You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Banyak masalah dari pasangan suami-istri yang mengalami infertilitas. Faktor peyebab
infertilitas dapat berasal dari suami maupun istri. Faktor lain adalah dapat berasal dari kedua
belah pihak . Analisis sperma merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui fertiilitas
pria dan kemudian dapat menggolongkannya berdasarkan standard fertilitas yang telah disahkan
oleh WHO. Selain itu, analisis sperma berguna untuk pasangan yang belum mampu untuk
menghasilkan keturunan sehingga perlu diuji apakah masalah ketidaksuburan tersebut berasal
dari kemandulan/infertilitas dari seorang suami atau seorang istri. Analisis sperma dipakai untuk
diagnosis evaluasi pre/post terapi medikal maupun surgikal infertilitas pria. Analisis sperma
dipakai juga di laboratorium forensik guna penanggulangan kasus perkosaan, kasus penolakan
orangtua terhadap bayinya, dan untuk menyaring pengaruh bahan racun/obat yang toksik pada
organ reproduktif. Saat ini, banyak diminta pemeriksaan DNA untuk penanggulangan perkosaan.

Tujuan

• Untuk mengamati morfologi sperma secara umum


• Untuk mengamati pergerakan, volume, dan konsentrasi sperma
• Dapat menggolongkan sperma kedalam tingkatan fertilitas yang telah ditetapkan oleh
WHO
Manfaat

Dapat mengetahui morfologi sperma baik sperma yang normal maupun sperma yang abnormal
dan menggolongkannya masing masing kedalam kelas kesuburann/fertilitas pria yang telah
ditetapkan oleh WHO.
Tinjauan pustaka
Sistem reproduksi laki-laki terdiri dari testicles atau testis, prostat, penis, skrotum, vas
deferens, epididimis, dan duktus seminalis. Biasanya, testis dalam skrotum menghasilkan sperma,
yang kemudian mengalir melalui epididimis, vas deferens, dan saluran mani. Sperma bercampur
dengan cairan di dalam saluran mani untuk membentuk air mani, yang meninggalkan tubuh
melalui penis (Arsyad, 1994:9-16)
Semen atau air mani adalah cairan kental, putih, berisi sperma dilepaskan selama
ejakulasi. Masalah pada azoospermia berkaitan dengan masalah pada produksi sperma atau aliran
sperma (wordpress, 2008 )
Sperma merupakan salah satu faktor yang menentukan seorang wanita bisa hamil.
Kemajuan andrologi mempermudah klasifikasi penyebab infertilitas pria. Penyebab infertilitas
pria diklasifikasikan berdasarkan gangguan produksi sperma, gangguan fungsi sperma, gangguan
transportasi sperma, dan penyebab .Gangguan produksi sperma bisa terjadi pratestis, misalnya
hipogonadisme, kelebihan estrogen, kelebihan androgen, kelebihan glukokortikoid, dan
hipotiroidisme. Bisa terjadi pula di daerah testis, misalnya gangguan maturasi,
hipospermatogenesis, sindroma sel sertoli, sindroma Klinefelter, kriptorkidisme, orkhitis, dan
lain-lain. Kelainan di luar organ testis seperti varikokel dan hidrokel menyebabkan gangguan
produksi sperma (detik.com, 2010).
Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang
disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter
ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO “ Manual for the
examination of the Human Semen and Sperm-Mucus Interaction
( Anonim, 1988:6-11)
Pemeriksaan sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda
dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria
saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil yang berenang-renang di dalam semen
di sebut sperma(http://www.mail-archive.com/dokter)
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan lini pertama untuk menentukan
kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim
produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui,
hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena
ketidaksuburan pasangan prianya. (wartamedika, 2008)
Bahan dan metode
a. Alat dan bahan
Bahan yang digunakan berupa wadah kaca, batang pengaduk, gelas ukur, pipet serologi,
pengukur waktu, kertas ph, alcohol 70%, pewarna giemsa, mikroskop cahaya bidang terang,
kamar hitung naubbauer, alat penghitung, kaca objek, minyak imersi, dan form
pemeriksaan sperma.

