You are on page 1of 9

MOISTURE BATUBARA

Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan
sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal mula air
tersebut di dalam batubara.
Ada dua bentuk/wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara dalam bentuk H2O
dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara karena adanya oksidasi terhadap batubara
tersebut.
Air yang terdapat dalam batubara dalam bentuk H2O dibagi dalam 3 bentuk yakni.
1. Inherent moisture ialah air yang secara fisik terikat di dalam rongga-rongga kapiler serta pori2 batubara
yang relatif kecil, serta mempunyai tekan uap air yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tekanan uap air
yang terdapat pada permukaan batubara.
2. Adherent moisture ialah air yang terdapat permukaan batubaraatau di dalam pori2 batubara yang relatif
besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruangan.
3. Air kristal ialah air yang terikat secara kimia pada mineral-mineral dalam batubara. Bentuk ini menguap
pada suhu yang cukup tinggi, tergantung dari jenis mineral yang mengikatnya, penguapan pada umumnya
mulai terjadi pada suhu diatas 450 derajat celcius. Beberapa badan standarisasi international membuat
metode untuk penetapan air kristal ini, namun jarang orang mempergunakannya, amerika menetapkan
bahwa air kristal yang terdapat di dalam batubara ialah 8% dari kadar abu batubara, sedangkan negaranegara eropa menetapkan sebesar 9% dari kadar abu batubara.
PENGERTIAN MOISTURE PADA BATUBARA
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara baik besar maupun
kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara selama pemanasan.
Moisture batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai pada suhu 105 110
derajat celcius.
Berdasarkan pengertian diatas, serta melihat kembali kepada bentuk2 air yang terdapat di dalam batubara,
maka hanya air dalam bentuk inherent dan bentuk adherent sajalah yang dapat dikategorikan sebagai
moisture batubara, sedangkan 2 bentuk lainnya, yaitu air kristal mineral dan air hasil penguaraian zat
organik karena oksidasi, tidak termasuk sebagai air batubara.
ISTILAH YANG DIPAKAI
Berdasarkan bentuk-bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, kemudian muncullah bermacam istilah
yang dipergunakan, istilah-istilah tersebut antara lain :
Kondisi 1 : Inherent moisture (moisture holding capacity : bed moisture, equilibrium moisture) dan Adherent
moisture (surface moisture, free moisture).
Kondisi 2 : Total moisture terdiri dari 2 yakni Free moisture (air dry loss, extraneous moisture) dan Residual
moisture.
Kondisi 3 : Free moisture dan moisture (air dried moisture, moisture in the analysis sample)

selain istilah-istilah tersebut masih banyak istilah lainnya yang dipergunakan orang, seperti natural moisture,
internal moisture, critical moisture, chemically combined moisture, as received moisture dan lain
sebagainya.
PEMBAHASAN ISTILAH
Kondisi 1
1. Inherent moisture
Inherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat di dalam rongga-rongga kapiler dan pori-pori
batubara yang relatif kecil, pada kedalaman aslinya yang secara teori dinyatakan bahwa kondisi tersebut
ialah kondisi dengan tingkat kelembapan 100% serta suhu 30 derajat celcius.
Karena sulitnya mengsimulasi kondisi batubara di kedalaman aslinya, maka badan-badan standarisasi
menetapkan kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di laboratorium.
Standar internasional, British, Australia dan Amerika menetapkan bahwa kondisi pendekatan tersebut ialah
kondisi dengan tingkat kelembapan 96 97 % dengan suhu 30 derajat celcius. sedangkan standar jepang
menetapkan kondisi tersebut pada tingkat kelembapan 67 % dengan suhu 30 derajat celcius. sehingga hasil
yang diperoleh dengan standar jepang selalu lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang didapat dengan
standar lainnya.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu batubara dapat dipergunakan sebagai tolok ukur tinggi
rendahnya tingkat rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai inherent moisture suatu batubara, semakin
rendah tingkat rank batubara tersebut.
Bed moisture ialah istilah lain inherent moisture yang banyak dipakai, sedangkan moisture holding capacity
(MHC) ialah istilah yang dipakai oleh international standard (ISO), British Standard (BS) dan Australia
Standard (AS), sedangkan American Standard (ASTM) mempergunakan istilah Equipment moisture,
Moisture Holding Capacity dan equilibrium moisture ialah istilah yang dipergunakan untuk nama pengujian.
2. Adherent moisture
Adherent moisture ialah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan batubara dan pori-pori batubara
yang relatif besar.
Surface moisture ialah istilah yang dipergunakan oleh international standard (ISO),BS,AS sedangkan ASTM
mempergunakan istilah free moisture.
Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai inherent moisture
(Adherent moisture = total moisture inherent moisture).
Keberadaan adherent moisture pada batubara dimungkinkan terjadi dalam beberapa situasi, antara lain :
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu penambangan maupun pada kondisi asalnya di
dalam tanah.
2. Taburan air hujan pada tumpukan batubara
3. sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.
4. Air yang disemprotkan untuk mengurangi debu pada tumpukan batubara.

Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi jumlahnya dengan proses penirisan (drainage), centrifuge,
pengeringan di udara terbuka, pengeringan dengan pemanasan.
Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara, maka semakin luas permukaan
suatu batubara, semakin besar pula jumlah surface moisture-nya, ini berarti bahwa semakin halus suatu
batubara, semakin besar pula surface moisture-nya.
Pada batubara yang halus, keberadaan surface moisture-nya sangat kuat, karena adanya ikatan antara
moisture pada permukaan partikel-partikelnya, yang disebut dengan bridging sehingga sulit sekali untuk
dikurangi, dan apabila mencapai jumlah yang cukup besar terlebih lagi kalau mengandung mineral cukup
besar pula, maka akan menimbulkan masalah yang serius pada penanganan batubara tersebut (coal
handling), oleh karena itulah pada waktu pembelian batubara selalu diperiksa jumlah partikel halusnya.
Kondisi 2
1.Total Moisture ialah seluruh jumlah air yang terdapat pada batubara dalam bentuk inherent dan adherent
pada kondisi saat batubara tersebut diambil contohnya (as sampled) atau pada pada kondisi saat batubara
tersebut diterima (as received).
Nilai total moisture diperoleh dari hasil perhitungan niali free moisture dengan nilai residual moisture
dengan rumus.
% TM = % FM + % RM x (1 % FM/100)
Nilai-nilai free moisture dan residual moisture diperoleh dari hasil analisis penetapan total moisture metode
dua tahap (two state determination).
a. Free Moisture (FM) ialah jumlah air yang menguap apabila contoh batubara yang baru diterima atau yang
baru diambil, dikeringkan dalam ruangan terbuka pada kondisi tertentu sampai didapat berat konstannya.
Berat konstan ialah berat penimbangan terakhir apabila pada dua penimbangan terakhir dicapai perbedaan
berat < 0,1%/jam.
Free moisture istilah yang dipakai ISO, BS dan AS sedangkan ASTM mempergunakan istilah air dry loss
(ADL) . Pada ASTM dikenal juga istilah free moisture akan tetapi istilah tersebut mempunyai pengertian
yang berbeda dengan istilah free moisture yang dipergunakan oleh ISO, BS, AS.
b. Residual Moisture ialah jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang sudah kering (setelah free
moisturenya menguap) apabila dipanaskan kembali pada suhu 105 110 derajat celcius, proses pengerjaan
untuk mendapatkan nilai residual moisture merupakan tahap kedua dari penetapan total moisture (metode
dua tahap).
Kondisi 3
1. Free Moisture (informatif) ialah istilah yang dipergunakan untuk mengambarkan persen jumlah air yang
menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi ruangan (suhu dan kelembapan ruangan) yang
kadang2 dibantu dengan hembusan kipas angin. Pengeringan tidak perlu dilakukan sampai dicapai berat
konstan. Pengeringan justru harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh metode standar. Hal ini
dilakukan agar pengeringan tidak terlalu berlebihan karena akan terjadi oksidasi terhadap batubara tersebut
sehingga mengurangi nilai calorific value.
Air dry loss ialah istilah yang dipergunakan dalam ASTM . Nilai free moisture ini sifatnya hanya informatif
dan nilainya dari satu laboratorium ke laboratorium lainnya tidak selalu harus sama.

