Professional Documents
Culture Documents
(2443013223)
Devi Jayanti
(2443013254)
Ambar Tutik
(2443013258)
Dedy Setyawan
(2443013260)
Ester Novella
(2443013274)
Erwin Budiyanto
(2443014043)
Jesslyn Diva
(2443014047)
Andy Setyawan
(2442014051)
Sandyawan Wijaya
(2443014052)
Sela Talia
(2443014063)
KELAS : B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2016
Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan dalam
kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau
lebih mikroorganisme (Siswandono; Bambang Soekardjo, 2008, hal 109).
Untuk memahami bagaimana gen resisten dapat membuat bakteri mampu
bertahan hidup terhadap serangan antibiotik, maka perlu dipahami terlebih dahulu
mekanisme kerja antibiotik terhadap bakteri. Mekanisme kerja antibiotik berlainan,
misalnya inhibisi sintesis dinding sel pada golongan -laktamase seperti penisilin atau
sefalosporin, inhibisi sintesis protein pada golongan aminoglikosida, kloramfenikol atau
tetrasiklin, injury ke membrane plasma pada golongan polimiksin, inhibisi sintesis asam
nukleat pada golongan PABA, serta inhibisi aktivitas enzim pada golongan obat-obat
sulfa (Jurnal Mekanisme Inhibisi Sintesis Protein dan Dasar Molekuler Resistensi
Antibiotik., 2002).
Berikut dijelaskan mengenai inhibis sintesis protein :
1. Inhibisi sintesis protein oleh antibiotik bakteriosidal
Salah satu antibiotik yang bersifat bakteriosidal adalah streptomisin. Streptomisin
membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis protein dalam tubuh bakteri.
Ada dua teori yang menjelaskan teori inhibisi sintesis protein ini. Baik Luzzato dkk.
maupun Davis dkk, berpendapat bahwa komplek inisiasi tidak berfungsi sama sekali
di dalam sistem sintesis protein. Luzzato dkk, berpendapat bahwa inhibisi sintesis
protein bersifat irreversible. Setelah bakteri terekspos oleh streptomisin, polisom atau
poli ribosom secara cepat terurai sehingga yang tertinggal adalah unit 70S yang
disebut streptomisin monosom yang terdiri dari subunit 30S, subunit 50S, mRNA dan
streptomisin sendiri. Streptomisin monosom ini tidak mampu melakukan sintesis
protein dikarenakan ikatan streptomisin tersebut sangat kuat, irreversible, dengan
material 70S menumpuk dan frozen di posisinya, serta bersifat tidak aktif. Meskipun
sintesis protein tidak dapat berjalan setelah terbentuknya streptomisin monosom ini,
namun formasi kompleks inisiasi tidak terpengaruh.
David dkk, berpendapat bahwa ada dua tipe subunit 30S bebas. Subunit 30S bebas
yang bersifat resisten, apabila berikatan dengan streptomisin memungkinkan
terjadinya komplek inisiasi dengan mRNA di struktur polisom. Akan tetapi jika
sebelum terbentuk komplek inisiasi streptomisin berikatan dengan subunit 30S bebas
yang bersifat sensitif, maka komplek inisiasi akan terbentuk, namun proses elongasi
tidak akan terjadi. Hal ini disebabkan terjadi distorsi pada A-site sehingga tidak
terjadi ikatan aminoasil-tRNA. Selanjutnya komplek inisiasi 70S secara perlahan
akan terlepas dari mRNA dan mengalami degradasi menjadi subunit 50S dan 30S.
Subunit 30S bebas mampu membentuk ikatan baru pada mRNA untuk memulai
komplek inisiasi kembali (Journal of Dentistry Indonesia, Mekanisme Inhibisi
Sintesis Protein dan Dasar Molekuler Resistensi Antibiotik., 2002).
