memiliki montor, dan punya banyak uang untuk
membantu kedua orangtuanya. Pekerjaan pasien adalah potong rumput. Sehingga ia
sering difitnah oleh tetangganya tentang pekerjaan tersebut dan keinginannya untuk
punya banyak uang. Sehingga pasien malas untuk bergaul dengan orang lain kerena
21
takut difitnah. Pasien menjadi stress karena tidak bisa memberikan uang yang banyak
untuk kedua orang tuanya, menyebabkan pasien mondar-mandir dan suka kluyuran,
pasien berbicara dan tertawa sendiri. Sehingga tanggal 15 juni 2016, pasien diantar
oleh ibunya ke RSJ Lawang.
IV.
FAKTOR PRESDIPOSISI
A. RIWAYAT PENYAKUT MASA LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Penjelasan :
2. Pengobatan sebelumnya
Penjelasan : Pasien mengatakan saat ia sakit kepala dan koma, ia langsung
dibawa ke RSJ Lawang dan mendapat perawatan.
Masalah keperawatan : 3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
Penjelasan :
Pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami penyakit fisik.
Masalah keperawatan : B. RIWAYAT TRAUMA
Trauma
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan
Usia
14 tahun
-
Pelaku
Teman
-
Korban
Pasien
-
Saksi
Teman
-
dalam rumah
12 tahun
Ayah
Pasien
Keluarga
keluarga
Tindakan
kriminal
22
Penjelasan :
Dari hasil pengkajian, pasien mengatakan ia pernah dipukul di kepala oleh teman
pasien waktu pasien berumur 14 tahun. Pasien juga mengatakan ia juga pernah dipukul
oleh ayah pasien waktu pasien berumur 12 tahun.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, cultural, dan
spiritual)
Pasien mengatakan pengalaman masa lalunya yang tidak menyenangkan adalah ia
difitnah oleh tetangganya tentang pekerjaan pasien, dan ia pernah dipukul oleh teman
pasien.
Masalah keperawatan : C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penjelasan :
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : V.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :
Pasien sadar, penampilan pasien tidak rapi (kotor, dan acak-acakan, kuku panjang, mulut
bau, gigi kotor dan ada caries), tidak memakai sendal pasien sering bicara sendiri dan
tertawa sendiri, kontak mata kurang, GCS E:4 V:5 M:6.
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,3
Pernafasan : 20x/menit
23
3. Ukur :
Berat badan : 40kg
Tinggi badan : 156 cm
4. Keluhan fisik
Penjelasan :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang mengganggu.
5. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
Penjelasan ;
Kepala : bentuk kepala lonjong, rambut kotor, acak-acakan, rambut berwarna hitam,
wajah tampak simetris, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Mata : pupil - isokor, kongjungtiva - tidak anemis, sclera - ikterik(-), tidak ada nyeri
tekan.
Mulut dan tenggorokan : gigi tampak kotor dan ada caries, lidah tampak kotor, tidak
memakai gigi palsu, mukosa bibir lembab, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
24
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki/perempuan meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
: Orang terdekat
Penjelasan
Pola asuh: pasien mengatakan sejak kecil ia tinggal dengan orang tuanya, dan orang
tua pasien mendidik pasien dengan tegas, dan jika paien berbuat salah ia tidak
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya karena itu adalah anugerah
Tuhan.
b. Identitas
Pasien mengatakan ia bernama Tn. N, umur 17 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama
islam, alamat: Mukus, dan pekerjaan pasien sehari-hari adalah potong rumput, klien
belum menikah. Klien juga mengatakan ia puas terhadap dirinya sebagai laki-laki.
c. Peran
Pasien mengatakan perannya di dalam keluarga adalah sebagai anak dan ia sudah
menjalankan perannya tersebut karena pasien bertugas membantu Bapaknya
memotong rumput.
