Professional Documents
Culture Documents
Menurut Susanto (1994), nata merupakan suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut
dalam air dan terbentuk pada permukaan media fermentasi air kelapa dan sari
buah lainnya. Dalam praktikum ini, akan dilakukan pembuatan nata dari sari melon.
Kandungan karbohidrat pada melon mencapai 5,10 gr pada setiap 100gr buah melon
(Wirakusumah, 2000). Karbohidrat yang terdapat pada jerami nangka dapat dimanfaatkan
oleh bakteri Acetobacter xylinum sebagai nutrisi untuk membentuk serat-serat selulosa atau
yang biasa disebut dengan pelikel nata.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah sari buah melon,
MgSO4, glukosa, urea/yeast ekstrak, Acetobacter xylinum, NaOH & CH3COOH. Sedangkan
alat yang digunakan antara lain kompor listrik, beaker glass, autoclave, gelas ukur, pengaduk,
inkubator. Garis besar cara fermentasi ini adalah menyaring air perasan buah melon, didihkan,
setelah dingin, tambahkan nutrien, atur pH sesuai variabel. Masukkan ke dalam beaker glass.
Tambahkan starter sesuai variabel. Fermentasikan pada suhu 30 oC pada waktu kurang lebih enam hari.
Panen nata yang terbentuk, cuci, dan timbang. Lakukan analisis glukosa dan glukosa standar yang
terbentuk terlebih dahulu.
Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan kadar glukosa (%S) akhir pada masing-masing
variabel mengalami penurunan dari kadar glukosa (%S) awal. Nata yang dihasilkan pada medium
yang ditutupi dengan koran memiliki ketebalan yang lebih baik dibanding nata pada medium yang
ditutupi daun pisang. Agar mendapat hasil yang maksimal, maka disarankan agar praktikan menutup
media dengan rapat sehingga tidak terkontaminasi udara luar, media yang difermentasikan tidak boleh
terkena cahaya langsung, guncangan, maupun gangguan lain, sterilisasi bahan dan alat sebelum
digunakan, dan lakukan standarisasi glukosa dalam keadaan panas agar perubahan warna Titik Akhir
Titrasi (TAT) lebih sempurna.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nata merupakan hasil dari metabolit primer. Metabolit primer adalah persenyawaanpersenyawaan yang merupakan produk akhir atau produk antara yang dihasilkan dari
metabolisme sel yang mempunyai bobot molekul yang lebih besar atau dikonversikan
menjadi koenzim (Judoamidjojo dkk, 1990). Menurut Susanto (1994), nata merupakan
suatu zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan
media fermentasi air kelapa dan sari buah lainnya.
Dalam praktikum ini, akan dilakukan pembuatan nata dari sari melon. Tanaman
melon (Cucumis melo L.) termasuk famili Cucurbitaceae (Tjahjadi, 1995). Menurut
Wirakusumah (2000) kandungan karbohidrat pada melon mencapai 5,10 gr pada setiap
100gr buah melon. Karbohidrat yang terdapat pada melon dapat dimanfaatkan oleh bakteri
Acetobacter xylinum sebagai nutrisi untuk membentuk serat-serat selulosa atau yang biasa
disebut dengan pelikel nata.
1.2 Perumusan Masalah
Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang
ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa. bakteri Acetobacter xylinum dapat
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam media yang sudah diperkaya karbon (C) dan
nitrogen (N) melalui proses yang terkontrol. Dalam cairan daging buah melon banyak
mengandung glukosa, nitrogen sedikit karbohidrat serta pH 4 - 5,5. Bahan lain yang
dapat dimanfaatkan sebagai medium pembuatan nata diantaranya sari jerami
nangka, air cucian beras dan lain-lain. Parameter yang akan diteliti dalam praktikum
ini diantaranya pengaruh jenis penutup, pengaruh kadar starter yang ditambahkan,
pengaruh pH, pengaruh penambahan sumber C dan N, fenomena kadar glukosa,
fenomena densitas serta fenomena pH.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mengkaji proses pembuatan nata dari sari buah melon dengan cara fermentasi.
