Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah
suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(atau global), dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
1 | Stroke Iskemik
2.2 Epidemiologi
Kasus stroke di Indonesia menunjukkan peningkatan, baik dalam
kejadian, kecacatan, maupun kematian. Insidens stroke sebesar 51.6/100.000
penduduk. Sekitar 4.3% penderita stroke mengalami kecacatan yang
memberat. Angka kematian berkisar antara 15-27% pada semua kelompok
usia. Stroke lebih bannyak dialami laki-laki dibandingkan perempuan. Jumlah
penderita stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2.3Faktor Resiko
Stroke disebabkan oleh banyak faktor, yang sebagian besar
sesungguhnya bisa dikendalikan. Virgil Brown, MD, dari Emory University,
Atlanta, menyatakan bahwa stroke merupakan akibat dari life style (gaya
hidup) manusia modern yang tidak sehat. Hal ini tampak pada perilaku
mengonsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan rendah serat, kurang dalam
aktivitas fisik serta berolahraga, akibat stress/ kelelahan, konsumsi alkohol
berlebihan, kebiasaan merokok. Berbagai faktor risiko itu selanjutnya akan
berakibat pada pengerasan pembuluh arteri (arteriosklerosis), sebagai pemicu
stroke (Diwanto, 2009).
Menurut The WHO Task Force on Stroke and other Cerebrovascular
Disorders (1988), faktor risiko stroke iskemik adalah: (1) hipertensi, (2)
diabetes mellitus, (3) penyakit jantung, (4) serangan iskemik sepintas (TIA),
(5) obesitas, (6) hiper-agregasi trombosit, (7) alkoholism, (8) merokok, (9)
peningkatan kadar lemak darah (kolesterol, trigliserida LDL), (10) 17
hiperurisemia, (11) infeksi, (12) faktor genetik atau keluarga, dan (13) lainlain
(migren, suhu dingin, kontrasepsi tinggi estrogen, status sosio-ekonomi,
hematokrit, peningkatan kadar fibrinogen, proteinuria dan intake garam
berlebih).
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia, jenis
kelamin, dan hereditas. Walaupun faktor ini tidak dapat diubah, namun tetap
2 | Stroke Iskemik
3 | Stroke Iskemik
berdetak
tidak
sinkron
dengan
jantung. Akibatnya,
terjadi
yang abnormal. Pada tahun 2007 sekitar 17,9 juta atau 5,9% orang
Amerika menderita diabetes. Berdasarkan studi case control pada pasien
stroke dan studi epidemiologi prospektif telah menginformasikan bahwa
diabetes dapat meningkatkan risiko stroke iskemik dengan risiko relatif
mulai dari 1,8 kali lipat menjadi hampir 6 kali lipat. Berdasarkan data dari
Center for Disease Control and Prevention 1997-2003 menunjukkan
bahwa prevalensi stroke berdasarkan usia sekitar 9 % stroke terjadi pada
pasien dengan penyakit diabetes pada usia lebih dari 35 tahun (Goldstein
et al, 2011).
c. Dislipidemia
Terdapat 4 penelitian case-control yang melaporkan kaitan antara
hiperkolesterolemia dan risiko PIS (perdarahan intraserebral). Odds Ratio
keseluruhan untuk kolesterol yang tinggi adalah 1,22 (95% CI: 0,562,67),
di mana penyelidikan terhadap penelitian kohort melaporkan kaitan antara
hiperkolesterolemia dan PIS; semuanya meneliti kadar kolesterol serum
total. Leppala el al. (1999) menemukan RR adjusted PIS sebesar 0,20
(95% CI: 0,10-0,42) untuk kadar kolesterol > 7,0 mmol/L dibandingkan
dengan kadar kolesterol < 4,9 mmol/L (Ariesen et al., 2003).
d. Merokok
Tingkat kematian penyakit stroke karena merokok di Amerika Serikat
pertahunnya diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa ada penyesuaian untuk
faktor resiko) dan 17.800 (setelah ada penyesuaian), ini menunjukkan
bahwa rokok memberikan kontribusi terjadinya stroke yang berakhir
dengan kematian sekitar 12% sampai 14% (Goldstein et al, 2011).
e. Pemakaian Alkohol
Sebuah meta-analisis terhadap 35 penelitian dari tahun 1966 hingga 2002
melaporkan bahwa dibandingkan dengan bukan pengguna alkohol,
individu yang mengkonsumsi < 12 g per hari (1 minuman standar) alkohol
memiliki adjusted RR yang secara signifikan lebih rendah untuk stroke
5 | Stroke Iskemik
iskemik (RR: 0,80; 95% CI: 0,67 hingga 0,96), demikian juga individu
yang mengkonsumsi 12 hingga 24 g per hari (1 hingga 2 standar minum)
alkohol (RR: 0,72; 95% CI: 0,57). Tetapi, individu yang mengkonsumsi
alkohol >60 g per hari memiliki adjusted RR untuk stroke iskemik yang
secara signifikan lebih tinggi (RR: 1,69; 95% CI: 1,3 hingga 2,1) (Hankey
et al., 2006).
f. Obesitas
Sebuah penelitian kohort observasional prospektif terhadap 21.144 laki
laki Amerika Serikat yang di follow-up selama 12,5 tahun (rerata) untuk
kejadian 631 stroke iskemik menemukan bahwa BMI 30 kg/mm3
berhubungan dengan adjusted relative risk (RR) sroke iskemik sebesar 2,0
(95% CI: hingga 2,7) dibandingkan dengan laki laki dengan BMI < 30
kg/mm3 (SeungHan et al., 2003).
