Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Oka Wardhana
2015131042
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
CKD adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Desto De Belto, 2010).
Penyakit ginjal kronis adalah beberapa tipe ketidak normalan ginjal atau
tanda-tanda seperti protein dalam urine, dan fungsi ginjal yang menurun
selama 3 bulan atau lebih.
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap
akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).
Menurut Suyono, et al, (2002), Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi
glomerular kurang dari 50 mL/min. (Karel Lawery, 2010)
B. ETIOLOGI
Hal-hal yang dapat menyebabkan penyakit CKD adalah:
1. Diabetes Mellitus
2. glumeruonefritis
3. akut pielonefritis
4. hipertensi
5. obstruksi traktus urinarius
6. lesi
7. herediter (penyakit ginjal polikistik, gangguan fungsi vaskuler, infeksi,
medikasi, agen toksik)
Penyakit
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
Gangguan
kongenital
dan
herediter
misalnya
penyakit
ginjal
hidronefrosis
10 Sindrom nefrotik
11 Tumor ginjal
12 Gangguan vaskuler, infeksi
13 Agen toksis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk
berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik
disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejalagejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2002)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis.
Klasifikasi Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
-
Stadium 3
h. System hematologi
anemia
yang
disebabkan
karena
berkurangnya
produksi
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
b.
Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ (berat jenis), kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3.
Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate
4.
Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan dalam gagal ginjal
kronik.
Obat anti hipertensi, eritropoietin suplemen besi, agen pengikat fosfat dan
kalsium.
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana sajayang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
1)
2)
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b.
transplantasi ginjal
I. KOMPLIKASI
1)
Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti
tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan,
peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema, penambahan
BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk
terhadap
hipovolemia
meliputi
penurunan
TD,
berlebihan,
kehilangan
darah
ke
dalam
dialiser,
Dimanifestasikan
olehh
sekelompok
gejala
yang
diduga
Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya
dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum,
fosfor, dan magnesium.
3)
Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang
diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan
penyebab utama kematian pada pasein uremik.
4)
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala:
Kelelahan ekstrim, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Tanda:
Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat hipertensi lama dan berat, palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
Hipertensi, DVJ (distensi vena jugularis), nadi kuat, edema jaringan
umum, pitting edema pada telapak tangan dan kaki, disritmia jantung, nadi
lemah, halus, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemi, pucat, kulit
coklat kehijauan, kuning.
3. Integritas ego
Gejala:
Faktor stres, contoh finansial, hubungan, dan sebagainya, perasaan tak
berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan.
Tanda:
Menolak,
ansietas,
takut,
marah,
mudah
terangsang,
perubahan
kepribadian.
4. Eliminasi
Gejala:
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, atau
konstipasi
Tanda:
Perubahan warna urin, contoh: kuning pekat, merah, coklat, berawan,
oliguria dapat menjadi anuria.
5. Makanan/cairan
Gejala:
Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati,mual muntah,rasa metalik tak sedap
pada mulut(pernapasan amonia),penggunaan diuretik.
Tanda:
Distensi abdomen(asites), pembesaran hati(tahap akhir), perubahan turgor
kulit\kelembaban, edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi \lidah, penurunan
otot, penurunan lemak subcutan, penampilan tak bertenaga.
6. Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang.
Tanda:
Gangguan status muntah, contoh penurunan lapang perhatian, ketidak
manpuan berkonsenterasi, kehilangan memori, kacau.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot\nyeri kaki(memburuk pada malam
hari)
Tanda:
Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah.
8. Pernapasan
Gejala:
Napas pendek, dispnea nokturnalparoksismal, batuk dengan\tanpa sputum
kental, dan banyak.
Tanda:
Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi\kedalaman, batuk produktif.
9. Keamanan
Gejala:
Kulit gatal.
Tanda:
Pruritus
10. Seksualitas
Gejala:
Penurunan libido, amenore.
11. Interaksi Sosial
Gejala:
Kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
12. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
Riwayat DM keluarga, penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus
urinaria, maglinasi.
B.
Pemeriksaan penunjang
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
Pemeriksaan CRF dengan gangguan yang serius dapat dilakukan
dengan pemeriksaan laboratorium, seperti: hematologi untuk mengetahui
kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, trombosit. Dan untuk mengetahui
ureum dan kreatinin.
2. Urine
a) Urine : berat jenis, warna, kekeruhan, bau, buih.
b) Urine khusus : benda keton, analisa kristal batu.
3. Pemeriksaan kardiofaskuler
a) ECG : elektrokardiografi
b) ECO : ecokardiografi
4. Radiodiagnostik
a) USG abdominal
b) CT scan
c) Renogram
d) RPG ( retio pielografi )
C.
Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema
2. Gangguan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kalium dan ion
hidrogen
3. Kelelahan berhubungan dengan anemia
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
5. Perubahan pola nafas berhubungan dengan penurunan fungsi paru
6. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
7. Resti infeksi berhubungan dengan perubahan warna kulit
Intervensi :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Tujuan:
Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil :
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama
dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
b. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya
(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
a. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah
atau
menurunkan
pemasukan
intervensi
c. Beikan makanan sedikit tapi sering
dan
memerlukan
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
a.
b.
c.
d.
e.
Intervensi:
e. Auskultasi bunyi jantung dan paru
R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur
f. Kaji adanya hipertensi
R: Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem
aldosteron-renin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal)
g. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya
(skala 0-10)
R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri
h. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas
R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
Intervensi:
e. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan
masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
f. Batasi masukan cairan
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
g. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga
dalam pembatasan cairan
h. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
10. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
f. Awasi konsumsi makanan / cairan
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
g. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah
atau
menurunkan
pemasukan
dan
memerlukan
intervensi
h. Beikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
i. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
Intervensi:
i. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,
perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
j. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
f.
g.
h.
i.
j.
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, J. (2013). Fisiologi & Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, EGC:
Jakarta.
Desto De Belto, (2011) Askep Chronic Kidney Disease. Dari:
http://dastodebelto.blogspot.com/2010/02/chronic-kidney-diseaseckd.html
Ahmad Rapani, (2009) Chronic Kidney Disease. Dari.
http://www.rafani.co.cc/2009/10/ckd-chronic-kidney-disease-gagalginjal.html
Jessica Lepianda, (2007) Chronic Kidney Disease. Dari.
http://jessicalepianda.blogspot.com/2009/11/chronic-kidney-disease-gagalginjal.html
Arie, (2009) Gejala Sakit Ginjal Kronis. Dari:
http://Id.Shvoong.Com/Medicine-And-Health/Epidemiology-PublicHealth/1823813-Tanda-Dan-Gejala-Penyakit-Ginjal/
Karel Lawery, (2010) Chronic Kidney Disease. Dari.
http://ambonesboy.blogspot.com/2010/05/chronic-kidney-disease-ckd.html
, (2009) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
TINDAKAN HEMODIALISA. Dari :
http://dezlicious.blogspot.com/2009/02/asuhan-keperawatan-pada-pasiendengan.html