2. Mengkaji hasil yang diperoleh dengan berbagai variabel seperti jenis penutup, kadar
starter, pH, kadar sumber C serta sumber N yang digunakan.
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mengetahui cara pembuatan nata dengan cara fermentasi.
2. Mengkaji kualitas nata yang dihasilkan dengan berbagai variabel (jenis penutup, kadar
starter, pH, kadar sumber C serta sumber N).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Nata
Nata berasal dari bahasa Spanyol yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa latin
menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti, 2005). Nata termasuk produk
fermentasi. Nata dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz et al., 1967). Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini
yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum (Swissa et al., 1980).
Bakteri Acetobacter xylinum tersebut akan menghasilkan enzim yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang
tumbuh, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak
padat berwarna putih hingga transparan, padat, kokoh, kuat dan kenyal dengan rasa mirip
kolang-kaling, yang disebut sebagai nata (Astri, 2014).
Nata merupakan produk yang memiliki kadar serat tinggi. Serat yang terkandung
dalam nata meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, dan serat larut air. Sehingga dengan
keunggulan pada kandungan seratnya tersebut, maka nata dapat mencegah dan
meminimalkan terjadinya beberapa macam penyakit. Manfaat dari nata adalah sebagai
penurun kolesterol, glukosa darah pada penderita diabetes mellitus, mencegah konstipasi,
mengendalikan berat badan (mencegah obesitas), mencegah kanker kolon, dan
bermanfaat pada mikroflora di usus besar (Saputra, 2009).
2.2 Spesifikasi Bahan Baku
Tanaman melon (Cucumis melo L.) termasuk famili Cucurbitaceae. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa tanaman melon berasal dari Turki dan ada lagi yang
menyebutkan dari daerah India (Tjahjadi, 1995).
Adapun kandungan gizi buah melon setiap 100 gram bahan yang dapat dimakan
dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini :
Table 2.1. Komposisi Buah Melon per 100gr Bahan (Wirakusumah,2000).
Komposisi Kimia
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Serat (g)
Jumlah
21,0
0,6
0,2
5,10
15,00
25,00
0,30
4
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B2 (mg)
Vitamin C (mg)
Niacin (g)
0,50
640,00
0,03
0,02
34,00
0,80
Suhu yang dibutuhkan dalam pembuatan nata adalah suhu kamar (28-31C). Suhu
yang teralu tinggi atau rendah akan menghambat aktivitas Acetobacter xylinum.
4) Kebutuhan Oksigen
Bakteri nata Acetobacter xylinum merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bila
kekurangan oksigen bakteri akan terhambat bahkan akan juga mengalami kematian
5) Penutup dalam pembuatan nata
Selama proses fermentasi wadah harus tertutup rapat agar kotoran yang terbawa
udara/uap tidak dapat mencemari proses fermentasi namun harus memungkinkan
adanya pertukaran oksigen.
6) Sumber Cahaya
Pembuatan nata pada ruangan gelap akan mempercepat pembentukan struktur nata
dan lapisan nata yang dihasilkan akan tebal
7) Lama Fermentasi
Pada kondisi yang sesuai, lapisan nata terbentuk dipermukaan media akan terlihat hari
ketiga sampai keempat, lalu akan menebal dalam jangka waktu 8-14 hari.
8) Sanitasi
Sanitasi dalam hal ini meliputi sanitasi perorangan, lingkungan, dan peralatan. Harus
dijaga dan dikontrol agar bakteri tidak terkontaminasi (Dewi, 2012).
2.5 Manfaat Produk
Nata adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar
tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Nata sangat
berperan dalam sistem pencernaan makanan yang terjadi dalam usus halus dan
penyerapan air dalam usus besar sehingga sangat bermanfaat dalam pencernaan makanan
dan secara tidak langsung sangat baik bagi kesehatan (Lilies, 2009).