g. Serangan Iskemik Sepintas (TIA)
Dennis et al. (1989) meneliti risiko stroke rekuren pada pasien dengan TIA
dan stroke minor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21 risiko stroke
rekuren dan atau kematian lebih tinggi pada minor ischemic stroke (stroke
iskemik ringan) walaupun perbedaan yang signifikan hanya pada
kematian. Perbedaan prognosis yang tampak mungkin disebabkan karena
prognosis yang baik pada pasien dengan amaurosis fugax di antara pasien
dengan transient ischemic attack.
h. Penyakit Jantung
Atrial fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang
pria dewasa, AF ditemukan pada 11,5% populasi di negaranegara barat
dan merupakan salah satu faktor risiko independen stroke. AF dapat
menyebabkan risiko stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada
pasien tanpa AF. Kejadian stroke yang didasari oleh AF sering diikuti
dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan penurunan kemampuan
fungsi daripada stroke karena penyebab yang lain. Risiko stroke karena AF
6 | Stroke Iskemik
meningkat jika disertai dengan beberapa faktor lain, yaitu jika disertai usia
> 65 tahun, hipertensi, diabetes melitus, gagal jantung, atau riwayat stroke
sebelumnya seperti yang dikategorikan dalam CHAD. Pada CHAD umur
>65 tahun, gagal jantung, hipertensi, dan DM dinilai 1 point setiap kali
ditemukan dan riwayat stroke atau emboli sebelumnya dinilai 2 point
(Gage et al., 2004).
i. Peningkatan Kadar Hematokrit
Berdasarkan penelitian La Rue et al. (1987), pasien dengan kadar
hematokrit tinggi memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena infark
lakuner, tetapi tidak untuk stroke oleh karena trombus atau emboli atau
stroke perdarahan. Diduga kenaikan hematokrit akan meningkatkan
viskositas darah dan ada hubungan terbalik antara viskositas dengan aliran
darah otak. ADO yang rendah viskositas yang tinggi berakibat konsumsi
oksigen oleh jaringan otak akan berkurang, dan jelas lebih 22 rendah pada
daerah yang disuplai oleh arteriarteri yang kecil yang tidak memiliki
kolateral seperti yang terjadi pada infark lakunar. Dalam penelitian
tersebut juga ditemukan kenaikan hematokrit secara signifikan disertai
kenaikan tekanan darah sistolik.
j. Peningkatan Kadar Fibrinogen
Penelitian metaanalisis (Rothwell., 2004) terhadap 3 penelitian prospektif
dengan 5.113 pasien TIA dan stroke iskemik minor yang di followup
selam 5 tahun mengungkapkan bahwa kadar fibrinogen pasien di atas
median berhubungan dengan risiko stroke iskemik, dibandingkan dengan
kadar fibrinogen yang berada di bawah median (HR: 1,34; 95% CI: 1,13
hingga 1,60). Terdapat hubungan lebih kuat pada pasien dengan sindrom
lakunar (HR: 1,42; 95% CI: 1,131,78) dibandingkan lakunar (HR: 1,09;
95% CI: 0,80 hingga 1,49) tetapi hasilnya tidak terlalu signifikan (p =
0,018).
k. Migren
7 | Stroke Iskemik
8 | Stroke Iskemik
Anamnesis
- Gejala yang mendadak pada saat awal, lamanya awitan, dan
-
kognitif.
Ada tidaknya faktor resiko stroke.
Pemeriksaan Fisis
- Tanda vital
- Pemeriksaan kepala dan leher (mencari cedera kepala akibat jatuh,
-
subarakhnoid):
Pemeriksaan motorik, refleks, dan sensorik;
Pemeriksaan fungsi kognitif sederhana berupa ada
tidaknya afasia atau dengan pemeriksaan mini mental state
examination (MMSE) saat di ruangan.
9 | Stroke Iskemik
Pemeriksaan Penunjang
- Elektrokardiografi;
- Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis,
-
pada T1W1.
Transcranial doppler (TCD) dan doppler karotis, antara lain untuk
melihat adanya penyumbatan dan patensi dinding pembuluh darah
- jaga normovolemia
- osmoterapi dengan indikasi:
Manitol 0.25 0.5 gr / kgBB diberikan selama >20 menit diulangi
setiap 4-6 jam dengan target <310 mOsm/L
Berikan furosemid dengan dosis inisial 1mg/kgBB intravena
-
11 | S t r o k e I s k e m i k
terdapat
vaskular
dan
lesi
tumor
struktural
dapat
seperti
dilakukan
stroke
perdarahan
intraserebral
akut.
TDS
13 | S t r o k e I s k e m i k
setelah stroke
Hipoglikemi (<50mg/dl) mungkin akan memperlihatkan
gejala mirip dengan stroke infark dan dapat diatasi dengan
pemberian bolus dextrose atau infus glukosa 10-20%
dirumah
atau
rawat
jalan
BAB III
PENUTUP
14 | S t r o k e I s k e m i k
pendekatan
3.1 Kesimpulan
Penggolongan suatu obat ke dalam jenis sedatif-hipnotika menunjukkan
bahwa kegunaan terapeutik utamanya adalah menyebabkan sedasi (dengan
disertai hilangnya rasa cemas) atau menyebabkan kantuk. Ada berbagai variasi
kimiawi dalam kelompok ini, dan inilah contoh klasifikasi obat yang didasarkan
pada penggunaan klinisnya daripada persamaannya di dalam struktur kimia atau
mekanisme kerjanya. Kecemasan dan gangguan tidur merupakan hal yang biasa
terjadi, dan sedatif-hipnotika adalah di antara jenis obat yang telah diresepkan
secara meluas di seluruh dunia.
DAFTAR PUSTAKA
16 | S t r o k e I s k e m i k