b. metode
metode dalam praktikum adalah abstensia yang dilakukan oleh mahasiswa selama tiga atau
empat hari. Pada hari ke triga atau keempat, dilakukan koleksi perma kemudian diletakkan
dalam wadah kaca penutup dan didiamkan selama 30-40 menit hingga sperma mencair.
Volume sperma selanjutnya diukur dengan gelas ukur. Ph sperma diukur dengan kertyas ph.
Viskoditas sperma diukir dengan pipet serologis dan dicatat waktu keluarnya sperma dari
ujng pipet hingga tetesan terakhir keluar dari pipet. Sperma diletakkan di ruang hitung
naubaeur dan dihitung presentasi kecepatan grak sperma berdasarkan empat jenis gewrakan
yaitu A, B, C, dan D, selanjutnya, dengan sample yang sama dihitung konsentrasi sperma
dengan menghitung jumlah sel pada 25 kotak besar. Ahsil perhitungan dikalikan ndengan
50.000 untuk mendapatkan satuan sel dalam satuian juta/ml. diulangi kegiatan tersebut
hingga dua sampai tiga kali
Hasil dan pembahasan
Hasil pengamatan
A. Konsentrasi sperma
no kelompok Jumlah kotak Ket jumlah Total
1 2 3 4 5
1 Meja A 77 47 86 105 115 430 21.500.000
2 Meja B 0 0 0 0 0 0 0
3 Meja C 30 52 35 47 59 223 1.150.000

B. Pergerakan sperma
no kelompok Pergerakan ket
A B C D
Meja A 65 20 10 5
Meja B 20 17 18 45
Meja C 12 37 20 31

Keterangan
A. Cepat
B. Lambat
C. Bergerak di tempat
D. Tidak begerak
C. Morfologi sperma
no meja Jumlah bentuk sperma (%)
KT N M KA MP ES EM KIE ED DS
A 4,2 70 4,2 4,2 4,2 0 0 4,2 4,2 4,2
B 0 32 12 15 11 23 7 0 0 0
C 0 54,2 8,3 0 0 0 25 4,2 0 8,3

Keterangan:
KT: kepala taper
N: normal
M:makro
KA: kepala amorf
MP:Mid piece
ES: ekor spiral
EM: ekor melingkar
KIE: kelainan implantasi ekor
DS: droplet sitoplasma

D. Bentuk/ Morfologi Sperma

• Sperma ekor panjang


• Sperma kepala besar

• Sperma kepala double


• .sperma normal

Pembahasan
Analisis sperma ini merupakan program awal yang dicetuskan oleh WHO untuk
menentukan fertilitas pria.
World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan petunjuk laboratorium analisis
sperma sejak 1980. Kemudian dilakukan perbaikan edisi pada 1987 dan 1992. Edisi terbaru
adalah edisi keempat tahun 1999. Pada edisi terakhir ini diperkenalkan prosedur laboratorium
analis sperma standar untuk menetapkan diagnosis pria infertil, pengembangan pelayanan
inseminasi buatan, pengembangan penelitian dan kemungkinan kontrasepsi pria, kemungkinan
efek samping dari toksin maupun polutan lain, serta kedokteran forensic(Baker, 1999:1-3).
Pada praktikum ini, dilakukan analisa sperma untuk mengetahui volume, konsentrasi, dan
viskositas sperma ,morfologi sperma yang normal maupun yang abnormal serta parameter
penunjang seperti PH, warna dan bau.
Jika dilihat dari data yang diperoleh, volume sperma yang didapatkan termasuk kedalam
normovolemia yaitu sekitar 1,9 ml dan mendekati nilai normal yaitu 2 ml, Jika volume semen
terlalu sedikit maka tidaklah cukup untuk menetralkan keasaman suasana rahim. Dengan
demikian, sperma yang berada di rongga rahim akan segera mati sehingga kehamilan tidak
terjadi(Moeloek,1985 :235).

Dari hasil pengukuran viskositas,sperma yang membutuhkan waktu 4, 63 detik untuk keluar
dari pipet tetes hingga tetesan terakhir, hal ini berarti bahwa konsentrasi sperma cukup tinggi,
Pada semen yang mempunyai konsentrai tinggi, kecepatan gerak sperma akan terhambat. Dengan
demikian, akan mengurangi kesuburan pria tersebut. Sebaliknya, semen yang terlalu encer
biasanya mengandung jumlah sperma yang rendah sehingga kesuburan juga berkurang
(Moeloek,1985 :235).