2. Inhibisi sintesis protein oleh antibiotik bakteriostatis
Terbagi dua jenis mekanisme yaitu antibiotik yang terikat pada subunit 50S dan
yang terikat pada subunit 30S. Antibiotik yang bekerja pada subunit 50S misalnya
kloramfenikol, eritromisin, linkomisin atau klindamisin, sedangkan yang bekerja pada
subunit 30S misalnya tetrasiklin. Reseptor dari kloramfenikol adalah subunit 50S dari
ribosom bakteri. Kloramfenikol di dalam mekanisme kerjanya tidak menghambat
proses inisiasi, terminasi, maupun pelepasan dari ribosom. Juga tidak pada ikatan
aminoasil-tRNA dan mRNA pada subunit 30S. Keberadaan kloramfenikol
menyebabkan proses perlekatan dan pergerakan ribosom pada mRNA berjalan tanpa
menghasilkan ikatan peptida. Ikatan kloramfenikol pada ribosom menyebabkan
terjadinya distorsi pada komponen ribosom, sehingga mengganggu pembentukan
ikatan peptida dan pergerakan ribosom. Aminoasil-tRNA berikatan pada subunit 30S
yang mengandung triplet antikodon. Region ini mengandung informasi genetik yang
sesuai dengan pembacaan di region subunit 50S untuk membentuk suatu ikatan
peptida, dengan bantuan enzim transferase dan peptidil transferase, yang merupakan
bagian integral dari subunit 50S. Jika ikatan tRNA ke kodon tidak terganggu, maka
translokasi akan berjalan normal meskipun dengan keberadaan kloramfenikol. Akan
tetapi jika gangguan terjadi pada ikatan tRNA yang mengandung asam amino ke
subunit 50S maka ikatan peptida tidak akan terbentuk.
Tetrasiklin menginhibisi sintesis protein dengan cara memblokir ikatan aminoasiltRNA ke komplek mRNA ribosom. Reseptor tetrasiklin di subunit 30S dan
ikatannya bersifat reversibel. Seperti diketahui bahwa ada dua tempat untuk mengikat
d. Diritromisin (Dynabac) efektif dalam mengobati infeksi saluran pernapasan atas dan
bawah, infeksi kulit, dan faringitis/tonsillitis yang rentan (Karch, A., 2011, hal. 109).
Mekanisme Kerja Makrolida
Makrolida dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik, bekerja dengan cara
berikatan dengan membran sel bakteri dan mengubah fungsi protein. Cara kerja obat ini
dapat mencegah sel untuk membelah diri atau menyebabkan kematian sel, bergantung
pada sensitivitas bakteri dan konsentrasi obat (Karch, A., 2011, hal. 110).
Antibiotik makrolida merupakan senyawa bakteriostatik yang menghambat
sintesis protein dengan cara berikatan secara reversibel pada subunit ribosom 50 S
mikroorganisme yang peka (Goodman&Gilman, 2007, hal. 1226-1227).
memblok ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah translokasi peptida-peptida
dari tempat aseptor A ke tempat donor P. Pengikatan ini hanya terjadi bila subunit 50-S
bebas dari molekul tRNA yang berhubungan dengan rantai peptida nasen sehingga yang
diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang peptida-peptida kecil tetap
diproses secara normal. Efek samping relatif rendah antara lain gangguan saluran cerna
yang ringan (sakit kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi (Siswandono;
Bambang Soekardjo, 2008, hal 153).
Spektrum Antibiotik
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum aktivitasnya :
a. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif baik terhadap Gram-positif maupun Gramnegatif, contoh: turunan makrolida.
b. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-positif, contoh:
eritromisin.
(Siswandono; Bambang Soekardjo, 2008, hal 109).
Kegunaan
Makrolida diindikasikan untuk pengobatan penyakit-penyakit berikut ini: infeksi
akut yang disebabkan oleh strain bakteri yang rentan, yaitu S. pneumonia,
Mycobacterium
plasma
pneumonia,
Listeria
monocytegenes,
dan
Legionella
Eritromisin (diberikan secara oral dalam dosis 500 mg empat kali sehari, atau jika
pemberian oral tidak dapat ditoleransi, maka diberikan secara intravena) mengurangi
durasi demam yang disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia.