Pasien mengatakan di RS ia berperan sebagai seorang pasien, dan pasien merasa
dirinya sudah menjalankan perannya tersebut di RS yaitu sering membantu
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti atau terdekat
Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan dirinya dan menjadi tempat
bercerita jikan pasien mempunyai masalah adalah kedua orang tua pasien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Di rumah: Pasien mengatakan selama di rumah tidak pernah mengikuti
-
4. Aktivitas Motorik
Penjelasan:
Saat dikaji, pasien tampak gelisah. Kontrak waktu wawancara yang disepakati adalah
15 menit, tetapi 5 menit pertama pasien sudah mau meninggalkan tempat pertemuan.
Masalah keperawatan: 5. Kesadaran:
a. Kuantitatif
Composmentis
Penjelasan:
Dari hasil pengkajian, pasien mampu menjawab pertanyaan dengan baik, pasien
terlihat sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun lingkungan. GCS: E:4,
V:5, E:6.
b. Kualitatif:
Penjelasan :
Kesadaran berubah: klien mondar-mandir, suka keluyuran, sering berbicara dan
tertawa sendiri.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir.
6. Orientasi
Penjelasan :
a. Waktu: pasien tidak mampu mengingat kembali dengan baik kapan waktu untuk
melakukan aktivitas di RSJ Lawang misalnya waktu untuk makan.
b. Orang: pasien tidak mampu mengenal dan sering lupa nama orang di Ruanagn
Cucakrowo
c. Tempat : pasiien mengatakan saat ini dia berada di ruang cucak rowo
Masalah keperawatan: Perubahan proses pikir.
7. Perasaan
Penjelasan:
28
Emosi : Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan ia merasa senang jika ia
Afek
9. Proses Pikir
a. Arus Pikir
Ferbigrasi
Penjelasan:
Selama wawancara pasien tidak mampu memulai pembicaraan, pasien sering keluar dari
konteks pembicaraan, dan mengulang-ulang pembicaraan. Misalnya saat ditanya
mengenai isi halusinasinya apakah masih muncul, tapi pasien menjawab ibu ditunggu
sampai datang.
Masalah: Gangguan proses pikir
b. Isi Pikir
Pikiran isolasi sosial
Penjelasan :
Pasien mengatakan jarang bergaul dengan teman-temannya karena takut dipukuli sama
teman-temannya karena sebelumnya pasien pernah dipukuli oleh teman-temannya.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir
29
c. Bentuk Pikir
Non realistik
Penjelasan:
Bentuk pikir Tn. N adalah non realistik karena apa yang dibicarakan pasien tidak
sesuai dengan kenyataan yang dibuktikan dengan pasien mengatakan ibunya
sedang menelpon dan berbicara dengan pasien sehingga pasien terlihat seperti
menjawab telpon dari ibunya tersebut dengan menggunakan tangannya sebagai
handphone untuk berbicara dengan ibunya.
Masalah keperawatan: Ganguan proses pikir.
10. Memori
Penjelasan:
Jangka panjang: pasien tidak mampu mengingat waktu pasien masuk RSJ
Lawang
Jangka pendek: pasien tidak mampu mengingat waktu pasien
Saat ini: pasien mengalami gangguan daya ingat saat ini, karena setelah
berkenalan dan bercerita pasien tidak dapat menyebutkan nama lawan bicaranya.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir
11. Tingkat konsentrasi
Penjelasan:
Saat pengkajian pasien tidak berkonsentrasi dengan baik dibuktkan dengan pasien
ibunya berbicara dengannya lewat telpon, dan pasien berbuat seolah-olah sementara
telpon dengan ibunya namun menggunakan tangan kosong.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir.
13. Daya Tilik Diri
Penjelasan :
Pasien mengatakan ia dibawa ke RS karena ia sakit kepala dan pasien koma selama 1
minggu, pasien mengtakan ia tidak mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: Gangguan proses pikir
31
:-
: 19.00 01.00
Penjelasan :
-
Pasien mengatakan ia tidak bisa tidur siang karena pasien tidak terbiasa tidur
siang, pasien tidur malam pukul 19.00 - 01.00 setelah itu pasien terbangun
untuk sholat dan tidak bisa tidur lagi.
