Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAKSI
Proses pembangunan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah
orde baru sejak tahun 1969 talah merubah struktur perekonomian Indonesia.
Struktur ekoni sudah bergeser dari strktur ekonomi berbasis pertanian menjadi
struktur ekonomi berbasis industri. Peran pada tahun 1969 sektor pertanian
terhadap PDB bergeser dari 46,9% pada tahun 1969 menjadi 13,8% pada tahun
2010. Sektor industri bergeser dari 8,3 menjadi 26,2%. Hal yang sama juga
terjadi pada tingkat pendapatan perkapita yang sudah berubah dari US$ 100
pada tahu 1969 menjadi US$3000 pada tahun 2011.
Perubahan struktur perekonomian ini terntaya belum dapat diimbangi
dengan peranan masyarakat dalam membiayai program pembangunan melalui
pembayarn pajak. Rasio pajak pada tahun 1969 sebesar 6% telah berubah
menjadi 12% pada tahun 2010. Masih rendahnya rasio pajak ini tentunya akan
menjadi penghambat dalam upaya mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi
nasional yang rata rata tumbuh diatas 6 % pertahun. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan tingkat rasio pajak masih dibawah rasio ideal 15% dari PDB yaitu
rendahnya basis pajak, manipulasi pajak, korupsi pajak dan penyelewengan oleh
aparat pajak.
ISSN: 2302-7169
KAJIAN TEORI
Pengertian pajak
Ada beberapa definisi mengenai pajak, menurut Rochmat Soemitro
(1977) pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat ke kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik. Sementara
Djayadiningrat (1965) mendefinisikan pajak sebagai suatu kewajiban untuk
menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada negara disebabkan oleh suatu
keadaan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa balik
dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum. Sementara
Adriani mendefinisikan pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
H a l a m a n | 45
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
ISSN: 2302-7169
H a l a m a n | 47
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
H a l a m a n | 48
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
yang hanya dipungut pada suatu ketika terdapat suatu peristiwa atau perbuatan,
pajak ini tidak dipungut dengan surat ketetapan pajak jadi tidak ada kohirnya.
Secara umum sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah
1. Official assessment system.
2. Semi self assessment system.
3. Full self assessment system.
Pajak dan penerimaan Negara lainnya menjadi sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah. Pengeluaran
pemerintah dalam bentuk APBN ini yang kemudian akan mendorong kegiatan
ekonomi nasional.
Pemungutan pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila
terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu
rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar
tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:
Pemungutan pajak harus adil, Seperti halnya produk hukum pajak pun
mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak.
Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:
1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat
sebagai wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran
Pengaturan pajak harus berdasarkan Undang Undang, Sesuai dengan
Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU
tersebut harus dijamin kelancarannya
Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum
Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak
Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian, Pemungutan pajak
harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi
perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan
pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat
lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan
menengah.
H a l a m a n | 49
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
H a l a m a n | 50
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin
tinggi pajak yang dibebankan.
Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecilkecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak
sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.
3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut:
Asas politik finansial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan,
pajak untuk barang-barang mewah
Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk
kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana
harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya)
dan besarnya biaya pajak.
Asas yuridis: segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.
Asas Pengenaan Pajak
Agar negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada
orang pribadi atau badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai
keterkaitan dengan negara tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan
yang mengaturnya. Sebagai contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk
keuangan negara ditetapkan berdasarkan undang-undang. Untuk dapat
menyusun suatu undang-undang perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasardasar yang akan dijadikan landasan oleh negara untuk mengenakan pajak.
Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas
dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak, khususnya untuk
pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering digunakan oleh
negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:
1. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence
principle): berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas
suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau
badan, apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut
merupakan penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau
H a l a m a n | 51
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
ISSN: 2302-7169
H a l a m a n | 53
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
ISSN: 2302-7169
merupakan proses perubahan yang terencana dari situasi yang satu ke situasi
lain yang lebih baik. Sukirno (1985) menyatakan pembangunan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai suatu proses peningkatan pendapatan perkapita penduduk
suatu masyarakat dalam jangka panjang. Program pembangunan di Negara kita
sudah dimulai sejak tahun 1948 yang dikenal dengan rencana Hatta dan
kemudian diikuti dengan rencana Kasimo. Pada tahun 1951 disusun Rencana
Urgensi Untuk Pembangunan Industri yang dikenal Soemitro Plan. Tujuan
program ini adalah industrialisasi perekonomian Indonesia yang dikenal dengan
program Banteng. Kemudian diikuti dengan Rencana Pembangunan Lima
Tahun I tahun 1955-1959 (RLPT I) yang diikuti dengan PNSB 1960-1969.