2. Penyakit Legionnaires
Eritromisin dianggap sebagai obat pilihan untuk terapi pneumonia. Azitromisin
telah
menggantikan
eritromisin
sebagai
obat
pilihan
pertama
(bersama
4. Difetri
Eriromisin sangat efektif untuk infeksi akut atau untuk membasmi pembawa infeksi.
Eritromisin estolat (250 mg empat kali sehari selama 7 hari) ternyata efektif 90%
pada orang dewasa.
Masih banyak penyakit dan penggunaan terapeutik yang dapat disesuaikan dan dapat
dilihat lebih jelas pada buku yang menjadi acuan pustaka (Goodman&Gilman, 2007,
hal. 1229-1230).
Resistensi
1. Eritromisin
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang di perantai oleh
plasmid yaitu :
-
Farmakokinetik
Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya menurun
karena obat diserap oleh asam lambung. Untuk mencegah pengerusakkan asam lambung,
basa eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester sterat
atau etilsuksinat (F&T Edisi V, 2012).
Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1.5 jam. Dalam keadaan
insufisiensi ginjal tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritomisin berdifusi baik keberbagai
jaringan tubuh kecuali otak dan cairan serebrospinal (F&T Edisi V, 2012).
Efek Samping dan Reaksi Simpang
Efek samping yang berakibat turunanya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin
timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi
dihentikan. Hepattitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh
eritromisin ostelat. Kelainan ini biasanya menghilang setelah pemakaian di hentikan.
Eritromisin
dilaporkan
meningkatkan
toksisitas
karbamazepin,
kortikosteroid,
meningkatkan
konsentrasi
berbagai
obat
dalam
serum,
seperti
serum sebesar 10 hingga 100 kali lipat.Obat ini dilepaskan secara lambat dari jaringan
(waktu paruh dari jaringan adalah 2-4 hari) dan menghasilkan waktu paruh eliminasi
yang mendekati 3 hari. Azitromisin diabsorpsi dengan cepat dan toleransi dengan baik
secara oral. Obat ini sebaiknya di berikan 1 jam sebelum atau sesudah makan. Antacid
aluminium dan magnesium tidak mengubah biovailabilitasnya tetapi menunda absorpsi
dan menurunkan kadar puncaknya dalam serum (Katzung, 2004).
3. Klaritomisin
Resistensi sama seperti eritromisin
resistensi yang di perantai pompa efluks , dan ketolida berikatan pada ribosom beberapa
spesies bakteri dengan afinitas yang lebih tinggi daripada makrolida (Katzung, 2004).
Farmakokinetik
Biovailabilitsnya eritromisin adalah 57% dan penetrasinya pada jaringan dan
intrasel pada umumnya baik. Telitromisin pada umumnya dimetabolisme di hati dan
eliminsi oleh jalur eksresi empedu dan urine (Katzung, 2004).
Rangkuman Obat (Katzung, 2004).
a. Golongan Makrolida :
- Azitrimycin (Zithromax)
Oral : kapsul 250,500,600mg; bubuk untuk membuat suspensi oral 100,200mg/5ml
Parenteral : bubuk 500mg untuk suntikan.
-
Claritromycin (Biaxin)
Oral : tablet 250, 500mg, tablet lepas-lambat 500mg; granula untuk membuat suspensi
oral 125,250mg/5ml.
Erythromycin (generik,lainnya)
Oral ( basa) : tablet salut- enterik 250,333,500mg.
Oral (basa) lepas tunda : kapsul 250mg, tablet 500mg.
Oral (estolate ): suspensi 125,250mg/5ml
Oral (ethylsuccsinat) : tablet 400mg,suspensi 200,400mg/5ml
Oral (stearate) : tablet salut film 250,500mg.
Parenteral : lactobionate, bubuk 0,5;1g untuk dilarutkan untuk suntikan IV.
Telitrimycin (Keteck)
Oral : tablet 400mg
LINKOSAMID
Karaketistik
Klindamisin merupakan turunan klorin derivat
Klasifikasi
(AHFS,2011).