2. Air dried moisture, ISO, BS dan AS mempergunakan ukuran partikel -212 um, sedangkan ASTM
mempergunakan partkel ukuran -250 um. Air dried moisture ialah air yang menguap dari contoh yang halus
apabila dipanaskan pada suhu 105 110 derajat celcius dan penetapannya merupakan bagian dari analisis
proximate, istilah lain yang banyak dipergunakan ialah moisture in the analysis sample atau moisture saja.
Nilai moisture ini hanya dipergunakan untuk menghitung hasil-hasil analisis lainnya, yang ada hubungannya
dengan moisture ke dalam basis yang diinginkan. Hal ini perlu dilakukan apabila kita akan
memperbandingkan dua hasil analisis dari contoh yang sama atau diperlukan juga untuk pengklasifikasian
batubara tersebut. (https://idhamds.wordpress.com/2008/09/15/moisture-batubara-bagian-1/)

1 Moisture
Moisture di dalam batubara dapat dibagi menjadai dua bagian yaitu inherent moisture dan extraneous
moisture. Dua istilah tersebut di atas merupakan istilah pengertian bukan istilah parameter. Inherent
moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara dan tidak dapat menguap atau hilang dengan
pengeringan udara atau air drying pada ambien temperature walaupun batubara tersebut telah di milling
ke ukuran 200 mikron. Inherent moisture ini hampir menyatu dengan struktur molekul batubara karena
berada pada kapiler yang sangat kecil dalam partikel batubara. Nilai Inherent moisture ini tidak
fluktuatif dengan berubah-ubahnya humiditas ruangan. Dan moisture ini baru bisa dihilangkan dari
batubara pada pemanasan lebih dari 100 derajat Celsius. Extaraneous moisture adalah moisture yang
berasal dari luar dan menempel atau teradsorpsi di permukaan batubara atau masuk dan tergabung
dalam retakan-retakan atau lubang-lubang kecil batubara. Sumber extraneous moisture ini misalnya ; air
dari genangan, air hujan, dan lain-lain. Moisture ini dapat dihilangkan atau diuapkan dengan cara air
drying atau pemanasan di oven pada ambien temperature. Ada yang mengistilahkan untuk moisture ini
adalah Surface moisture atau Free moisture.
Parameter parameter yang termasuk kedalam penentuan kadar moisture adalah ;
EQM / MHC / Inherent moisture / Bed moisture / In situ Moisture
Total Moisture / as received moisture / as sampled moisture / as despatched moisture
Air dried moisture / inherent moisture / moisture in the analysis sample
Transportable moisture limit / flow moisture
III.1.1 Equilibrium moisture
Equilibrium moisture adalah parameter penentuan moisture sebagai pendekatan untuk menentukan
inherent moisture atau insitu moisture dalam batubara. EQM ini biasanya ditentukan pada saat explorasi
batubara yang kegunaanya adalah untuk memperkirakan nilai TM pada saat batubara tersebut
ditambang. Nilai EQM ini relative tidak fluktuasi nilainya pada satu seam yang sama. Selain untuk
memperkirakan TM, juga EQM berguna dalam menentukan golongan atau Rank dari suatu batubara
terutama untuk Low rank coal yang penentuan Ranknya menggunakan nilan calorific value pada basis
mmmf (moist, mineral matter free basis), di mana basis ini memerlukan data insitu moisture atau EQM.
EQM ini adalah istilah penentuan dalam standard ASTM, sedangkan dalam ISO standard istilah
parameternya adalah MHC ( Moisture Holding Capacity ). Belakangan ini penentuan untuk inherent
moisture ini bisa dilakukan pada sample channel yang not visible surface moisture dengan prosedur
sampling tertentu.
III.1.2 Total Moisture
Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi sampai transhipment. Nilainya
sangat penting sekali, karena dalam penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan menentukan harga
jual dari batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam basis as
received. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk menaksir atau memperkirakan nilai TM batubara in-situ
sekaligus untuk menentukan nilai surface moisturenya dari selisih antara TM dan EQM. Karena TM adalah
jumlah dari EQM dengan Surface moisture. ( TM = EQM + SM ). Selain itu, nilai TM yang didapat dari