Nata adalah produk fermentasi yang mengandung banyak serat dan selulosa.
Karena hal itulah nata dapat dimanfaatkan sebagai kapsul dan perban. Selulosa mikrobial
yang disintesis oleh Acetobacter xylinum menunjukkan kinerja yang cukup baik untuk
digunakan dalam penyembuhan luka. Selulosa bakteri juga mempunyai kerangka jaringan
yang sangat baik dan hidrofilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pembuluh
darah buatan yang sesuai untuk pembedahan mikro (Hoenich, 2006). Beberapa penutup
luka seperti kulit buatan telah diproduksi dari kitin dan kitosan dan telah dijual sebagai
penyembuh luka pada manusia maupun hewan (Goosen, 1997).
2.6 Bahan Baru sebagai Medium Fermentasi Nata
a. Nata jerami nangka
Kandungan karbohidrat pada jerami nangka terdiri dari glukosa, fruktosa,
sukrosa, pati, serat dan pectin yang jumlahnya mencapai 15,87% (Nisa, 1998).
Karbohidrat yang terdapat pada jerami nangka dapat dimanfaatkan oleh bakteri
7
Acetobacter xylinum sebagai nutrisi untuk membentuk serat-serat selulosa atau yang
biasa disebut dengan pelikel nata. Menurut Susanto (1994), nata merupakan suatu zat
yang menyerupai gel, tidak larut dalam air dan terbentuk pada permukaan media
fermentasi air kelapa dan sari buah lainnya.
Proses pembentukan pelikel nata oleh Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh
konsentrasi gula pada substrat. Semakin tinggi konsentrasi gula pada substrat, maka
pelikel nata yang dihasilkan juga akan semakin tebal karena semakin banyak sumber
karbon yang tersedia untuk membentuk serat selulosa. Selain gula, Acetobacter
xylinum juga membutuhkan mineral untuk mengaktifkan enzim kinase pada
metabolism dalam sel untuk menghasilkan selulosa. Menurut Kuswanto dan
Sudarmaji (1997) bahwa mineral yang dapat ditambahkan ke dalam substrat adalah
(NH4)2S)4, MgSO4, K2HPO4 dan lainnya.
b. Nata de Leri
Beras mengandung protein, vitamin, dan mineral. Pada proses pengolahan
beras menjadi nasi, beras biasanya akan dicuci berulang kali hingga dianggap bersih.
Air cucian beras biasanya akan langsung dibuang karena dianggap tidak memiliki
nilai penting, padahal sebenarnya air cucian beras masih mengandung nilai gizi.
Nata de Leri merupakan produk nata yang dihasilkan dari air cucian beras
sebagai media dari pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Komposisi nilai gizi air
cucian beras sehingga dapat menjadi media tumbuh yang optimum untuk bakteri
Acetobacter xylinum yaitu karbohidrat, protein, dan vitamin B1 atau thiamin yang
sebagian besar terdapat pada pericarpus dan aleuron yang ikut terkikis (Rachmat, et
al., 2007).
2.7 Perbedaan Selulosa yang Dihasilkan oleh Tumbuhan dan Selulosa Acetobacter
xylinum
Selulosa bakteri merupakan polisakarida mikroba yang dihasilkan melalui
proses fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang memiliki struktur kimia yang
sama dengan selulosa tumbuhan. Perbedaan selulosa bakteri dan selulosa tumbuhan
adalah selulosa bakteri memiliki serat-serat tunggal yang panjang dan saling melilit
membentuk struktur jaringan (Philips dan William, 2000). Selulosa bakteri bersifat
hidrogel yang tidak dijumpai pada selulosa alam. Sifat ini memberikan daya serap
yang baik dan karakteristiknya seperti kulit manusia sehingga banyak dimanfaatkan
untuk kepentingan medis seperti pengganti kulit sementara pada luka bakar yang
serius (Ciechanska, 2004).