Mekanisme Kerja
Klindamisin menghambat sintesis protein dengan mengganggu pembentukan
kompleks inisiasi dan dengan reaksi aminoasil translokasi. Situs mengikat klindamisin
pada subunit 50S dari ribosom bakteri identik dengan yang untuk eritromisin (Katzung 9 th
ed, 2005).
Spektrum Antibiotik
- Klindamisin memilik spektrum antibiotik sempit (AHFS,2011).
- Spektrum aktivitas, Clindamycin aktif terhadap:
a. bakteri Gram-positif yang paling aerobik termasuk streptococcus, staphylococcus,
Bacillus anthracis, dan Corynebacterium diphtheria
b. enterococci dan Mycoplasma spp.Pada umumnya resisten
c. anaerob Gram-positif suspectible termasuk Eubacterium,
Propionibacterium,
Sekitar 90% dari dosis oral klindamisin klorida cepat diserap dari saluran
pencernaan. Konsentrasi serum puncak dalam 5-60 menit. Sebelum diserap klindamisin
hidroklrodia palmitat dihidrolisis disaluran pencernaan untuk klindamisin.
Pada
pemberian IM untuk orang dewasa konsentrasi serum puncak dalam waktu 3 jam
sedangkan pada anak-anak 1 jam. Makanan tidak memiliki efek pada absorbs. Distrubsi
ke dalam jaringan tubuh dan cairan, terdifusi pada konsentrasi yang kecil ke dalam CSF,
serta dapat menembus plasentra dan terdistribusi dalam susu. Plasma Protein Binding
93%. Sebagian termetabolisme secara bioaktif dan inaktif. Tereksresi dalam urin, empedu
dan feses. Dua-tuga jam pada orang dewasa dan anak-anak untuk fungsi renal yang baik.
Dosis oral dari clindamycin, 0,15-0,3 g setiap 6 jam (10-20 mg/kg per hari untuk
anak-anak).Intravenous, 600 mg clindamycin setiap 8 jam. Obat terdistribusi luas di
tubuh tapi tidak pada sistem saraf pusat pada konsentrasi tertentu. Sekitar 90 % ikatan
protein, eksreksi melalui liver, empedu, dan urin (Katzung, Basic & Clinical
Pharmacology, 5th hal 684).
Efek Samping dan Reaksi Simpang
Umumnya menyebabkan diare, mual dan kulit memerah. Kegagalan fungsi hati
dan bahkan kadang-kadang terjadi neutropenia. Kolitis sesuai pemberian klindamisin
dapat disebabkan oleh racun C. difficile. Komplikasi ini harus diobati dengan pemberian
metronidazole 500mg secara oral atau IV sebanyak tiga kali sehari atau vankomisin
125mg peroral empat kali sehari tetapi kekambuhan mungkin dapat terjadi (Katzung 9 th
ed, 2005).
Rangkuman Obat
Linkosamid = Golongan Makrolida
Nama Generik = Lincomycin
Nama Dagang = Lincocin 500 mg (ISO Indonesia, Vol.48, 2014).
1. Novobiocin
Novobiocin (juga disebut streptomycin, cardelmycin) adalah antibiotik asam yang
dihasilkan oleh streptomyces niveus dan dimurnikan pada tahun 1956. Novobiocin
dapat aktif terutama terhadap bakteri gram positif. Dengan munculnya betalaktamase-resistance-penisilin dan sefalosporin, novobiosin berguna pada infeksi
staphylococcus yang serius. Untuk menghindari munculnya varian resistensi cepat,
novobiosin harus digunakan dalam kombinasi dengan obat lain, akan tetapi efek
samping tinggi. Saat ini, tampaknya masih ada indikasi untuk penggunaan
novobiosin.