6. Penggunaan obat
penjelasan :
32
Pasien bisa minum obat dengan mandiri, tetapi pasien harus dimotivasi dan
diawasi oleh perawat baru pasien dapat minum obat dengan baik, untuk
memastikan obat tersebut benar-benar diminum sesuai yang telah dijadwalkan.
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya
Perawatan lanjut
Sistem pendukung
Tidak
Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Pengaturan keuangan
Tidak
Belanja
Transportasi
Masalah dengan dukungan keluarga kelompok, spesifiknya : saat ini pasien belum
dijenguk oleh keluarganya
33
Masalah lainnya, spesifiknya : tidak ada masalah lain yang mengganggu aktifitas atau
kebutuhan pasien
Merlopam 2 mg
Trihexypheridil 3x2
Risperidon 2 mg
34
DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
Gangguan Persepsi Sensori
Pasien mengatakan ia mendengar Halusinasi Pendengaran
ibunya sedang berbicara padanya
rumah.
Pasien
mengatakan
mendengarkan
ibunya
sering
berbicara
kali.
Pasien mengatakan bahwa ia sering
mendengar ibunya berbicara dengan
pasien lewat telpon pada saat pasien
sedang sendiri.
Pasien mengatakan ia senang saat
mendengar
ibunya
berbicara
sudah
halusinasinya
sendiri
dan
dengan
menelpon
dan
gelisah,
sering
berbicara
sendiri,
pasien
tampak
seperti
menelpon
teman-temannya
karena
pasien
menghindar
saat
ditanya
DS :
Defisit Perawatan Diri
Pasien mengatakan ia mandi 3x dalam
sehari, pasien mengatakan terkadang
tidak menggunakan sabun dan tidak
gosok gigi.
DO :
4.
dari
konteks
pembicaraan,
datang.
DS :
Kurang Pengetahuan
36
DO :
Pasien tampak bingung dan diam saat
6.
gangguan jiwa.
Pasien mengatakan
senang
saat
mendapatkan
telpon
dari
suara
ibunya
DO :
-
Pasien
tidak
dapat
berorientasi
Proses pikir :
a. Arus Pikir = Ferbigrasi
b. Isi Pikir = Pikiran isolasi sosial
c. Bentuk Pikir = non Realistik
Pasien mengalami gangguan daya
7.
bermakna
Pasien mengingkari penyakitnya
DS:
berlebihan
yaitu
memotong
DO:
Klien tampak menyendiri, klien tidak
8.
38
Effect
Core problem
Cause
39
XVII.
RENCANA KEPERAWATAN
N
O
1.
DIAGNOSA
KEPERAWAT
AN
Gangguan
Persepsi
Sensori :
Halusinasi
Pendengaran
TUJUAN
PERENCANAAN
KRITERIA
EVALUASI
TINDAKAN
RASIONAL
KEPERAWATAN
TUM :
Klien dapat
mengatasi
halusinasinya
TUK I :
Klien dapat
1.1 Ekspresi
1.1.1
bina
wajah
hubungan
membina
bersahabat
saling
hubungan
menunjukkan
percaya
saling
rasa senang,
percaya
ada kontak
mata, mau
teraupetik
berjabat
tangan, mau
salam
perkenalan
diri
jelaskan
menjawab
tujuan
salam, klien
interaksi
mau duduk
berdampingan
dasar interaksi
yang teraupetik
antara perawat
dan klien untuk
kelancaran
hubungan
selanjutnya
tanyakan
lengkap,
perawat dan
dan nama
meu
panggilan
mengutarakan
dihadapinya
percaya sebagai
nama
dengan
masalah yang
Hubungan saling
klien
tunjukkan
sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya
beri
perhatian
Ungkapan
40
kepada
perasaan klien
klien dan
kepada perawat
perhatikan
sebagai bukti
kebutuhan
bahwa klien
dasar klien
mulai
ciptakan
mempercayai
lingkungan
perawat
yang tenang
TUK II :
Klien dapat
1.1.2
motivasi
hubungan saling
mengenal
dan beri
halusinasinya
kesempatan
percaya