Program pembangunan ekonomi nasional ini mengalami kegagalan sehingga
menimbulkan krisis ekonomi ( Harjanto 2000)
Perubahan politik dari Orde Lama ke Orde Baru maka terjadi perubahan
kebijakan dengan menjalankan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Program pembangunan ekonomi dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu
25 tahun yang dikenal sebagai PJP I. Menurut Asmara (1986) dalam
pelaksanaan pembangunan ini digunakan pendekatan pertumbuhan ekonomi
sebagai strategi dalam mencapai tujuan nasional. Strategi ini menekankan
bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat hanya dapat dilakukan dengan
melakukan pembangunan ekonomi nasional untuk meningkatkan pendapatan
perkapita penduduk. Dengan pendapatan perkapita penduduk yang tinggi maka
kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder , data
data tersebut diperoleh dari data APBN dari periode tahun 1970 sampai tahun
2010 yang diperoleh dari BKF Kementrian Keuangan, BPS dan Bank
Indonesia. Data ditabulasikan dalam bentuk tabel-tabel tersebut kemudian di
diskripsikan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh peranan pajak
dalam pembangunan ekonomi nasional.
Metoda Pengumpulan Data
Data ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari data-data yang
diterbitkan oleh BPS maupun departemen keuangan. Data di kumpulkan dari
penerbitan laporan APBN dari periode 1970 sampai 2010. Berdasarkan jenisnya
data diklasifikasikan dalam beberapa kelompok data sesuai dengan fungsi data
bagi penelitian.
Analisa Data
Penelitian ini adalah penelitian diskriptif yang tujuannya memberikan
gambaran secara komprehensif mengenai pajak dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Dengan mengetahui gambaran tersebut maka dapat
H a l a m a n | 55
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
HASIL PENELITIAN
Fungsi Pajak Dalam Ekonomi
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Fungsi anggaran (budgetair) , Sebagai sumber pendapatan negara, pajak
berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan
pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai
kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini
terutama diharapkan dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur ( regulated ), Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak
bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi stabilitas, Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan, Pajak yang sudah dipungut oleh negara
akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk
juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
H a l a m a n | 56
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
ISSN: 2302-7169
ISSN: 2302-7169
lainnya
8 PDB
100.0 100.0 100.0
1) Harga konstan 1973
2) Harga konstan 1983
3) Harga Konstan 2000
Sumber : APBN , BPS, Laporan BI diolah
100.0
100.0
100.0
H a l a m a n | 59
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
15.42
48.69
125.90
108.90
185.50
210.10
242.00
280.90
346.80
9%
11%
11.1%
11.0%
12.8%
13.0%
13.5%
12.2%
12.7%
7.2
6,5
0.8
4.9
3.6
4.5
4.8
5.0
5.7
H a l a m a n | 60
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
2006
409.20
12.3%
5.5
2007
491.00
12.4%
6.3
2008
609.20
13.6%
6.0
2009
725.80
13.6%
4.6
2010
742.00
12.4%
6.2
Sumber APBN diolah
Persoalan mendasar dari rendahnya tingkat tax rasio lebih banyak
disebabkan oleh perilaku aparat pajak dan system administrasi pajak yang tidak
transparan. Berbagai kasus penyelewengan dan korupsi dari aparat pajak
mengindikasikan buruknya moral sebagian aparat pajak dan lemahnya
pengawasan dari pimpinan dan masyarakat.
