Professional Documents
Culture Documents
dilihat dari
Ketersediaan :
Limestone : CaCO3
Pasir silika : SiO2
Clay : SiO2, Al2O3
Pasir besi :Fe2O3
Jenis mineral
Variasi komposisi
Umur geologi
Proses pembentukan
Diukur dengan skala Mohs dari 1- 10
Dalam satu lokasi tambang kekerasan batuan
relatif tidak jauh berbeda
Untuk kepentingan pemilihan peralatan
Gangguan pada operasi :
- Size reduction mahal
- Tingkat keausan tinggi
Data analisa
Quarry mapping : jumlah deposit, sifat bahan, dll
Peta kualitas
- Metode yang dipakai
- Peralatan yang dipakai
- Scheduling
- Pre-mixing
Tergantung dari :
Kompleksitas bahan
Cara penambangan
Data yang tersedia
Peralatan yang digunakan
Blasting
Hauling
Crushing
Storaging
Longitudinal stocpiling
Circular stockpiling
Grab sampling
Cross belt sampling
Bucket sampling
Automatic sampling
Sampling Point
No
Sampel
Sampling
point
Sample
Prep.
Analisa
Frequensi
Quarry
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
Bila dibutuhkan
Conveyor
Manual-Bucket
Auto-Belt
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
1-2/shift
Pile
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
Bila dibutuhkan
Quarry
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
Bila dibutuhkan
Conveyor
Manual-Bucket
Auto-Belt
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
1-2/shift
Pile
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
Bila dibutuhkan
Limestone
Sampling
Clay
Sampling Point
No
Sampel
Sampling
point
Sample
Prep.
Analisa
Frequensi
Quarry
Truck
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
Bila dibutuhkan
Conveyor
Manual-Bucket
Auto-Belt
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
1-2/shift
Pile
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
Bila dibutuhkan
Truck
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
Bila dibutuhkan
Conveyor
Manual-Bucket
Auto-Belt
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
1-2/shift
Pile
Manual-Grab
Splitting
Drying
Grinding
Komposisi
kimia
H2O
Bila dibutuhkan
Sand
Sampling
Iron ore
sesuai
Raw meal : 10-12 % residu 90 mikron 2,5 % residu
200 mikron
Kadar air raw meal 0,5-1 % (jika terlalu rendah sulit
dikontrol aliran materialnya, jika terlalu tinggi
menyusahkan pada saat transportasi berpotensi
menyebabkan penggumpalan dan kebuntuan)
Tujuan Homogenisasi
Meningkatkan keseragaman material
Mengurangi fluktuasi komposisi
Meningkatkan stabilitas operasi
Modulus-Modulus
Komposisi kimia utama raw-mix (tepung baku)
HM =
CaO
SiO 2 + Al 2O 3 + Fe 2O 3
Contoh perhitungan :
Diketahui komposisi umpan kiln sebagai
berikut :
CaO
: 42,72 %
HM =
42.72
: 13,38 %
SiO2
13.38+3.51+2.10
: 3,51 %
Al2O3
= 2.25
Fe2O3 : 2,10 %
MgO
: 0,58 %
: 0,20 %
K2O
LOI
: 34,21 %
LSF =
100 xCaO
2,8 xSiO 2 + 1,18 xAl 2O 3 + 0,65 xFe2O 3
SM =
SiO 2
Al 2O 3 + Fe 2O 3
(3)
AM = Al 2O 3
Fe 2O 3
(4)
(5)
ME =
C 3S
C 2S
Pengaruh :
Peningkatan initial strength, kenaikan
hidrasi dan penurunan durability semen
panas
7. Modulus Caloric
MK =
C 3S + C 3 A
C2S + C4AF
(7)
mengenai
desain
3. Kehalusan Raw-Mix
k = A exp (-E/RT )
Ukuran butiran yang sangat berpengaruh dalam
raw-mix adalah mineral quartz dan calcite
1% Quartz > 100 m
4. Temperatur Pembakaran
Temperatur pembakaran secara empirik diperkirakan
dengan persamaan :
o
C = 1300 + 4,51 C3S 3,74 C3A 12,64 C4AF
Kecepatan pemanasan yang tinggi lebih disukai
karena:
- Ukuran partikel kasar masih dapat
diatasi
- Distribusi ukuran partikel yang tidak
merata masih dapat ditangani
- Pembentukan cristal C2S yang relatif
kecil
sehingga
mempermudah
interaksinya dengan CaO bebas
membentuk C3S di dalam fasa liquid
Burnability = f(T,)
Mengukur CaO bebas pada selang waktu yang tetap
dan temperatur tertentu. Semakin tinggi nilai CaO bebas
berarti semakin rendah burnability.
Mengukur waktu pada temperatur tetap untuk CaO
bebas 2 . Semakin lama waktu yang dibutuhkan
berarti semakin rendah burnability
Mineralogi
1.
2.
3.
Komposisi Kimia
Granulometri
1.
2.
3.
4.
5.
Perlakuan Panas
kenaikan temperatur dari 1360 oC menjadi 1420 oC
5. Burnability
Penentuan burnability dengan 2 cara, yaitu :
1. Mengukur CaO bebas = f (T , t).
C3S
+ C3A
C4AF
b. BI2 =
C3S
+ C3A + MgO + K 2O + Na 2O
C4AF
100(CaO + 0,75MgO)
2,8SiO 2 + 1,18Al2O3 + 0,65Fe2O3
LSF = 98
SM = 2,5
R90 = 12 %
LSF = 94
SM = 2,5
R90 = 12 %
5. Temperatur Pembakaran
Temperatur pembakaran maksimum teoritis
adalah 1450 oC - 1500 oC
Daily
Monthly
LSF
Kiln feed
SM
(or clinker)
AR
Raw meal
LSF
< 1.2
< 0.04
< 0.04
< 1.0
< 0.03
< 0.03
< 3.6
< 1.0
Pengaruh EP Dust
Evaluasi
Rata-rata dan range
max
average
min
Waktu
Komposisi Kimia
Komposisi Kimia
Standar Deviasi
Waktu
x max ; x min
X1, X2 ,......XN
The Mean
X=
N
1
(X1 + X2 + .... + XN ) = 1 X1
N
N i=1
X1, X2 ,......XN
(X X) + (X
2
S=
2 X + .... + XN X
N1
atau
(X
N
s=
I =1
N 1
2
68.3 %
95.5 %
99.7 %
Blending Factor
Rasio antara standar deviasi input dan standar
deviasi output
BF =
s in,corr
s out ,corr
s
s
in,measured
out ,measured
in,error
out ,error
Raw meal
Kiln feed
Month
Day
LSF
avg std
SR
avg std
AR
avg std
XY
avg std
1
2
3
4
28
29
30
31
avg
std
n
LSF
avg std
SR
avg std
AR
avg std
Clinker
XY
avg std
LSF
avg std
SR
avg std
AR
avg std
XY
avg std
Free lime
n avg range n
QCX System
QCX
Onstream
QCX
Proportioner
QCX
Laboratory
CF
Silo
Weigh
Feeder
signals
COMPUTER
RAW MILL
SILO
X - RAY
Registration of
raw material
consumptions
raw mix productions
Raw mix
sample preparation
Calculation of analysis
X - Ray
measurements
Calculation of deviation in
raw mix quality
requirements
Calculation of new
raw material proportions
SILO
QCX Control