2. Metronidazol
Nitroimidazole merupakan obat antiprotozoal yang juga memiliki efek antibakteri
yang mencolok terhadap sebagian besar bakteri anaerob, termasuk Bacteriodes spp
dan clostridia. Metronidazole diserap dengan baik setelah pemberian oral,
didistribusikan secara luas di jaringan, dan mencapai kadar serum 4-6g / mL setelah
dosis oral 250 mg. Metronidazolemenembus dengan baik ke dalam cairan
cerebrospinal, mencapai level yang sama dengan serum tersebut. Metronidazole
dimetabolisme dalam hati dan dapat terakumulasi dalam insufisiensi hati, dilakukan
pengurangan dosis. Metronidazole juga dapat diberikan secara intravena atau
supositoria rektal. Metronidazol dalam infeksi mikroba adalah sebagai berikut: untuk
anaerob atau infeksi campuran, 500 mg diberikan tiga kali sehari secara oral atau
intravena (30mg/kg/d). untuk vaginitis (Trichomonas, Gardnerella, campuran), 250
mg diberikan secara oral tiga kali sehari selama 7 -10 hari: beberapa kasus vaginitis
menanggapi dosis 2g tunggal. Dalam enterocolitis terkait antibiotik, 500 mg diberikan
tiga kali sehari secara oral atau intravena sebagai alternatif untuk vancomycin.
Beberapa abses otak menanggapi pengobatan dengan metronidazole, sering
dikombinasikan dengan penicilin atau cephalosphorin. Metronidazol juga telah
digunakan untuk persiapan usus besar untuk operasi. Efek samping termasuk mual,
diare, stomatitis, dan-dengan lama penggunaan-neuropati perifer. konsumsi alkohol
harus dihindari karena menimbulkan efek disulfiram- metronidazole. Sementara
teratogenik pada hewan, metronidazol belum dikaitkan dengan efek ini pada manusia.
3. Kuinolon adalah analog dari sintetis asam nalidiksat. Mereka aktif terhadap berbagai
bakteri gram positif dan gram negatif. Kuinolon memblokir sintesis DNA bakteri
dengan menghambat DNA gryase. Kuinolon sebelumnya (asam nalidiksat, asam
Oxolinic, cinoxacin) tidak mencapai tingkat antibakteri sistemik dan dengan demikian
hanya berguna sebagai antiseptik kemih. derivat barunya (norfloxacin, ciprofloxacin,
ofloxacin, dan lain-lain memiliki aktivitas antibakteri yang jauh lebih besar, mencapai
tingkat klinis bermanfaat dalam darah dan jaringan, dan memiliki toksisitas rendah.
(Katzung, Basic & Clinical Pharmacology, 5th hal 685).
OKSOZOLIDINON (LINEZOLID)
Linezolid (ZYNOX) merupakan bahan antimikroba sintetik dari golongan
oksazolidinon (Goodman&Gilman, 2007, hal. 1234).
Linezolid (Zyvox) adalah oksazolidinon sintetis yang memiliki penggunaan klinis
dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif aerob
Comprehensive Pharmacy Review for NAPLEX, 8th ed. p. 697).
Klasifikasi
Golongan Tetrasiklin, glisilsiklin (tigesiklin).
Mekanisme Kerja
Linezolid adalah bakteriostatik terhadap Enterococci dan Staphylococcus, dan
bakterisida terhadap Streptococcus. Linezolid mengikat 23S ribosom RNA dari unit 50S
sub dan dengan demikian menghambat sintesis protein (Comprehensive Pharmacy
Review for NAPLEX, 8th ed. p. 697).
Spektrum Antibiotik
Obat ini aktif terhadap vancomycin-resistant Enterococcus faecium dan S. aureus
(methicillin-rentan dan strain-tahan) serta bakteri positif Gram aerob lainnya
Comprehensive Pharmacy Review for NAPLEX, 8th ed. p. 697).
Kegunaan dan Pertimbangan Klinik (include safety) dan Biaya
Linezolid diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
vancomycin- tahan E. faecium, pneumonia nosokomial disebabkan oleh methicillinrentan dan tahan r strain S. aureus, komunitas-pneumonia disebabkan oleh strain rentan
penisilin S. pneumoniae, dan kulit dan infeksi struktur kulit karena organisme ini
(Comprehensive Pharmacy Review for NAPLEX, 8th ed. p. 697).