Dari sisi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional selama periode yang
sama terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pada tingkat
rata rata 6 sampai 10 persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi pernah
mengalami penurunan bahkan sampai minus pada waktu krisis ekonomi tahun
1998. Setelah dilakukan restrukturisasi laju pertumbuhan ekonomi terus
mengalami peningkatan menjadi 4 persen dan kemudian meningkat menjadi 6,2
persen pada tahun 2010. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini menjadikan
Indonesia negara yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi tinggi selain
China dan India selama satu decade terakhir.
KESIMPULAN
Proses pembangunan ekonomi memerlukan investasi dalam jumlah yang
sangat besar dan berkeseinambungan. Dalam awal pembangunan ekonomi pada
tahun 1970 sebagian besar dana tersebut didapat dari hutang luar negri dan hasil
ekspor minyak. Pada tahun 1980 an harga minyak terus merosot sehingga
diperlukan dana untuk pembangunan ekonomi dari sumber lain yaitu dari sektor
pajak. Untuk itu pemerintah membuat UU pajak yang baru yang lebih
sederhana sehingga jumlah penerimaan pajak dapat meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya.
Perubahan UU pajak tersebut memang terasa dengan meningkatnya
jumlah pendapatan yang diperoleh dari sektor ini. Sebelum UU pajak tahun
1984 diamandemen tax rasio masih pada kisaran 6 %, setelah perubahan UU
pajak maka tax rasio meningkat menjadi 9 % dan terus meningkat sampai pada
kisaran 12 % sampai 13%. Tingkat tax rasio ini cenderung konstan selama
beberapa tahun yang mengindikasikan ada beberapa kelemahan dalam
penarikan pajak oleh Dirjen pajak. Secara umum dapat diklasifikasikan dalam
masih rendahnya basis pajak, manipulasi pajak, korupsi pajak dan
penyelewengan oleh aparat pajak.
Pembangunan ekonomi sejak tahun 1969 telah menghantarkan Indonesia
dari negara miskin menjadi negara berpendapatan menengah. Jumlah PDB
H a l a m a n | 61
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
Indonesia telah mencapai 870 milyar dollar pada tahun 2011. Nilai PDB ini
menjadikan Indonesia menjadi kelompok negara 20 besar (G 20 ) yang
menguasai ekoomi dan PDB dunia. Dengan nilai PDB yang tinggi ini
menjadikan pendapatan perkapita meningkat mnjadi US$ 3000.
Permasalahannya tingkat rasio pajak ternyata masih kurang dari rasio ideal
sebesar 15% dari jumlah PDB nasional. Hal ini tentu menjadi tanda tanya bagi
sebagian besar masyarakat, apakah sistem pajak yang sudah diperbaharui
dengan UU pajak no 28
tahun 2007 ternyata tingkat pemungutan pajak
masih pada kirasan 12 persen sampai 13 persen dari PDB. Apakah ini karena
faktor sebagaimana tersebut di atas atau ada faktor cultural dan faktor lainnya
sehingga tingkat pemungutan pajak masih rendah. Tentunya ini menjadi bahan
kajian bagi semua pihak untuk memberikan solusi yang komprehensif dalam
masalah pajak ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara Hendra, Politik Prencanaan Pembangunan, theory , kebijaksanaan dan
prospek, Gramedia, Jakarta, 1986
Bank Indonesia , Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2009, BI, Jakarta ,
tahun 2010
Djajadiningrat, Hukum Pajak dan Keadilan, Eresco, Bandung , 1965
Griffin Ricky W dan Michael W Pustay, Bisnis Internasional, PT Indeks,
Jakarta, tahun 2006
Harjanto, Totok , Perubahan Struktur Perekonomian di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, Media Studi Ekonomi, 2000
Harjanto,Totok, Peranan Pajak Dalam Pembiayaan Negara, Jurnal Untag
Jakarta, No 9 Juli-September 1997.
Partadiredja, Ace, Pengantar Ekonomika, BPFE, Yogyakarta, 1983
Rochmat Soemitro, Dasar Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, Eresco,
Jakarta, 1977.
R. Santoso Brotodiharjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung , tahun 1980.
Soekirno, Sadono, Makro Ekonomi, Teori Pengantar, PT Radjagrafindo
Persada, Jakarta, 2007.
