You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abses submandibula di defenisikan sebagai terbentuknya abses pada ruang
potensial di regio submandibula yang disertai dengan nyeri tenggorok, demam dan
terbatasnya gerakan membuka mulut. Abses submandibula merupakan bagian dari abses
leher dalam. Abses leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok,
sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa nyeri
dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat. Kuman penyebab infeksi
terbanyak adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus, kuman anaerob Bacteroides
atau kuman campur.
Abses leher dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring,
abses parafaring dan angina Ludovici (Ludwigs angina) Ruang submandibula
merupakan daerah yang paling sering terlibat penyebaran infeksi dari gigi. Penyebab lain
adalah infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas atas, trauma, benda asing, dan 20%
tidak diketahui fokus infeksinya. Pengetahuan anatomi fasia servikal sangat penting
dalam menegakkan diagnosis, mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan abses
submandibula. Komplikasi dapat diperberat karena adanya kelainan ginjal seperti uremia
dan kelainan jantung seperti old MCI, dimana komplikasi yang diperberat dengan
penyakit penyerta dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksanaannya meliputi mengamankan jalan nafas, antibiotik yang adekuat,
drainase abses serta menghilangkan sumber infeksi.2 Kelainan-kelainan penyakit
penyerta juga harus ditatalaksana dengan baik

BAB II
LAPORAN KASUS
1

B. Identitas Pasien
Nama

: Tn. B

Umur

: 49 tahun

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Alamat

: Keruak

Pekerjaan

: Nelayan

Pendidikan

: SMP

Tanggal pemeriksaan di poli

: 5 Agustus 2016

No RM

: 347012

C. Anamnesis
Keluhan utama:
Benjolan pada rahang sisi kanan.

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien mengeluh bengkak pada rahang bawah kanan sejak dua Minggu lalu
disertai nyeri dan sakit bila membuka mulut serta nyeri bila menelan, bengkak mulamula sebesar telur puyuh makin lama makin besar dan berwarna kemerahan, pasien
sebelumnya sempat demam, dan ada riwayat sakit gigi,

pasien mengeluh nyeri

berasal dari bagian rahang bawah kanan pasien, sehingga pasien merasa kesulitan
untuk makan, hanya minum air sedikit-sedkit, dan tubuhnya terasa lemas.
Pasien merasakan demam di tubuhnya. Sebelumnya pasien berobat ke dokter
umum karena nyeri pada gigi sebelah kanan, kemudian diberikan obat. Akan tetapi
nyerinya belum sembuh, dan kurang lebih empat hari yang lalu pasien menyatakan
susah untuk menelan dan membuka mulut.

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat ada sakit gigi sebelumnya (+)
- Riwayat trauma daerah wajah dan mulut (-)
- Riwayat menggunakan gigi palsu (-), gigi logam (-)
- Riwayat diabetes melitus disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat operasi sebelumnya disangkal
- Riwayat merokok (+) sejak usia 16 tahun
- Riwayat mengkonsumsi alcohol (-)
- Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit keluarga:


2

Riwayat keganasan pada saudara atau orang tua (-)


Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes Melilitus (-)

Riwayat pengobatan :
- Sebelumnya pernah dibawa ke dokter gigi karena gigi berlubang pada gigi rahang
bawah dan diberikan obat kumur tapi tidak kunjung membaik

Riwayat Sosial Ekonomi


- Pasien merupakan wiraswata dan sudah menikah
- Kesan : sosial ekonomi cukup

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 5 Agustus 2016

A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E 4, V 5, M 6
Tanda vital :
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 94 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 37,2 0C
B. Pemeriksaan THT
1. Pemeriksaan telinga:

No
.
1.