8
Cu2O + H2O
dipanaskan
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Praktikum
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan
Sari buah melon
2. Variabel Berubah
: 873 mL
b. MgSO4
: 18 gram
10
c. Glukosa
: 44,37 gram
d. Urea
: 18 gram
e. Acetobacter xylinum
: 207 mL
f. NaOH
: 2 gram
g. CH3COOH
: 0,6 gram
3.2.2 Alat :
a. Kompor listrik
b. Beaker glass
c. Autoclave
d. Gelas ukur
e. Pengaduk
3.3 Gambar Rangkaian Alat
3.
1. Ambil 5 ml bahan, encerkan hingga 100 ml, ambil 5 ml lalu netralkan pHnya
2. Tambahkan 5 ml fehling A dan 5 ml fehling B, dan tambahkan 5 ml glukosa
standar yang telah diencerkan
3. Panaskan hingga 60 70C
4. Titrasi dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60 70C sampai warna
biru hampir hilang, lalu tambahkan 2 tetes MB
5. Titrasi kembali dengan glukosa standar sambil dipanaskan 60 70C sampai
warna biru menjadi merah bata
6. Catat kebutuhan titran (M)
( FM ) x
%S =
total
x 0,0025
( VVtitrasi
) x ( VV pengenceran
yang diambil )
V total x medium fermentasi
x 100%
BAB IV
12
Variabel 2
Variabel 3
13
Variabel 4
Variabel 5
Gambar 4.2 Pengaruh banyaknya jumlah starter yang ditambahkan terhadap kadar
glukosa
Pada percobaan yang kami lakukan dalam pembuatan nata kami memberikan
starter dalam jumlah yang berbeda, masing-masing pada variabel 4 (15%) dan variabel
5 (20%). Kadar glukosa variabel 4 lebih tinggi daripada variabel 5. Dapat disimpulkan
bahwa nata yang terbentuk lebih bagus yaitu dengan kadar starter 20%.
Konsentrasi starter yang besar menandakan jumlah bakteri yang ada semakin
banyak, sehingga menyebabkan proses fermentasi berjalan lebih cepat. Starter yang
semakin banyak memiliki jumlah bakteri semakin banyak, sehingga proses
perkembangbiakannya semakin cepat dan menyebabkan glukosa berkurang karena
adanya proses fermentasi glukosa menjadi asam laktat menjadi lebih banyak
(Sfakianakis dan Tzia, 2014).
4.2.3 Pengaruh Perbedaan pH terhadap Kadar Glukosa
Variabel 5
Variabel 6
Gambar 4.3 Pengaruh perbedaan pH terhadap kadar glukosa
Fermentasi dengan variasi pH didapat hasil bahwa pada pH = 4 diperoleh nata
yang paling tebal dibanding dengan nata yang dihasilkan dengan pH yang lain.
Dalam referensi, Teknologi Pengolahan Nira dan Air Buah Kelapa, Puslit
Perkebunan Manhat, Bandar kuala, Sumut disebutkan bahwa pH yang baik untuk
14
pembentukan nata adalah sekitar 4 menurut Alaban (1962), sedang menurut Lapuz et
al (1967) sekitar 5-5,5. Pada pH tersebut pertumbuhan bakteri terseleksi yang
menyebabkan Acetobacter xylinum semakin sedikit mendapatkan mikroba lain dalam
hal mendapatkan nutrien dari media untuk pertumbahannya. Selain itu, pada pH
tersebut Acetobacter xylinum unggul terhadap bakteri lain terutama bakteri pembusuk
yang mengganggu pertumbuhan nata. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa nata
yang paling baik dibuat pada pH=4, karena pada pH=4 dimana pH tersebut sesuai
dengan range pH pembentukan nata yang disebutkan dalam referensi (Alin, 2012).