Mengurangi
klien untuk
waktu kosong
mengungka
sehingga dapat
pkan
mengurangi
perasaan
frekuensi
halusinasi
1.1.3
dengarkan
ungkapan
klien
dengan
empati
Halusinasi harus
dikenalkan
terlebih dahulu
oleh perawat agar
intervensi efektif
Klien mungkin
tidak mampu
untuk
mengungkapkan
persepsinya maka
membedakan hal
nyata dan hal
2.1.1 adakan
perawat dapat
memfasilitasi
singkat secara
klien untuk
pertemuan
bertahap
mengungkapkan
dengan
secara terbuka
menceritakan hal
41
yang nyata
2.1.2 observasi
tingkah laku verbal
atau non verbal
yang berhubungan
Meningkatkan
orientasi realita
klien dan rasa
percaya diri klien
dengan halusinasi
pendengaran yang
ditandai dengan
bicara sendiri, isi
bicara, mata
melotot, tiba-tiba
pergi, tiba-tiba
tertawa
TUK III :
Klien dapat
2.1.3 gambarkan
tingkah laku
mengontrol
halusinasi pada
halusinasinya
2.1.4 terima
halusinasi sebagai
hal yang nyata bagi
klien tetapi tidak
nyata bagi perawat
dilakukan oleh
menyebutkan
menimbulkan dan
tidak
menimbulkan
halusinasi : sifat,
isi, waktu,
frekuensi, respon
memutuskan
halusinasi perlu
Upaya untuk
mengidentifikasi
halusinasinya
situasi yang
tidak berlanjut
menimbulkan
halusinasi : sifat,
isi, waktu,
frekuensi, respon
42
terhadap halusinasi
pertemuan
Tindakan yang
biasa dilakukan
2.2.2 bersama klien
menentukan faktor
pencetus halusinasi
apa yang terjadi
klien merupakan
upaya untuk
mengatasi
halusinasi
sebelum
halusinasi
Memberikan hal
yang positif atau
pengakuan akan
meningkatkan
2.2.3 motivasi
klien
Dengan halusinasi
mengungkapkan
yang terkontrol
perasaannya ketika
sedang
resiko kekerasan
berhalusinasi
tidak terjadi
menyebutkan
Pengulangan hasil
tindakan yang
diskusi yang
biasanya
dapat dilakukan
dilakukan untuk
3.1.1 identifikasi
mengendalikan
bersama klien
halusinasinya
klien merupakan
suatu tanda
konsentrasi pikir
dapat difokuskan
bila sedang
berhalusinasi
Pujian merupakan
pengakuan yang
klien tentang
menyebutkan 2
tindakannya
dapat
meningkatkan
motivasi dan
harga diri klien
dari 3 cara
Akan membantu
menghardik
klien melupakan
43
halusinasi
halusinasinya dan
3.2.1 diskusikan
meningkatkan
cara menghardik
daya konsentrasi
halusinasi
klien
3.2.2 motivasi
klien untuk
menyebutkan
kembali cara
menghardik
halusinasi
Klien berbicara dan tertawa sendiri, klien kelihatan duduk diam, klien mondarmandir, klien sering menelpon dengan menggunakan tangga atau daun yg dipilih.
2. Diagnose keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus ( TUK )
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
- Salam klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien nama panggilan kesukaan klien
- Jelaskan maksud dan tujuan interaksi
- Berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasarnya
2) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaanya
3) Dengarkan ungkapan klien dengan empati
Bagaimana mas?
: Mau dimana kita mengobrol mas? Didalam taman
Waktu
b. FASE KERJA
Mas, kalau boleh saya tau, mas aslinya mana?
Dirumah ada berapa saudara?mas sudah berkeluarga?
Siapa teman ngobrol dirumah?
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
45
dengar ya?