Pemeriksaan
Telinga
Daun telinga

Telinga kanan
Bentuk
dalam

Telinga kiri

dan

ukuran Bentuk dan ukuran dalam

batas

normal, batas normal, edema (-),

edema (-), hiperemi (-), hiperemi (-),


Nyeri tekan tragus (-),

Nyeri tekan tragus (-),

Nyeri tarik aurikuler (-),

Nyeri tarik aurikuter (-),

Nyeri tekan mastoid (-).

Nyeri tekan mastoid (-).


3

2.

Liang telinga luar

Serumen (-), massa (-),

Serumen (-), massa (-),

Edema (-), hiperemi (-), Edema (-), hiperemi (-),


3.

furunkel (-) sekret (-)


furunkel (-), sekret (-)
Membran timpani Intak,
warna
putih Intak, warna putih mutiara,
mutiara, perforasi (-), perforasi (-),

bulging (-),

bulging (-), cone of light cone of light (+)


(+)

2. Pemeriksaan hidung:

Pemeriksaan
Hidung
Hidung luar

Hidung kanan

Hidung kiri

Bentuk (N), inflamasi (-), Bentuk (N), inflamasi (-),


nyeri tekan (-), deformitas nyeri tekan (-),deformitas
(-), krepitasi (-).

(-), krepitasi (-).

Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi
N, ulkus (-), tumor (-)
N, ulkus (-), tumor (-)
Cavum nasi
Sekret
(-),
mukosa Secret
(-),
mukosa
Meatus nasi media

hiperemis (-)
hiperemis (-)
Sekret pada meatus nasi Sekret pada meatus nasi

Konka nasi inferior


Septum nasi

media (-), massa (-)


media (-), massa (-)
Edema (-), hiperemi (-)
Edema (-), hiperemi (-)
Deviasi (-), benda asing Deviasi(-), benda asing(-),
(-), perdarahan (-), ulkus perdarahan (-), ulkus (-)

Palpasi sinus

(-)
Nyeri tekan (-)

Nyeri tekan (-)


4

maksila dan frontal


Transiluminasi

Suram (-)

Suram (-)

3. Pemeriksaan Tenggorokan:

Uvula
Palatum mole
Faring
Tonsila Palatina

Normal
Ulkus (-), hiperemi (-)
Tidak dapat dievaluasi
Sulit dievaluasi

C. Pemeriksaan gigi dan mulut


Bibir
Mulut
Geligi
Lidah

Berwarna merah muda, hiperemi (-)


Berwarna merah muda, hiperemi (-)
Karien 46, 47, 48
Normal

D. Status Lokalis Submandibula


Inspeksi

Dextra
Sinistra
Tampak benjolan ukuran

Palpasi

2x2, hiperemis (+)


Hangat (+), nyeri tekan (+),

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG
TERAPI
Ear Toilet
Medikamentosa

Loratadine 3x10 mg
Lansoprazole 3x30 mg
Avamys
Cefotaxim 2x500mg

KIE pasien

Telinga kiri tidak boleh kemasukan air, hindari faktor pencetus alergi, kurangi makanmakanan pedas, berminyak dan santan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Otitis Media Supuratif Kronik
2.1.1 Definisi

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, ditemukan
sekret purulen dari telinga kiri berbau dan nyeri, kemungkinan pasien menderita otitis media
supuratif kronis. Pada hidung pasien mengeluh bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat dan
alergi debu kemungkinan pasien menderita rinitis alergi. Pada tenggorokan pasien mengeluh
sensasi penuh pada tenggorokan dan mual. Rencana terapi untuk pasien yaitu diberikan
antibiotik, dekongestan dan antihistamin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Keseharan
Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala, dan Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007
2. Aboet A. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap : Radang Telinga Tengah
Menahun. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2007
3. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotika Topikal Pada Otitis Media Supurativa
Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132. 2001 : diunduh dari
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PemakaianAntibiotikaTopikal.pdf/14_Pema
kaianAntibiotikaTopikal.html
4. Anonim.
Otitis
Media

Supuratif

Kronik.