sample core pada saat explorasi banyak digunakan oleh geologist-geologist untuk menampilkan data
dalam basis as received pada saat batubara tersebut belum ditambang. Yang paling menentukan dalam
penentuan TM ini adalah samplingnya. Dimana sesaat setelah sample batubara disampling sesegera
mungkin sample tersebut harus dimasukan kedalam kontainer yang ditutup sangat rapat sehingga tidak
ada moisture yang masuk ataupun keluar dari sample tersebut. Apabila ini terlaksana dengan baik maka
nilai TM yang diperoleh dapat dianggap mewakili nilai moisture batubara yang diambil samplenya
tersebut pada saat dan keadaan batubara tersebut disampling. Prinsip ini biasanya sulit terlaksana pada
sample core dari sample Pit atau bor dalam, karena dari sample core tersebut masih ada beberapa data
yang harus dicatat dan diamati. Sehingga sample tersebut tidak segera dapat dimasukan kedalam
kontainer yang kedap udara sesaat setelah disampling. Selain itu pada saat pemboran biasanya
menggunakan air selama coring dilakukan. Sehingga kontaminasi batubara tersebut oleh air yang bukan
berasal dari batubara mungkin sekali terjadi. Oleh karena itu nilai TM tersebut menjadi tidak begitu
reliable untuk menunjukan nilai TM batubara in-situ. Nilai TM yang diperoleh juga biasanya sangat
fluktuatif nilainya.
Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh luas permukaan batubara (size distribusi ), juga oleh
cuaca, sehingga nilai TM pada coal in bulk relatif fluktuatif seiring dengan keadaan cuaca atau musim
dan size distribusi dari batubara tersebut terutama setelah di crushing.
III.1.3 Air dried moisture
Sesuai dengan namanya, air dried moisture adalah nilai moisture batubara pada saat setelah batubara
tersebut di air drying. Nilai moisture ini sangat penting karena pada dasarnya semua parameter
ditentukan pada sample setelah air drying sehingga basisnya adalah air dried basis. Nilai parameter
dalam basis ini merupakan actual hasil analisa dari Lab. Sedangkan basis-basis lainya dalam coal analysis
merupakan kalkulasi saja dari nilai-nilai air dried basis ini. Jadi jelaslah bahwa tanpa nilai air dried
moisture, parameter-parameter yang lain tidak dapat diubah kedalam basis lainnya. Selain itu nilai ADM
ini berpengaruh pada nilai parameter lainnya pada basis air dried, seperti CV, VM, Sulfur dan lain-lain.
Sehingga nilai ADM menjadi lebih penting lagi apabila spesifikasi dinyatakan dalam basis air dried.
III.1.4 Transportable Moisture Limit ( TML )
Batubara in bulk yang diangkut dengan menggunakan palka tertutup seperti kapal-kapal besar, dalam
kondisi tertentu yang diakibatkan oleh angin dan ombak, memungkinkan terjadinya segregasi moisture
dan finer coal dari bulk dan membentuk semacam liquefaction dan pada kondisi tertentu dapat
membahayakan kapal tersebut terutama pada stability kapal selama dalam pelayarannya. Oleh karena
itu IMO ( International Marine Organisation) mensyaratkan untuk setiap kapal yang mengangkut batubara
terutama low rank coal, harus meminta statement dari Shipper mengenai nilai transportable moisture
limit dari batubara yang akan dimuat. Ada satu metoda yang dikembangkan di National Coal Board (UK)
untuk menentukan nilai TML ini yaitu dengan cara ; Sebanyak 10 kg batubara dimasukan ke dalam suatu
silinder di mana di bawah silinder tersebut diletakan dua bola tenis meja. Kemudian silinder tersebut
diletakan diatas Vibrating table. Penentuan ini dilakukan pada nilai moisture batubara yang bervariasi.
Flow Moisture ditentukan sebagai nilai moisture pada saat bola tenis meja tersebut masuk naik ke atas
batubara dalam silinder tersebut. Sedangkan TML adalah 90 % dari nilai Flow moisture tersebut.