: Untuk pertemuan kita nanti mas mau dimana? Disini saja
Waktu
46
Ruang : Cucakrowo
RM No : 113377
Implementasi Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya,
Evaluasi
S:
dengan :
mengatakan
dengan
namanya
Tn.N,
Memperkenalkan diri
Umurnya 23
dengan sopan
tahun,
alamatnya
didesa
kesukaan klien
mucus,
Pasien
Menjawab
salam
dasarnya
Menyebutka
n nama
Ekspresi
wajah
menunjukka
nn rasa
senang
-
Mau
berjabat
tangan
Ada kontak
mata
Mau
mengutarak
n
Perasaamya
47
A:
TUK 1 Tercapai
P:
Lanjutkan TUK 2
48
49
wujudnya?
: Mau dimana kita mengobrol mas? Didalam taman
Waktu
b. FASE KERJA
Apa mas dengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan dari suara itu?
Apa mas terus menerus terdengar suara itu? Kapan yang paling sering mas
dengark suara itu? Berapa kali sehari mas alami halm itu? Pada keadaan apa suara
itu terdengar? Apa pada waktu mas sendiri?
Apa yang mas rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang mas lakukan
saat mendengar suara itu? Apakah cara itu suara yang mas dengar bisa hilang?
Bagaiman kalau kita belajar cara- cara untuk mencegah suara-suara itu agar tidak
muncul? Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu cara menghardik?
caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul, langsung mas bilang pergi
saya tidak mau dengar, kamu suara palsu. Begitu terus diulang-ulang sampai suara
itu tidak terdengar lagi. Coba mas peragakan! Nah bagus !!!!! coba lagi ! yah
bagus mas, mas sudah bisa
c. FASE TERMINASI
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif (Klien)
saya senang mas sudah mau meceritakan tentang suara-suara yang mas
dengar itu ! bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap?
- Evaluasi Obyektif (Perawat )
kalau suara itu muncul silahkan coba cara tersebut ya mas?
2) Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, kalau mas dengar suara itu lagi, panggil perawat agar perawat
bisa bantu mas!
50
Tempat
Waktu
51
Ruang : Cucakrowo
RM No : 113377
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
Pasien
mengatakan
halusinasinya
ia
mendengark
datang
an ibunya
berbicara
kepadanya
halusinasinya
lewat
telepon dan
menyuruhny
a untuk
halusinasi
pulang,
karena
terjadina halusinasi
sepedanya
sudah
dibelikan
dan
sekarang ad
dirumahnya
-
Pasien juga
mengatakan
ibunya
sering
berbicara
kepadanya
lewat telpon
pada pagi
hari dan
siang hari
52
sekitar jam
08.00 dan
pada jam
14.00
dengan
frekuensi
dalam sehar
3-4 kali,
pada saat
pasien
duduk
menyendiri.
-
Pasien
mengatakan
ia senang
saat
mendengark
an ibunya
berbicara
dengannya
ditelepon
O:
-
Pasien
tampak
gelisah,
sering
menyendiri
dan
berbicara
sendiri,
kadangkadang
pasien jga
sering
53
tertawa
sendiri.
-
Pasien
tampak
seperti
menelpon
seseorang
dengan
menggunak
n tangan
kosong
A:
TUK 2 Tercapai
P:
Lanjutkan TUK 3
54
pada klien
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap
Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri
55
Tempat
Waktu
d. FASE KERJA
Mas, kalu boleh saya tahu, apa yang sering mas lakukan jika mas mendengar
suara-suara itu ? jadi mas hanya berdiam diri saja saat mendengar suara-suara itu?
Menurut mas, apa yang mas lakukan bermanfaat dan efektif untuk mengatasi
suara-suara itu?
Mas, saya kemarin kan sudah mennjelaskan cara menghardik ketika mas
mendengarkan suara-suara itu, apakah mas sudah melakukanya? Ya, sudah gini
aja yah mas, ini saya ulangi lagi cara untuk mengontrol halusinasi mas : yang
pertama apabila mas mendengarkan suara-suara tersebut, mas katakan pergi!!!