Adapun pengamatan terhadap bentuk sperma yang normal dan abnormal, dari hasil
pengamatan kelompok didapatkan jumlah sperma yang normal sebanyak 13 sperma, jumlah
sperma double head atau kepala dobel adalah sebanyak 1 sperma, sedangkan sperma dengan
kepala besar didapatkan 4 sperma dan sperma dengan ekor panjang ndidapatkan sebanyak 6
sperma.
Pada hasil pengamatan masing- masing kelompok didapatkan hasil yang berbeda- beda.
Dalam pengamatan yang dilakukan oleh kelompok kami didapatkan pH sperma adalah 8. PH
semen normal yang diukur dalam waktu satu jam setelah ejakulasi berada dalam kisaran 7,2
sampai 7,8. Jika pH lebih besar dari 7,8 maka dicurigai adanya infeksi. Sebaliknya, jika pH
kurang dari 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkipan disgenesis vas deferens,
vesika seminal, atau epididimis(Arsyad, Batia, Sono)

Parametr lain yang diukur pada praktikum ini adalah aroma dan warna.Aroma pada sperma
mirip dengan aroma bunga akasia serta warna sperma adalah putih kanji. Semen normal tampak
berwarna putih kelabu dan berbau seperti bunga akasia pada pagi hari. Semen yang berbau busuk
diduga disebabkan oleh suatu infeksi( Moeloek,1985 :235)
jika dilihat dari aspek lain yaitu kecepatan, maka dapat dikatakan bahqa kecepatan sperma
lebih banyak yang termasuk kedalam kategori D (tidak bergerak) dan termasuk kedalam
astenoteratozoospermia(A+B)<50%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah sperma yang
mati sehingga menjadi sperma yang immotil. Semen yang terlalu encer maupun terlalu kental
kurang baik bagi sperma. Pada semen yang mempunyai konsitensi tinggi, kecepatan gerak
sperma akan terhambat. Dengan demikian, akan mengurangi kesuburan pria tersebut. Sebaliknya,
semen yang terlalu encer biasanya mengandung jumlah sperma yang rendah sehingga kesuburan
juga berkurang(Chang, 1999 :11).
PENUTUP
Kesimpulan

Analisis sperma sangat penting untuk dilakukan karena mencakup banyak aspek yang perlu untuk
diketahui dalam mengukur dan menentukan fertilitas laki-laki. Dengan diketahuinya volume,
konsentrasi, dan pergerakan sperma maka kita dapat menyimpulkan subur atau tidaknya
seseorang sehingga dapat diketahi siapa yang mengalami masalah infertilitas dalam pasangan
suami istri dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut dalam pelaksanaan ART(Asisted
Reproduction Technology) baik pada pihak istri maupun pihak suami karena Fertilisasi sangat
bergantung pada bentuk/ morfologi, volume,konsentrasi, dan kecepatan sperma sehingga sperma
yang normal dalam segala aspek berpotensi besar dalam menentukan keberhasilan fertilisasi.

Saran

• para praktikan harusnya serius dan tidak bermain-main ketika praktikum sedang
berlangsung, karena hal tersebut sangat mengganggu praktikan lain yang sedang
melakukan pengamatan.Terlebih lagi bagi kakak tingkat yang banyak membuat gaduh
kelas karena banyak bermain.
• Para co ass membimbing dan menjelaskan dengan singkat dan padat dan detil agar
praktikan lebih mengerti akan konsep yang harus dikuasai dan dipahami dalam praktikum
dan agar praktikum tidak berlalu sia-sia.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad ,KM. 1994. Penatalaksanaan Infertilitas Masa Kini. Jakarta: Dexa Media
Anonim. 1988. Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi
Semen Getah Serviks Jakarta, Balai Penerbit FKUI, Perkumpulan Andrologi Indonesia.
Baker , HWG. 1999.WHO Standardised Methods of Semen Analysis: Edition, University of
Melbourne Departement of Obstetrics and Gynaecology The Royal Women’s Hospital.
Australia: Cariton 430543 Victoria.
Bhatia , V. 1999. Current Synopsis of Male Infertility Part 1: Aetiology and Investigations.

Chang ,YS.1999. Male Infertility and Microfertilisation, Medical Progress January Moeloek N,
Proses Reproduksi, Kesuburan dan Seks Pria dalam Perkawinan, Jakarta: FKUI

Sono OP. Uji Biokimia pada Semen Manusia. Surabaya : Biomedik FK Unair
http://www.drdidispog.com/2009/06/analisis-sperma.html

http://www.sammarie.com/aspi.htm

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/17/analisis-sperma-pada-infertilitas-pria/

http://biowidhi.wordpress.com/page/2/

http://www.wartamedika.com/2008/09/pemeriksaan-sperma.html

http://health.detik.com/read/2010/03/18/060116/1319971/763/nasib-pria-azoospermia-yang-sulit-
menghamili-perempuan
http://www.mail-archive.com/dokter@itb.ac.id/msg01861.html

You might also like