Professional Documents
Culture Documents
Kelas XI IPA 3
Nama :
Amalia (02)
Ferdiana (15)
M. Imam Mulia (29)
Ricky Pratama Wijaya (31)
Simran Jeet Kaur (36)
Judul
Tujuan
Landasan Teori : Titrasi adalah prosedur analisis yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah larutan asam dan basa yang diperlukan untuk menetralkan larutan basa atau
asam yang lain. Larutan yang diletakkan dalam buret disebut titran. Sedangkan, larutan
yang diletakkan dalam erlenmeyer disebut titrat. Pada reaksi penetralan digunakan
indikator warna untuk menunjukkan titik akhir titrasi (asam tepat bereaksi dengan basa).
Indikator yang digunakan dilarutkan di dalam titrat, sebelum proses titrasi dimulai. Titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator. Pada saat titik akhir titrasi
tercapai pengeluaran titran dari buret dihentikan, jumlah larutan asam atau basa untuk
menetralkan larutan basa atau asam yang lain dapat diketahui dengan cara membaca
skala volume pada buret.
Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol asam akan sama dengan mol basa, maka hal ini
dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxMxV basa
Alat dan Bahan :
Alat dan Bahan
Ukuran
Jumlah
Statif
1 buah
Buret
50 ml
1 buah
Corong
1 buah
Gelas kimia
100 ml
2 buah
Labu erlenmeyer
3 buah
Silinder ukur
10 ml
1 buah
Pipet tetes
1 buah
Larutan HCl x M
Larutan NaOH 0,2 M
10 ml 3
70 ml
Indikator fenolftalein / PP
ml atau (3 tetes 3)
Urutan Kerja
1.
Siapkan rangkaian statif dan buret. Pastikan rangkaian tersebut kencang dan tegak
lurus. Bersihkan buret dengan memasukkan air melalui corong. Bilas sebanyak 3
kali. Bilasan terakhir menggunakan larutan NaOH.
2.
Masukkan 10 ml larutan HCl ke dalam silinder ukur, lalu tuangkan larutan HCl
tersebut ke dalam labu erlenmeyer. Tetesi dengan tiga tetes indikator fenolftalein.
3.
Masukkan larutan NaOH 0,2 M ke dalam buret hingga batas angka nol.
4.
5.
6.
Amati berapa banyak volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi HCl
tersebut. Catat hasilnya. Lakukan langkah 2 langkah 5 hingga sebanyak tiga
kali. Jika perbedaan hasil yang diperoleh cukup besar, maka ulangi sekali lagi.
Hasil Pengamatan
No.
1.
2.
3.
Percobaan
Percobaan ke-1
Percobaan ke-2
Percobaan ke-3
Volume HCl
10 ml
10 ml
10 ml
:
HCl(aq)
NaCl(aq) + H2O(l)
1,04 mmol
1,04 mmol
1,04 mmol
1,04 mmol
Volume NaOH
5,2 ml
5,2 ml
5,2 ml
2.
n
V
n asam = n basa
Titrasi
n NaOH = MNaOH VNaOH
= 0,2 M 5,2 ml
= 1, 04 mmol
n NaOH = n HCl
n HCl = 1, 04 mmol
MHCl nHCl
VHCl
M HCl 1, 04 mmol
10 ml
= 0,1 M
= 0, 104 M
Perhitungan pH
No.
Kondisi
Awal
pH
HCl = 0,1 M
H+(aq) + Cl-(aq)
HCl(aq)
0,1 M
0,1 M
0,1 M
[H+] = 0,1 M
= 10-1 M
pH = log [H+]
= log 10-1
=1
NaOH = 0,2 M
1.
NaOH(aq)
Na+(aq) + OH-(aq)
0,2 M
0,2 M
0,2 M
[OH-] = 0,2 M
= 2 10-1 M
pOH = log [OH-]
= log 2 10-1
= 1 log 2
pH = 14 pOH
= 14 (1 log 2)
= 13 + log 2
Akhir
2.
Pembahasan :
Titrasi dalam percobaan ini termasuk dalam titrasi asam kuat oleh basa kuat, yaitu titrasi
HCl oleh NaOH. Trayek pH dari indikator fenolftalein adalah 8,3 10,0. Sehingga,
indikator fenolftalein akan mulai berubah warna menjadi merah jika pH larutan sudah
lebih besar dari 8,3. Sementara itu, titik ekuivalen pada titrasi larutan HCl dan NaOH
adalah 7. Jadi, dapat dikatakan bahwa tepat pada titik ekuivalen, indikator fenolftalein
belum berubah warna. Kelebihan satu tetes NaOH akan mengubah pH menjadi sekitar
10. Namun, kelebihan satu tetes tersebut dalam perhitungan masih ada dalam batasbatas yang sangat kecil. Sehingga, inidikator fenolftalein tetap dapat digunakan sebagai
penunjuk titik ekuivalen indikator asam kuat dengan basa kuat.