Saya tidak dengar seperti itu mas, ayo dicoba lagi
Nah untuk cara yang kedua, apabila mas mendengar suara-suara itu, mas bisa
langsung mencari saya atau perawat lain untuk diajak bicara. Sehingga dengan
bicara, mas tidak akan mendengar suara suara itu lagi!
sekarang kita coba saja buat njadwal kegiatan mas untuk sehari-hari , agar mas
tidak banyak ngalamun dan bengong ayo mas, saya bantu!
mas jga jangan lupa minum obat dari dokter, agar suara-suara tersebut tidak
muncul lagi
e. FASE TERMINASI
1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi subyektif (Klien)
bagaimana perasaan mas setelah kita bercakap-cakap?
- Evaluasi Obyektif (Perawat )
56
mas, mas kan sudah tau cara mengontrol halusinasi mas, coba sekarang mas
sebutkan apa saja?
2) Rencana Tindak Lanjut
Baiklah mas, utnuk pertemuan kali ini kita cukupkan sampai disini.
Bagaimana kalau mas mendengar lagi nsuara itu, mas lakukan yang sudah kita
latihan tadi yah mas? Setuju?
3) Kontrak Yang Akan Datang.
Topik
Tempat
sama?
: Untuk pertemuan kita nanti mas mau dimana? Disini saja
Waktu
57
Tanggal dan
Dx
1
jam
13 Juli 2016
09.00 WIB
Ruang: Cucakrowo
Implementasi Keperawatan
1. Mengidentifikasi
bersama
Evaluasi
klien S:
Pasien
halusinasi
digunakan
jika
bermanfaat beri pujian pada klien
klien,
memilih
kesempatan
untuk
aktifitas
orientasi
persepsi
klien
realita,
mengikuti
kelompok,
atau
bersedia
mengikuti
kelompok
di
dan O:
mengatakan
ruangan
Pasien
aktivitas
mengontrol halusinasi
4. Membantu
mengatakan
Pasien
berbicara
dan
tertawa sendiri
Pasien
tampak
sedang
jenis
menelpon
seseorang
stimlasi
seperti
menggunakan
tangan kosong
A:
Pasien
belum
mampu
mengontrol halusinasinya
P:
Ulangi TUK 3 Intervensi 1-6
58
59
b. Evaluasi/validasi:
mas kok masih menyendiri disini? Mas, masih mendengar suara-suara itu hari
ini?
c. Kontrak
Topic : mas masih ingat kan, kita punya janji untuk berdiskusi cara
mengontrol suara-suara tersebut hari ini.
Tempat : mau dimana kita ngobrol? Di dalam kamar atau di ruang tengan? Di
ruang tengah saja ya..
2. FASE KERJA
mas, kalau boleh saya tahu, apa yang sering mas lakukan jika mas mendengar suarasuara itu?
jadi mas hanya berdiam diri saja saat mendengar suara-suara itu? Menurut mas, apa
yang mas lakukan bermanfaat dan efektif untuk mengatasi suara suara itu?
mas, saya punya cara untuk mengatasi suara-suara itu mas mau tahu? Nanti saya
akan bantu mengajarkan cara tersebut
nah mas, kalau mas mendengar suara-suara itu, mas katakana pergi!! Saya tidak mau
mendengar! Ayo dicoba mas..
nah mas kalau mas mendengar suara-suara itu, mas bias langsung mencari saya atau
perawat lain untuk diajak bicara. Sehingga dengan bicara, mas tidak akan mendengar
suara-saura itu lagi
sekarang, coba kita buat jadwal kegiatan mas untuk sehari-hari, agar mas tidak
banayk melamun. Ayo mas, saya bantu
mas juga jangan lupa minum obat dari pak dokter, agar suara suara tersebut tdak
muncul lagi
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
60
Topic : mas nanti kita akan ngobrol lagi tentang cara mengontrol
halusinasi
Tempat : untuk pertemuan kita nanti mas mau dimana? Disini saja
atau di tempat lain?
61
No.