III.2. ASH CONTENT.


Sebenarnya batubara tidak mengandung ash melainkan mengandung mineral matter. Ash adalah istilah
parameter di mana setelah batubara dibakar dengan sempurna, material yang tersisa dan tidak terbakar
adalah ash atau abu sebagai sisa pembakaran. Jadi ash atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa
pembakaran. Pada material yang lain mungkin ash ini dapat mencerminkan langsung mineral matter yang
terkandung dalam material yang dibakar tersebut. Akan tetapi di dalam batubara hal tersebut tidak
selamanya terjadi karena terjadinya reaksi-reaksi kimia selama pembakaran atau insinerasi batubara
tersebut, sehingga nilai ash yang didapat relative akan lebih kecil dibanding dengan nilai mineral matter
yang sebenarnya. Ada pula yang menggolongkan mineral dalam batubara kedalam tiga kategori yaitu ;

Mineral matter
Inherent ash
Extraneous ash
Mineral matter adalah unsur-unsur yang terikat secara organik dalam rantai carbon sebagai kation
pengganti hidrogen. Unsur ini biasanya ada dalam batubara pada saat pembentukan batubara yang
berasal dari tumbuhan atau pohon pembentuk batubara tersebut. Unsur yang biasanya ditemukan sebagai
mineral matter ini adalah Kalsium, Sodium, dan juga ditemukan besi dan alumina pada low rank coal.
Inherent ash adalah superfine discrete mineral yang masih dapat tertinggal dalam partikel batubara
setelah dipulverize. Dan yang ketiga adalah extraneous ash, yang termasuk kedalam kategori ini adalah
tanah atau pasir yang terbawa pada saat penambangan batubara dan mineral yang keluar dari partikel
batubara pada saat dipulverize. Ketiga jenis ash tersebut sangat tergantung pada lingkungan pada saat
pembentukan batubara serta bahan pembentuk batubara sehingga memiliki sifat-sifat thermal masingmasing, akibatnya juga setiap type ash tersebut memiliki kontribusi yang berbeda terhadap slagging dan
fouling. Penentuan di laboratorium yaitu dengan membakar batubara pada temperature 750 atau 800
derajat celsius sampai dianggap pembakaran telah sempurna. Dalam prosedure standard temperature
dan waktu pembakaran ditentukan yang nilainya tergantung kepada standard masing-masing. Penentuan
secara prosedure di atas untuk batubara tertentu yang mengandung banyak pyrite dan carbonat, menjadi
tidak begitu teliti karena selama pembakaran terjadi beberapa reaksi akan terjadi. Reaksi reaksi yang
mungkin terjadi selama pembakaran adalah ;
Decomposisi Pyrite :
4 FeS2 + 15 O2 2 Fe2 O3 + 8 SO3
Dekomposisi Carbonat
CaCO3 + CaO + CO2
Fixation of sulfur
CaO + SO3 CaSO4
Na2O + SO3 Na2SO4
Dari reaksi-reaksi yang terjadi seperti disebutkan di atas, berikut adalah beberapa contoh dalam aplikasi
di lapangan.
Di Victoria, Australia, ash ditentukan dari suatu lignite hasilnya adalah 3.9 %, Pada waktu batubara
dibakar di power station boiler yield ashnya kurang dari 2 %. Dari hasil investigasi menunjukan bahwa
tingginya sodium dalam batubara tersebut kebanyakan terikat pada molekul batubara bukan bagian dari
mineral matter Dalam applikasi di industri seperti pada power station sodium jenis ini atau ada pula yang
menyebutnya sebagai sodium organik, hilang meninggalkan furnace tervolatilisasi sehingga tidak terjadi
reaksi dengan mineral yang lainnya. Sedangkan pada waktu test di laboratorium sodium ini fixed sebagai
ash. Oleh karena itu nilainya lebih tinggi dibanding dengan setelah batubara tersebut dibakar di power
station.
Di Thailand ada batubara yang pada waktu dianalisa hasilnya adalah sebagai berikut ;
Moisture (ar) = 32 %
Ash (ad) = 22 %
Total Sulfur = 4 %
Calsium in ash = 40 %
Sedangkan hasil dari online analyser yield ashnya 5 % lebih rendah daripada hasil test laboratorium. Hal
tersebut diakibatkan oleh fixation sulfur pada saat penetapan di laboratorium.
Dalam basis dry mineral matter free basis (dmmf) untuk penentuan rank batubara di ASTM, Ash yang
digunakan adalah hasil kalkulasi dimana ash dinyatakan sebagai ash bebas sulfat.
Dalam utilisasinya batubara yang digunakan sebagai fuel murni ash tinggi tidak diharapkan karena selain
ash merupakan material yang incombustible, juga akan menambah beban dalam pengolahan limbahnya.
Namun untuk keperluan tertentu ash tinggi justru dibutuhkan asalkan calori yang dibutuhkan juga
terpenuhi. Dari type batubara yang sama semakin tinggi nilai ash, maka semakin kecil nilai kalorinya
dalam basis adb, dan ash received karena antara ash dan CV memiliki korelasi yang jelas. Inherent ash