Resistensi
Pasien yang menerima terapi bersamaan dengan adrenergik dan agen serotonergik
atau mengkonsumsi lebih dari 100 mg tyramine sehari bisa mengalami peningkatan eff
sindrom obat dll atau serotonin (Comprehensive Pharmacy Review for NAPLEX, 8th ed. p.
697).
Resistensi terjadi akibat mutasi pada tempat pengikatan ribosom. Resistensi yang
dilaporkan secara klinis hanya terjadi pada enterokokus, walaupun mutan yang resisten
telah diseleksi dari galur-galur S. aureus dengan cara melewatkannya pada linezolid
secara in vitro (Goodman&Gilman, 2003, hal. 1235).
Farmakokinetik
Linezolid diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Obat ini dapat diberikan
tanpa memperhatikan ada makanan atau tidak. Dengan ketersediaan hayati oral yang
mendekati 100%, dosis untuk sediaan oral maupun intravena adalah sama. Konsentrasi
serum puncak rata-rata 12 hingga 14g/ml dalam 1 hingga 2 jam setelah dosis tunggal
600 mg pada orang dewasa dan sekitar 20g/ml pada keadaan tunak dengan pemberian
dosis tiap 12 jam. Waktu paruh kira-kira 4 hingga 6 jam. Linezolid terikat pada protein
sebanyak 31% dan terdistribusi secara luas ke jaringan yang terperfusi dengan baik,
dengan volume distribusi 0,6 hingga 0,71/kg.
Linezolid dimetabolisme melalui oksidasi nonezimatik menjadi metabolit-metabolit asam
aminoetoksiasetat dan hidroksietil glisin. Sekitar 80% dari dosis linezolid muncul di urin,
30% sebagai senyawa aktif, dan 50% sebagai dua metabolit utama di atas. Sepuluh
persen dari dosis yang diberikan ditemukan sebagai metabolit pada feses. Konsentrasi
serum dan waktu paruh senyawa induk tidak berubah secara bermakna pada kondisi
insufisiensi ginjal. Metabolit terakumulasi pada kondisi insufisiensi ginjal, dan waktu
paruh meningkat sekitar 50% hingga 100%. Linezolid dan metabolitnya dieliminasi
melalui dialisis; oleh karena itu, obat ini harus diberikan setelah hemodialisis
(Goodman&Gilman, 2007, hal. 1235).
Efek Samping dan Reaksi Simpang
Keluhan gastrointestinal, sakit kepala, ruam (Comprehensive Pharmacy Review
for NAPLEX, 8th ed. p. 697; Goodman&Gilman, 2007, hal. 1236).
Rangkuman Obat (Comprehensive Pharmacy Review for NAPLEX, 8th ed. p. 681).
Nama Kelompok Obat
: Oral, IV
Nama Generik
: Zyvox
Nama Dagang
CHLORAMPHENICOL
Chloramphenicol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces venezuela,
sebuah organism pertama yang diisolasi oleh Burkholder pada 1947dari sebuah sampel
tanah yang dikumpulkan di Venezuela. Filtrat dari kultur cair organism ditemukan
memiliki efektivitas yang diakui dapat melawan beberapa bakteri Gram negatif dan juga
menghambat aktivitas antiricketsia dan antiviral (Ehrlich et al., 1948).
Bahan antibiotik diisolasi dari kultur (Bartz, 1948) dan diberi nama chloromycetin
karena didalamnya mengandung klorin dan diperoleh dari actinomyceta. Saat struktur
kimiawi chloramphenicol maka mulailah dibuat sintesisnya. Secara farmakologi pada
hewan dan manusia segera dikemukakan oleh Smadel dan asosiasi (1947 et seq.). Pada
akhir 1947, jumlah chloramphenicol yang tersedia hanya sedikit untuk mengatasi
epidemic typhus di Bolivia yang berujung pada hasil dramatis. Pada tahun 1948,
chloramphenicol diproduksi dalam jumlah yang memadai untuk penggunaan klinis yang
umum dan digunakan sebagai parameter terapi dari beragam infeksi.