Dx
1
Tangan Dan
Jam
14 juli 2016
9.0
IB
Implementasi Keperawatan
1. Mengidentifikasi
tindakan
yang
Evaluasi
bersama
klien S:
dilakukan
jika
terjadihalusinasi
mengatakan
ia
Pasien
dengan
klien
cra
Pasien
mengatakan
mengontrol halusinasi
klompok
diruangan
Pasien
belum
mampu
mengontrol halusinasinya
P:
62
Topic : bapak masih ingat kan, kita punya janji untuk berdiskusi cara
memanfaatkan obat dengan baik hari ini.
63
2. FASE KERJA
a. Merlopam 2mg 0-0-1/2
b. Trihexypheridil 3x2
c. Resperidone 2mg 1-0-1
ini lho mas obat yang diminum oleh mas N. yang biru ini namanya merlopam,
yang warna putih ini trihexypheridil dan yang warna kuning ini namanya
resperidone. Merlopam ini berguna untuk menenangkan perasaan mas.
Trihexypheridil ini berguna untuk mengurangi kekakuan pada sendi mas.
Sedangkan resperidone ii berguna untuk mengendalikan suara-suara yang mas
dengar. Obat ini diminum 2x sehari dan trihexyperidil diminum 1 kali sehari.
Masing-masng 1 tablet jangan lebih jangan kurang. Dengan minum obat ini
mungkin mas N akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, keinginan untuk tidur
terus dan bibir menjadi kering. Itu efek samping dari obat ini, jangan panic/takut.
Perawat akan selalu memonior dengan mengukur tekanan darah mas N 3 kali
sehari. Bagaimana? Sudah jelas mas? Jika mas juga merasa kaku-kaku otot,
tremor/gemeteran, mata melihat keatan, sulit menggerakan anggota badan, banyak
keluar air ludah, tolong mas N hubungi perawat untuk dilakukan tindakan. Tapi
biasanya gejala ini jarang timbul karena sudah diberikan obat penangkalnya yaitu
trihexyperidil. Obat ini harus diminum terus, mungkin berbulanbulan atau bahkan
bertahun-tahun. Jangan khawatir obat ini aman jika diminum sesuai aturan. Jangan
hentikan obat walaupan mas sudah merasa sehat. Mas harus selalu konsultasi
dengan kami. Kalu mas N menghentikan obat secara sepihak, gejala-gejala seperti
yang mas N alami sekarang akan muncul lagi. Ada lima hal yang harus diingat
saat mas n minum obat: benar obat, benar bahwa obat itu untuk mas, benar
caranya, benar dosis, bnar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas? Bagus kalau
begitu.
3. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan
64
Topik : nanti kita ketemu lagi ya mas? Kita akan mengulas apa yang sudah
kita diskusikan?
No.
Dx
1
Tanggal Dan
Jam
15 juli 2016
09.00
Implementasi Keperawatan
Evaluasi
halusinasinya
2. Membantu
memastikan
klien
untuk
klien
untuk
oleh perawat
Pasien
tampak
rutin
sesuai
dosis
pengawasan
perawat
P:
65
Ulangi TUK4
66
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan askep jiwa kasus nyata, khususnya berkaitan degan penerapan asuhan keperawatan
pada klien Tn.N dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran di ruang
Cucakrowo RSJ Lawang. Pembahasan ini meliputi unsur-unsur proses keperawatan yaitu:
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi,
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Juli 2016 di ruang cucakrowo. Dalam
konsep teori tentang asuhan keperawatan dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran. Mendapatkan gejala: bicara, senyum dan tertawa sendiri,
mendengarkan suara-suara yang tidak jelas, mudah tersinggung, mengindar dari orang
lain, tidak bias membedakan hal nyata dan tidak nyata, gelisah, marah, jengkel,
ekpresi wajah tegang. Sedangkan yang muncul pada Tn.N adalah pasien tampak
gelisah, sering menyendir dan berbicara sendiri., kadang-kadang pasien tertawa
sendiri. Pasien sering duduk sendiri, lebih banyak tidur, berbicara hanya jika ditanya,
dan jawabannya singkat. Dengan demikian terdapat sedikit perbedaan yang muncul
pada kasus dan teori ini. Perbedaan dan tanda gejala dari kasus dan teori disebabkan
karena factor terapi dan factor lingkungan klien tidak banyak bicara, bicara jika
ditanya saja, klien hanya bias tiduran saja. Pada faktor terapi pasien dapat terapi
selama kurang lebih 1 bulan. Factor lingkungan setiap kali pasien menunjukan gejalagejala halusinasi, perwat ruangan langsung melakukan intervensi keperawatan dengan
cepat misalnya mengajak klien berdiskusi dan mengajari cara menghardik halusinasi.