yang tinggi akan sulit sekali dipisahkan dari batubara akan tetapi extraneous ash masih bisa dikurangi
dengan memperkecil dilusi yang terjadi pada saat penambangan atau dengan suatu proses pencucian.
http://sopyanyusuf.blogspot.co.id/2011/01/iii.html
http://www.slideshare.net/NurWahidaRahmadhani/analisis-proksimat-28433819
http://dokumen.tips/documents/analisis-kadar-air-total.html
http://setiawan015.blogspot.co.id/2012/04/analisis-batubara.html

Total Moisture
Tinggi Rendahnya Total Moisture akan tergantung pada :
Peringkat Batubara
Size Distribusi
Kondisi Pada saat Sampling
Peringkat Batubara
Semakin tinggi peringkat suatu batubara semakin kecil porositas batubara tersebut atau semakin padat
batubara tersebut.Dengan demikian akan semakin kecil juga moisture yang dapat diserap atau ditampung
dalam pori batubara tersebut. Hal ini menyebabkan semakin kecil kandungan moisturenya khususnya
inherent moisturenya.
Size Distribusi
Semakin kecil ukuran partikel batubara, maka semakin besar luas permukaanya.Hal ini menyebabkan akan
semakin tinggi surface moisturenya. Pada nilai inherent moisture tetap, maka TM-nya akan naik yang
dikarenakan naiknya surface moisture.
Kondisi Pada saat Sampling
Total Moisture dapat dipengaruhi oleh kondisi pada saat batubara tersebut di Sampling.Yang termasuk dalam
kondisi sampling adalah :
Kondisi batubara pada saat disampling
Size distribusi sample batubara yang diambil terlalu besar atau terlalu kecil.
Cuaca pada saat pengambilan sample.
Air Dried Moisture (ADM)
Air dried moisture atau inherent moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara setelah batubara
tersebut dikering udarakan.
Sifat-sifat ADM :
Besar kecilnya nilai ADM dipengaruhi oleh peringkat batubara. Semakin tinggi peringkat batubara, semakin
rendah kandungan ADM nya.
Nilainya tergantung pada humuditas dan temperature ruangan dimana moisture tersebut dianalisa.
Nilainya tergantung juga pada preparasi sample sebelum ADM dianalisa (Standar preparasi)
Penetepan kadar ADM.
Timbang 1 gram sampel* dalam dish moisture >> Pasang gas penyerap N2 untuk ISO & udara tekan untuk
ASTM >> Masukan kedalam oven dengan suhu 105o-107o selama 3 jam untuk ISO & 1.5 jam untuk ASTM
>> Dinginkan dalam desikator >> Timbang ulang