Mekanisme kerja
Chloramphenicol berfungsi untuk menghambat sintesis protein pada bakteri dan
pembentukan dinding sel. Chloramphenicol tidak mengganggu aktivasi asam amino atau
transfer asam amino ke sRNA, namun tidak ikut campur saat proses aktivasi asam amino
yang ditransfer dari sRNA ke ribosom. Chloramphenicol secara tidak langsung tidak
mengganggu sintesis RNA (Brock, 1961; Gale, 1963; Gale, 1963).
Spektrum Antibiotik
Farmakokinetika
Absorbsi chloramphenicol sangat cepat terjadi dari GIT. Pada level plasma yang
signifikan diperoleh dengan 30 menit. Konsentrasi plasma tertinggi terjadi saat 2 jam.
Sekitar 60% chloramphenicol terikat dengan plasma albumin. Chloramphenicol tidak
aktif saat berada di liver. Chloramphenicol secara cepat diekskresikan oleh urine dimana
konsentrasinya lebih tinggi 20 kali lipat dari pada di plasma. Lebih dari 24 jam, 80 92%
pada dosis per oral yang diekskresikan pada urine dan sekitar 5 10% dimana sisa bahan
yang tidak aktif dan terdiri dari produk hidrolisis dan asam konjugat glukuronic (Glazko
et al., 1949, 1950; Hewitt and Williams, 1950; Woodward and Wisseman, 1958; Brock ,
1961).
Efek Samping
Efek samping yang paling serius ialah depresi sumsum tulang yang dapat berupa
2 jenis. Pertama, yang sering terjadi ialah ketidaksesuaian dosis yang menyebabkan
perubahan morfologi pada sumsum tulang, penurunan zat besi, reticulocytopenia,
anaemia, leukopenia, dan trombocytopenia. Kedua, adalah efek yang tidak berhubungan
dengan depresi sumsum tulang yaitu anemia aplastic. Anemia aplastik ialah penyakit
dimana benzen nitrat diproduksi dalam tubuh. Jika hal ini berlanjut akan menjadi myeloid
leukmia akut. Efek samping lain nya ialah gray baby syndrome, hal ini ditandai dengan
gangguan abdominal, muntah, wajah pucat, cyanosis, pernapasan yang tidak teratur, dan
rusaknya sirkulasi darah, dan diikuti kematian dalam beberapa jam atau hari. Gray baby
syndrome disebabkan karena terdapat dosis yang besar dalam plasma darah yang dapat
mengurangi kapasitas glucoroid dan mengurangi filtrasi oleh glomerular pada anak anak.
Efek samping lain nya ialah reaksi neurotoxic, yang dapat menyebabkan enchepalopathy
dengan pusing dan igauan, depresi mental, dan sakit kepala (Martindale 36, pg 240).
Dosis yang digunakan pada terapi
Dosis yang digunakan adalah 50 mg/kg setiap 6 jam. Untuk terapi meningitis dan
infeksi yang disebabkan mikroba yang resisten moderat 100 mg/kg setiap 6 jam
(Martindale 36th, pg 241).
Nama obat
Fenicol, Clorbiotic, Kloramixin, Palmicol, dll (ISO 2009, pg 481).
KUINUPRISTIN/DALFOPRISTIN
Merupakan
kombinasi
steptrogramin
B,
yakni
kuinupristin,
dengan
Mekanisme Kerja
Kuinupristin dan dalfopristin merupakan inhibitor sintesis protein yang mengikat
subunit 50S ribosom. Kuinupristin, yakni streptrogramin tipe B, berikatan pada tempat
yang sama dengan makrolida dan member efek yang sama, dengan menghambat
pemanjangan polipeptida dan terminasi awal sintesis protein. Dalfopristin berikatan pada
tempat yang berdekatan, sehingga menghasilkan perubahan konformasi pada 50S
ribosom, yang secara sinergis meningkatkan pengikatan kuinupristin pada tempat
sasarannya. Dalfopristin mengganggu pembentukan rantai polipeptida secara langsung.