4.2.4 Pengaruh Perbedaan Jumlah MgSO4 dan CO(NH2)2
Variabel 1
Variabel 2
Gambar 4.4 Pengaruh perbedaan jumlah MgSO4 dan CO(NH2)2
Dari grafik, dapat dilihat bahwa variabel 1 (2 gram MgSO4 dan 2 gram
CO(NH2)2) memiliki kadar glukosa lebih tinggi dibanding variabel 2 (5 gram MgSO4
dan 5 gram CO(NH2)2). Hal ini menunjukkan bahwa variabel 2 lebih efektif untuk
menghasilkan nata dengan kualitas yang bagus.
Hal ini karena kebutuhan nutrien MgSO4 atau kadar Mg2+ yang berada didalam
sari melon digunakan untuk mengontrol kerja enzim ekstraselular. Dimana fungsi
enzim ekstraseluler yaitu untuk melangsungkan perubahan perubahan pada nutrien di
sekitarnya sehingga memungkinkan nutrient tersebut memasuki sel dan juga mengambil zat
makanan yang ada di sekililingnya yang berarti fungsi enzim ekstraseluler pada pembuatan
nata de melon adalah untuk membuat nutrient seperti KH 2PO4 dan urea agar dapat memasuki
sel supaya menjadi sumber pangan bagi bakteri Acetobacter xylinum, sehingga banyaknya
kadar Mg2+ yang ditambahkan hanya mempengaruh kecepatan nutrien untuk masuk
pembuatan nata berfungsi untuk membersihkan bahan baku dari berbagai kotoran dan
memperlancar proses pembuatan bibit nata (Warisno, 2004).
4.2.5 Fenomena Kadar Glukosa
7
6
5
4
Kadar Glukosa (%S)
3
2
Awal
Akhir
1
0
16
1.07
1.06
1.05
1.04
Densitas (gr/mL)
1.03
1.02
Awal
Akhir
1.01
1
tidak semua nutrient tersebut terpakai oleh bakteri, sehingga sesuai dengan rumus
4.2.7. Fenomena pH
17
5
4.5
4
3.5
3
2.5
pH
Awal
1.5
Akhir
1
0.5
0
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
18
PROSEDUR ANALISA
1. Perhitungan Densitas
a. Mengkalibrasi picnometer terlebih dahulu yaitu dengan memasukkan aquadest
ke dalam picnometer kosong yang sudah di ukur berat kosongnya terlebih dahulu.
b. Ukur berat aquadest + picnometer kosong dan dihitung volumenya dengan
rumus:
19
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Kadar Glukosa Awal
a. Variabel 1
F = 25,6 mL
M = 19 mL
( FM ) x
%S
total
) x 0,0025
( vvtitrasi
) x( vvpengenvceran
yang diambil
x 100
v total x medium fermentasi
20
180 100
x
x 0,0025
5
5
x 100
180 x 1,027
( 25,619 ) x
=
= 6,4 %
2. Kadar Glukosa Akhir
a. Variabel 1
F = 27 mL
M = 25,8 mL
( FM ) x
%S
total
) x 0,0025
( vvtitrasi
) x( vvpengenvceran
yang diambil
x 100
v total x medium fermentasi
180 100
x
x 0,0025
5
5
x 100
180 x 1,018
( 2725,8 ) x
=
= 1,179 %
3. Densitas Awal
a. Variabel 1
W picnometer = 16,83 gr
W picnometer + sampel = 44,06 gr
V picnometer = 26,5 mL
=
44,0616,83
=1,027 gr /ml
26,5
4. Densitas Akhir
1. Variabel 1
W picnometer = 16,83 gr
W picnometer + sampel = 44,08 gr
V picnometer = 26,5 mL
=
44,0816,83
=1,028 gr /ml
26,5
21
1,027
184,86 x
8
=14,79 gram
100
22