B. DIAGNOSA
Pada tinjuan teori berdasarkan pohon masalah dirumuskan ada 3 masalah
keperwatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, perubahan persepsi sensori halusinasi
pendengaran dan isolasi social: menarik diri pada kasus nyata terdapat 6 masalah
keperawatan yaitu perubahan persepsi alusinasi pendengaran, gangguan persepsi
sensori halusinasi: pendengaran, isolasi social: menarik diri, gangguan interaksi
social, gangguan proses piker, gangguan komunikasi verbal dan deficit perawatan diri.
Dari masalah diatas ditegakan 1 diagnosa yaitu gangguan persepsi sensoru:
halusinasi pendengaran. Diagnose ini dijadikan prioritas karena jika penyebabnya
67
telah teratasi makan masalahnya tidak akan muncul. Yang menjadi menyebab adalah
isolasi social: menarik diri dengan demikian TUM ditegakan berfokus pada masalah
dan TUK berfokus pada core problem.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang muncul ada Tn. N yaitu resiko gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran maka rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan
TUM dan TUK untuk perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran. TUM
difokuskan pada klien dapat mengatasi halusinasinya. TUK difokuskan pada
halusinasi pendengarannya. Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi klien serta kondisi lingkungan.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan pada klien Tn.N disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang sebelmnya tersusun dan disesuaikan dengan kondisi klien pada
pelaksanaan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses yang berfungsi untuk menilai
hasil tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai olak ukur dan evaluasi
dilaksanakan merupakan evaluasi darijangka pendek, sedangkan tujuan jangka
panjang belum dapat teratasi karena membutuhkan waktu yang cukup lama, seperi
TUK V belum dilaksanakan oleh kelompok karena pada saat proses perawatan
berlangsung kelompok belum bertemu dengan keluarga dan tidak melakukan
kunjungan rumah.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2016.
Secara umum kelompok sudah mendapatkan gambaran umum tentang asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran meliputi pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan catatan keperawatan. Adapun gejala yang ditemukan pada
kasus ketika penkajian yaitu pasien tampak bingung sering menyendiri dan sering
mendengar suara yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu. Sehingga dari data
tersebut muncul diagosa keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran.
Perencanaan disusun sesuai dengan teori yang telah ditetapkan dan
disesuaikan dengan keadaan dalam kasus. Masalah diprioritaskan berdasarkan core
problem atau maslaah utama yang telah diangkat dala masalah ini adalah gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran. Pelaksaan tindakan keperawatan pada klien
dilaksanakan dengan rencana yang telah disusun namun ada perencanaan yag belum
dilaksanakan karena tidak ada kunjugan dari keluarga klien sehingga dilakukan
wawancara tindak lanjut keperawatan dirumaha oleh keluarga saat klien pulang.
Evaluasi dilaksanakan ntuk mengetahui sejauh mana rencana dan tujuan evaluasi dari
masalah dapat dibantu dengan perilaku klien pada kasusu ini evaluasi terhadap
diagnose yang diangkat terdapat kriteria tujuan yang belum tercapai dan intervensi
setiap tindakan dalam perencanaan di hentikan pada tanggal. Karna keterbatasan
waktu dalam merawat klien.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di ruang cucakrowo RSJ dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang, maka diharpakan bagi perawat ruangan maupun
mahasiswa praktik diharapkan untuk bias memanfaatkan waktu dan kesempatan yang
ada selama praktik guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki.
69
70
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G., W, & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Maramis, W., F, & Maramis, A., A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press
71