Efek akhir dari pengikatan yang kooperatif dan sinergis kedua molekul ini terhadap
ribosom, sebagian besar spesies bakteri, adalah aktivitas bakterisida (Goodman&Gilman,
2007, hal. 1233-1234).
Spektrum Antibiotik
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum aktivitasnya, antibiotika dengan
spektrum luas, efektif baik terhadap Gram-positif maupun Gram-negatif, contoh: turunan
makrolida (Siswandono; Bambang Soekardjo, 2008, hal 109).
Farmakokinetik
Kuinupristi/dalfopristin hanya diberikan melalui infuse intravena selama minimal
1 jam. Obat ini tidak kompatibel dengan larutan salin dan heparin dan harus dilarutkan
dalam dekstrosa 5% dalam air. Konsentrasi serum puncak pada sukarelawan pria sehat
mendekati 3g/ml kuinupristin dan 7g/ml dalfopristin dengan dosis pemberian
7,5mg/kg setiap 8 jam. Waktu paruhnya 0,85 jam untuk pemberian kuinupristin dan 0,7
jam untuk dalfotpristin. Volume distribusi kuinupristin adalah 0,87 l/kg dan dalfopristin
0,71 l/kg. Metabolisme hati melalui konjugasi merupakan sistem utama pembersihan
untuk kedua senyawa; 80% dosis yang diberikan dieliminasi melalui ekskresi empedu.
Sebagian besar sisa senyawa aktif diekskresi melalui eliminasi oleh ginjal
(Goodman&Gilman, 2007, hal. 1234).
Efek Samping dan Reaksi Simpang
Efek samping yang paling sering terjadi berkaitan dengan pemberian infus, seperti
nyeri dan flebitis pada tempat infus serta artralgia dan mialgia. Flebitis dan nyeri dapat
diminimalkan dengan pemberian infus obat melalui kateter vena sentral. Artralgia dan
mialgia, yang lebih cenderung menjadi masalah pasien insufisiensi hati dan mungkin
terjadi akibat akumulasi metabolit, dapat diatasi dengan menurunkan frekuensi pemberian
infus menjadi tiap 12 jam. Kuinupristin/dalfopristin merupakan inhibitor enzim sitokrom
P450 3A4 (CYP3A4). Obat-obat yang dimetabolisme oleh CYP3A4 meliputi terfenadin,
astemizol, indinavir, nevirapin, midazolam, nifedipin dan bloker saluran kalsium lainnya,
serta siklosporin. Pemberian kuinupristin/dalfopristin secara bersamaan dengan obat-obat
ini atau obat lain yang dimetabolisme oleh CYP3A4 dapat meningkatkan efek obat dan
menyebabkan toksisitas yang berarti (Goodman&Gilman, 2007, hal. 1234).
Rangkuman Obat (Medscape)
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Farmakologi dan Terapi. edisi 5, Departemen Farmakologi Terapeutik,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
American Society of Health System Pharmacists, 2011, AHFS Drug Information, United
States of America.
Goodman dan Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, Vol.2, 48,
Diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit Buku Kedokteran.
ISO, 2009, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 42, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
ISO, 2014, ISO Indonesia Informasi Spesialite Obat, Volume 48, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 1989. Basic & Clinical Pharmacology, 5th Ed.
New York:McGraw-Hill.
Katzung, B.G. (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 7. Penerjemah dan
editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya.
Katzung, B.G, 2005, Basic & Clinical Pharmacology, 9 th Ed., Appleton & Lange,
Norwalk.
Martindale, C.S., Sean,. 2009. Martindale The Complete Drug Reference, 36th Ed.
London, Chicago: Pharmaceutical Press.
M. Karch, Amy. (2011). Buku Ajar Farmakologi Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: EGC
Siswandono dan Soekardjo. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Penerbit Airlangga
University Press.