CD ROM APBN tahun 1970 sd 2010.
H a l a m a n | 62
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
Lampiran1:
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
Sektor Usaha
2004
2009
2010
2011
2012
1. Transaksi Berjalan
1,564
10,582
5,643
1,685
(24,431)
A. Barang
20,152
35,197
30,628
34,783
8,618
Expor
70,767
119,513
158,074
200,788
188,496
Impor
(50,615)
B. Jasa Bersih
(8,811)
(14,155) (9,324)
(10,632)
(10,331)
C. Pendapatan
(10,917)
(15,331) (20,291)
(26,676)
(26,748)
D. Tranfers Berjalan
1,139
2. Transaksi Modal
1,852
dan Finansial
4,871
4,630
4,211
4,029
3,673
26,201
13,767
25,148
A. Modal
96
50
33
37
B. Finansial
1,852
3,577
26,151
17,734
25,111
Investasi Langsung
(1,512)
2,313
10,706
11,728
13,982
Investasi portofolio
4,409
10,103
13,202
3,806
9,206
Investasi Lainnnya
(1,045)
(8,838)
2,243
(1,801)
1,922
3. Jml 1 dan 2
3,415
14,255
31,844
15,452
717
4 . Selisih Perhitungan
(3,106)
(1,749)
(1,559)
(3,595)
(503)
12,506
30,285
11,587
215
(12,506) (30,285)
(11,587)
(215)
(12,506) (30,285)
(11,587)
(215)
5.
Neraca
309
Keseluruhan
6. Cadangan Devisa
(309)
terkait
Perubahan
Cadangan
Devisa
674
Pinjaman IMF
H a l a m a n | 63
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
(983)
Cadangan Devisa
36,320
66,105
95,207
110,123
112,781
Bulan impor
5.70
6.50
7.00
6.50
6.10
Transaksi berjalan/PDB
0.60
1.90
0.79
0.20
(2.77)
Lampiran 2:
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
1971 * 1980 *
2004
1. Transaksi
Berjalan
(457)
2,754
1,564
2009
2010
2011
2012
10,582
5,643
1,685
(24,431)
A. Barang
81
9,067
20,152
35,197
30,628
34,783
8,618
Expor
1,307
21,573
70,767
119,513
158,074
200,788
188,496
Impor
B. Jasa Bersih
(200)
(2,041)
(8,811)
C. Pendapatan
D.
Tranfers
Berjalan
2. Transaksi
Modal
dan
Finansial
A.
Modal
(SDR)
(199)
(3,048)
(139)
B. Finansial
Investasi
Langsung
Investasi
portofolio
Investasi
Lainnnya
(10,632)
(10,331)
(26,676)
(26,748)
(1,220)
1,139
4,871
4,630
4,211
4,029
495
1,480
1,852
3,673
26,201
13,767
25,148
28
65
96
50
33
37
1,852
3,577
26,151
17,734
25,111
(1,512)
2,313
10,706
11,728
13,982
4,409
10,103
13,202
3,806
9,206
2,045
(1,045)
(8,838)
2,243
(1,801)
1,922
4,234
3,415
14,255
31,844
15,452
717
150
317
3. Jml 1 dan 2 38
4 . Selisih
(630)
(14,155) (9,324)
H a l a m a n | 64
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169
Perhitungan
(95)
5.
Neraca
Keseluruhan
(LLM)
57
6. Cadangan
Devisa terkait
Perubahan
Cadangan
Devisa
Pinjaman IMF
Cadangan
Devisa
(1,898)
(3,106)
(1,749)
(1,559)
(3,595)
(503)
(2,336)
309
12,506
30,285
11,587
215
(309)
(12,506) (30,285)
(11,587)
(215)
674
(12,506) (30,285)
(11,587)
(215)
(983)
36,320
66,105
95,207
110,123
112,781
6.50
7.00
6.50
6.10
1.90
0.79
0.20
(2.77)
Bulan impor
5.70
Transaksi
berjalan/PDB
0.60
* ada perbedaan metoda pencatatan
1.Statistik ekonomi BI 1981 - 2009
H a l a m a n | 65
JURNAL EKONOMI
ISSN: 2302-7169