Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Impetigo adalah
Gizi : lebih sering dan lebih berat pada keadaan kurang gizi dan anemia
Lingkungan : yang kotor dan berdebu akan lebih sering dan lebih hebat. (4)
1.6 Patofisiologi
Penyakit ini mengenai kulit pada lapisan superfisial (epidermis). Kuman
penyebab dapat ditemukan dan dibiakkan dari cairan bulanya. Pada impetigo bulosa, cairan
dari bula ditemukan toksin epidermiolitik yang dianggap sebagai terjadinya bula. Masuknya
kuman melalui mikro lesi di kulit dan menular. Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya
sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Trauma membuka protein-protein di kulit
termasuk eksoprotein termasuk enterotoksin Staphylococcus memberikan efek terhdapa sel
imun dan efek biologi yang mneghambat respon imun host. (5)
1.7 Gejala klinis
Pada awalnya berupa vesikel yang membesar menjadi bula dengan dasar eritema, yang
dapat bertahan 2-3 hari. Isi bula mula-mula jernih kemudian menjadi keruh, sesudah pecah
tampak krusta kecoklatan yang tepinya meluas masih menunjukkan adanya lepuh dan
tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sirsiner. Kadang-kadang waktu penderita
datang berobat, vesikel atau bula sudah pecah sehingga yang Nampak hanya koloret dan
dasarnya masih eritematosa.
(2)
keempat dan kesepuluh dengan muculnya gelembung yang dapat timbul pada setiap bagian
tubuh. Pada umunya berawal dari wajah dan tangan. (6)
Varisela
Penyakit yang disebakan virus varisela zoster dengan gejala klinis dimulai dengan
gejala prodromal yakni demem yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala
kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematous yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini berupa tetesan embun
(tear drop). Vesikel akan berubah menjadi pustule dan kemudian menjadi krusta.
3
Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel baru sehingga menumbulkan
3
1.11 Prognosis
Prognosis dari impetigo bulosa pada umumnya baik. (4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyosos Sunarso, Martodiharjo Sunarko, Sukanto Hari. Impetigo, In : Pedoman
Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3 rded. Surabaya:
Fakultas Kedokteran UNAIR; 2005.p.33-35.
2. Riesty, D dan Kusharjuri, Budiastuti, 2009. Penyakit Vesikobulosa dalam Dermatologi
Pengetahuan dasar dan Kasus di Rumah Sakit : Abdullah, Benny. Penerbit : Universitas
Airlangga : Surabaya. Hal : 91-91.
3. Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.Pioderma. In: Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.editors. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. 5thed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2005.p.57-59,204-210.
4. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. Edisi II. Jakarta : ECG. 2005.
Hal.45-47.
5. Wolff, Klaus et al. Superficial Cutaneus Infection and Pyodermas. In : Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7thed. New York : Mc-Graw-Hill Company ; 2008. P.
1694-1709
6. James W.D, Berger T.G, Elston M.D. In: Andrews Disease of The Skin Clinical
Dermatology 10ther. London: Saunders Company; 2006. Page: 256,460-470.
7. Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press. Siegar, R.S 2004. Hal 27-29.