Professional Documents
Culture Documents
melemah,sering terputus putus sehingga merasa tidak puas setelah buang air
kecil,rasa nyeri pada waktu berkencing, saya mengambil kasus ini karna teringat
kepada almarhum kakek saya dimana keluhan awal yang di keluhkan adalah nyeri pada
waktu kencing dan kencing sering terputus-putus atau kalau istilah jawanya anyanganyangen,kemudian oleh keluarga di bawa ke rumah sakit swasta terdekat dan di
anjurkan operasi karna kencing almarhum sudah bercampur darah,setelah operasi
dilakukan almarhum kakek pulang ke rumah namun setelah kateter di lepas alm tidak
bisa Buang air kecil sama sekali sehingga harus dipasang lagi sampai almarhum kakek
meninggal
Untuk angka kejadian BPH ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60
tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun
Sebenarnya penyebab persis pembesaran prostat jinak (BPH) masih belum diketahui,
namun diperkirakan kondisi ini terjadi karena adanya perubahan pada kadar hormon
seksual akibat proses penuaan, Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena BPH adalah:Kurang berolahraga dan obesitas, Faktor penuaan.
Menderita penyakit jantung atau diabetes.,Efek samping obat-obatan penghambat beta,
Keturunan, Penanganan pembesaran prostat jinak (BPH) dikelompokan menjadi dua,
yaitu penanganan BPH dengan gejala ringan dan penanganan BPH dengan gejala
menengah hingga parah.Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan
obat-obatan, terapi menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya
hidup yang dimaksud adalah dengan:Mulai berolahraga secara teratur, misalnya
berjalan kaki hingga satu jam tiap hari. Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi
kafein dan minuman keras.Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari
nokturia atau meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.Mulai
membiasakan diri untuk tidak minum apa pun dua jam sebelum waktu tidur agar
terhindar dari nokturia atau berkemih sepanjang malam sedang untuk kasus BPH
sedang sampai berat biasanya di lakukan operasi pembedahan,operasi pembedahab
dapat di lakukan dengan pembedahan biasa (open protastektomi ), dan TURP
(transuretra reseksi prostat) adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat
lewat uretra menggunakan resektroskop, dimana resektroskop merupakan
endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi
dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik.
Tindakan ini memerlukan pembiusan umum maupun spinal dan merupakan
tindakan invasive yang masih dianggap aman dan tingkat morbiditas
minimal.
TURP merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai
efek merugikan terhadap potensi kesembuhan. Operasi ini dilakukan pada
prostat yang
mengalami
pembesaran
antara
30-60
gram,
kemudian
diagnose
kemudian
keperawatan,intervensi
melakukan
tindakan
atau
perencanaan
keperawatan
sesuai
tindakan
dengan
dari
proses
Dalam kasus BPH ini anamneses meliputi identitas dan riwayat penyakit sangat
di perlukan untuk mengetahui sejauh mana penyakit BPH ini berpengaruh/menganggu
dalam aktivitas sehari hari, untuk pemeriksaan fisik saya mengambil 11 pola Gordon
namun saya hanya berfokus pada 3 pengkajian Gordon yaitu, eliminasi urinary, pola
istirahat tidur dan pola konsep diri persepsi diri
Yang pertama saya akan melakukan pola eliminasi urinari, gangguan eliminasi
merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh pasien dengan preoperasi, perlu
dikaji keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran urin berkurang, pengosongan
kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia, disuria dan hematuria.
Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan invasif serta prosedur
pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui
adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh :
merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan,
peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi gangguan
eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada post operasi BPH,
karena perubahan pola makan dan makanan
Pengkajian yang ke dua adalah pola istirahat tidur pada pasien dengan BPH
biasanya istirahat dan tidurnya terganggu, disebabkan oleh nyeri pinggang dan BAK
yang keluar terus menerus dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien. Jadi
perawat perlu mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari, apakah ada perubahan
lama
tidur
sebelum
dan
selama
sakit/
selama
dirawat?
Pengkajian yang kedua adalah konsep diri dan persepsi diri pasien dengan
kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya karena memikirkan
bagaimana akan menghadapi pengobatan dan prosedur operasi yang dapat dilihat dari
tanda-tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.
Pengkajian yang kedua adalah pola konsep diri persepsi diriPada pasien dengan
BPH biasanya istirahat dan tidurnya terganggu, disebabkan oleh nyeri pinggang dan
BAK yang keluar terus menerus dimana hal ini dapat mengganngu kenyamanan klien.
Jadi perawat perlu mengkaji berapa lama klien tidur dalam sehari, apakah ada
perubahan
lama
tidur
sebelum
dan
selama
sakit/
selama
dirawat?
Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat dicegah
melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak.
Hindari juga konsumsi daging merah. Berikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar
serat tinggi:Kacang hijau,Beras merah, Gandum, Brokoli, Kubis, Lobak, Bayam,
ApelBerikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar protein tinggi:IkanTelur, Kacang
kedelai, Susu rendah lemak, Dada ayam, Keju.
Dapat ditarik kesimpulan dari tulisan diatas penyakit BPH adalah penyakit yang
meskipun jarang mengancam jiwa tetapi sangat mengganggu aktivitas sehari hari
karena ada keluhan nyeri dan peningkatan frekuensi kencing.maka sejak usia muda
kita harus menjaga pola makan dan olahraga untuk memperkecil resiko terkena BPH
pada waktu tua nanti.
REFERENSI
Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya,
Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.
Htttp://wwwalodokter.com/BPH.html
Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta,
EGC.
Suddarth, Brunner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.
Edisi VIII. Jakarta: EGC.