*Sample Batubara di preparasi, dan digerus sampai ukuran 0.212 mm


Pehitungan Kadar ADM
ADM digunakan dalam mengkonversi basis parameter analisa dari
air dried basis ke basis lainnya.
Kandungan air dalam batubara (air bebas maupun air bawaan) merupakan faktor penentu
tinggi rendahnya nilai kalori batubara. Kandungan air yang tinggi menyebabkan tingkat
pembakaran menjadi rendah akibatnya kandungan gas Co 2 yang ditimbulkan menjadi tinggi
yang tentunya berdampak buruk terhadap lingkungan.
Kandungan Air (Moisture content)
Dalam batubara, moisture content paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari dalam
sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat secara kimia.
Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat pada batubara.
Dalam ilmu perbatuan, dikenal istilah moisture dan air. Moisture didefinisikan sebagai
air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai suhu 105C. Sementara itu, air
dalam batubara ialah air yang terikat secara kimia pada lempung.
Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa-pipa kapiler, dalam keadaan alami
pori-pori ini dipenuhi oleh air. Didalam standar ASTM, air ini disebut moisture bawaan
(inherent moisture). Ketika batubara ditambang dan diproses, air dapat teradsorpsi pada
permukaan kepingan batubara, menurut standar ASTM air ini disebut moisture permukaan
(surface moisture). Air yang terbentuk dari penguraian fraksi organik batubara atau zat
mineral secara termis bukan merupakan bagian dari moisture dalam batubara.
Moisture yang datang dari luar saat batubara itu ditambang dan diangkut atau terkena
hujan selama penyimpanan disebut free moisture (standar ISO) atau air-dry loss (standar
ASTM). Moisture jenis ini dapat dihilangkan dari batubara dengan cara dianginkan atau
dikering-udarakan. Moisture in air-dried sample (ISO) atau residual moisture (ASTM) ialah
moisture yang hanya dapat dihilangkan bila sampel batubara kering-udara yang berukuran
lebih kecil dari 3 mm (-3 mm) dipanaskan hingga 105C. Penjumlahan antara free moisture
dan residual moisture disebut total moisture. Data moisture dalam batubara kering-udara ini
digunakan untuk menghitung besaran lainnya dari basis kering-udara (adb), bebas- ash (daf)
dan basis kering, bebas-mineral matter (dmmf).
Kandungan air total merupakan dasar penilaian yang sangat penting. Secara
umum, tinggi rendahnya kandungan air berpengaruh pada beberapa aspek teknologi
penggunaan batubara terutama dalam penggunaan untuk tenaga uap. Dalam penggerusan,
kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin penggerus karena abrasi.
Parameter lain yang terpengaruh oleh kandungan air adalah nilai kalor. Semakin besar kadar
air yang terkandung oleh batubara maka akan semakin besar pula nilai kalor dalam
pembakaran.

Penentuan kandungan air didalam batubara bisa dilakukan melalui proses satu tahap
atau proses dua tahap. Proses dilakukan dengan cara pemanasan sampel sampai terjadi
kesetimbangan kandungan air didalam batubara dan udara. Penentuan kandungan air dengan
cara tersebut dilakukan pada temperatur diatas titik didih air (ASTM 104-110o C).
http://feriyuliansyah.blogspot.co.id/2012/10/analisa-proksimat-batubara.html

You might also like