2009

diunduh

dari

http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik

5. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI,
Jakarta. 2006: p.10-22
6. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p.
392-412.
7. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
2006: p. 64-77.
8. Spencer M. Laryngopharyngeal Reflux and Singers: Diabolus in Gula. Journal of
Singing. 2006: 63(2):177-81
9. Smith J, Houghton L. The Oesephagus and Cough: Laryngo-pharyngeal Reflux,
Microaspiration and Vagal Reflexes. Smith and Houghton Cough Journal. 2013:
9(12): 1-4
10. Rees L, et al. The Mucosal Immune Response to Laryngopharyngeal Reflux.
American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. 2008: 177: 1187-88.
11. Ford C. Evaluation and Management of Laryngipharyngeal Reflux. JAMA. 2005: 294
(12): 1534-39.
12. Diamond L. Laryngopharyngeal Reflux-Its Not GERD. Blue Ridge ENT. 2005: 18
(8): 1-3
13. Mattoo O, Muzaffar R, Mir A, Yousuf A, Charag A, Ahmad A. Laryngipharyngeal
Reflux: Prospective Study Analyzing Various Nonsurgical Treatment Modalities for
LPR. Interntional Journal of Phonosurgery and Laryngology. 2012: 2 (1): 5-7
14. Yunizaf M, Iskandar M. Penyakit Refluks Gastroesofagus Dengan Manifestasi
Otolaringologi. Dalam: Soepardi E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti R, Penyunting.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2007:303-09
15. Sloane E. Sistem Pernafasan: Anatomi Fungsional Saluran Pernafasan. Dalam:
Widayastuti P, Penyunting. Anatomi & Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC: 2003 :
267-68.
16. Hermani B, Rusmarjono. Odinofagia. Dalam : Soepardi EA, dkk (eds). Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, edisi 6. Jakarta : Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007; hal 212-5
17. Grevers G.Oral Cavity and Pharynx: Anatomy, Physiology and Immunology of the
Pharynx and Esophagus. In Basic Otorhinolaringy. Thieme: 2006: 98-100.
18. Sloane E. Sistem Pencernaan: Rongga Oral, Faring, Esofagus. Dalam: Widayastuti P,
Penyunting. Anatomi & Fisiologi untuk Pemula. Jakarta. EGC: 2003 : 285.
19. Hermani B, Hutauruk SM. Disfonia. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan
Telinga Kepala dan Leher, edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007; hal 312.
20. Iro H, waldfahrer F. Larynx and Trachea: Embryology, Anatomy, and Physiology of
the Larynx and Trachea. In Basic Otorhinolaringy. Thieme: 2006: 338-44
21. Soepardi EA, Esofagoskopi. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga
Kepala dan Leher, edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007; hal 231-6.
22. Patti MG, Herbella FA, and Korn M. Benign & Malignant Disorders of the Esophagus
Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and Neck. Lange: 2008:486.
23. Andersson O. Laryngopharyngeal reflux-development and refinement of diagnostic
tools. Sweden: Intellecta DocuSys AB. V. Frolunda. 2009; hal 1-75

10

24. Jecker P, Orloff LA, Mann WJ. Extraesophageal Refl ux and Upper Aerodigestive
Tract Diseases. ORL 2005;67:185191
25. Barry D, Vaezi M. Laryngpharyngeal Reflux: More Questions than Answers.
Cleveland Clinic Journal of Medicine. 2010: 77 (5): 327-33
26. Tarafder K, Datta P, Amin A, Chowdhury M, Tariq A, Das P. Laryngopharyngeal
Reflux A New Paradigm of Airway Disease. Science Journal of Medicine and
Clinical Trials. 2012: 1-5
27. Raghunandhan S, Nagasundaram J, Natarajan K, Prashant S, Karneswaran M.
Videostroboscopy in Laryngopharyngeal Reflux Disorder. International Journal of
Phonosurgery and Laryngology. 2011: 1(2): 52-56

11

You might also like