You are on page 1of 8

5.

UNIT DAN INSTALASI RUMAH SAKIT


A. Pelayanan medik dan non medic
RSI PKU Muhammadiyah Tegal memiliki fasilitas pelayanan medik berupa :
1) Pelayanan Gawat Darurat/ UGD
Fasilitas pelayanan Instalasi Gawat Darurat Meliputi :Emergency 24 jam, Ruang dan
peralatan resusitasi lengkap, ruang observasi, ruang kegawatdaruratan obsgyn, bedah
minor, kasus non emergensi diluar Poliklinik dan ambulans.
2) Pelayanan Rawat Jalan/ Poliklinik
Pelayanan Rawat Jalan RSI PKU Muhammadiyah Tegal berlokasi di Poliklinik
dilakukan waktu pagi dan sore hari, dilaksanakan oleh tenaga dokter spesialis.
3) Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Tegal menyediakan ruangan kelas
yang bervariasi dan sesuai kebutuhan perawata mulai kelas VIP sampai kelas III.
Total tempat tidur rumah sakit ini sebanyak 132 tempat tidur terdiri dari kelas VIP 29
bed, kelas I 20 bed, Kelas II 27 bed, kelas III 56 bed, dan ruang ICU 6 bed.
4) Pelayanan Rawat Intensif
Pelayanan perawatan intensif RSI PKU Muhammadiyah Tegal disediakan dan
diberikan kepada pasien yang dalam keadaan sakit berat, dikoordinir oleh dokter
anastesi khusus intensif care. Pelayanan perawatan intensif ini merupakan Intensif
Care Unit (ICU) dan Neonatal Intensif Care Unit (NICU).
5) Pelayanan Bedah
Pelayanan Bedah sebagai sarana layanan terpadu untuk tindakan operatif terencana
maupun darurat dan diagnostik. Instalasi Bedah merupakan ruang operasi yang
dilengkapi dengan peralatan canggih yang terdiri dari 2 kamar operasi, ruang
persiapan dan ruang pulih sadar.
6) Unit Hemodialisis
Memiliki

mesin

hemodialisis

dengan

dokter

penyakit

dalam

sebagai

penanggungjawab.
Sedangkan fasilitas pelayanan non-medik yang dimiliki oleh RS PKU Muhammadiyah
Gamping adalah :

1) Parkir mobil dan motor luas dan aman


2) Keamanan 24 jam
3) ATM
4) Masjid di bagian depan sisi kiri RSI PKU Muhammadiyah Tegal
5) Kantin
6) Ambulance 24 jam
7) Kamar jenazah

B. Pelayanan penunjang medik dan non medik


Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Tegal memiliki Pelayanan Penunjang Medik
berupa Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Radiologi, Instalasi Laboratorium, Instalasi
Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Hemodialisa sedangkan
Pelayanan Penunjang Non Medik berupa Instalasi Rekam Medis, Laundry, Central
Sterile Supply Department (CSSD), Instalasi Pengolahan air bersih, Instalasi Pengolahan
air limbah, Instalasi Listrik, Instalasi Gas Medis, Instalasi Pemulasaraan Jenazah (IPJ).

6. TATA SIRKULASI RUMAH SAKIT


Rumah sakit, sebuah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang sarat dengan
berbagai permasalahan. Rumah sakit terdiri dari area tempat tinggal, kantor, workshops,
laboratorium dan banyak bagian lain. Sirkulasi utama sering dideskripsikan seperti jalan di
rumah sakit. Jalan dibuat saling berkaitan dan menjadi satu kesatuan namun dari bagian
bagian yang berbeda seperti urban design, juga jalan ini mempunyai pergerakan lalu lintas
(James,1994)
Rumah sakit adalah tipe bangunan yang mempunyai banyak pengguna yang harus
dipuaskan kebutuhannya. Semua pengguna tersebut melakukan pergerakan. Dalam
melakukan pergerakan inilah, pengguna menggunakan elemen-elemen sirkulasi sehingga
semakin banyak pengguna maka semakin komplek pula sirkulasi yang terjadi.
Tata sirkulasi adalah suatu tatanan dari bagian bangunan yang merupakan alur
penghubung antara satu bagian bangunan ke bagian bangunan yang lain. Berdasarkan

fungsinya, elemen sirkulasi terbagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Entry bukaan untuk masuk dan
keluar suatu area dalam rumah sakit, 2. Sirkulasi horisontal yaitu penghubung antar bagian
bangunan secara mendatar misalnya selasar, selasar dan pedestriant. Sirkulasi horisontal ini
tidak hanya di dalam bangunan rumah sakit tetapi di luar rumah skait juga 3. Sirkulasi
vertikal yaitu penghubung antar bagian bangunan atas dan bawah seperti tangga, elevator dan
ramp antar lantai (Mustikawati, 2002). Pengguna jalur sirkulasi ini adalah pasien,
pengunjung, karyawan rumah sakit, tenaga medis dan paramedis, servis (Hatmoko, 2003).
Sedangkan menurut Olds dan Daniel (1987), tata sirkulasi yang baik adalah bila :
a. Mempunyai entrance yang: terlihat baik, terlihat sebagai entry point terlindung dari
segala cuaca dan lalu lintas jalan raya, bias di jangkau oleh semua pejalan kaki,
penyandang cacat dan kendaraan. Mempunyai tempat untuk transisi secara fisik maupun
psikis dari area terbuka atau jalan raya menuju gedung. Bila mempunyai beberapa
entrance maka salah satu harus dapat dibedakan dan terlihat jelas.
b. Mempunyai area parkir yang cukup luas untuk keluarga pasien, pengunjung dan staf.
Area tersebut terjamin dan mudah dijangkau dengan mudah pula akses ke entrance
gedung. Serta mengelilingi gedung. pola sirkulasi parkir yang dewasa ini sangat menjadi
pertimbangan pelanggan untuk memilih sebuah rumah sakit. Terdapat 16 hal yang dapat
menjadikan rumah sakit memenangkan persaingan, salah satunya adalah parkir yang
baik.
c. Mempunyai selasar, area transisi dan jalur sirkulasi yang: dapat mengarahkan pengguna
menuju tempat yang dituju. Hangat, berkesan mengundang dan informatif. Mudah dan
nyaman bagi penggunanya, terlihat bersih secara pandangan, menyediakan orientasi pada
waktu sebaik dalam ruangan, mempunyai pencahayaan yang cukup, lantai yang nyaman
dan plafond yang berkesan intim.

ELEMEN

URAIAN

UKURAN

SIRKULASI
Jalan keluar masuk

Pemisahan sirkulasi untuk pejalan kaki


dan kendaraan bermotor kecuali jalan
buntu.
Untuk jalan yang digunakan bersama,
diberi pembedaan tekstur agar terjadi
pengurangan kecepatan
Pencahayaan cukup
Membatasi jumlah kendaraan yang
Masuk
Bebas halangan pandangan

Kapasitas 2 mobil
4,1 m 5, 5 m
Kapasitas 1 mobil
Minimal 3 m

Jalan setapak

Aman, nyaman terlindung dari angin


dan hujan

Parkir

Terlihat jelas
Ada daerah bebas parkir untuk putar
dan sirkulasi

Pintu masuk

Bisa di lalui penyandang cacat berkursi


Roda
Membuka ke luar
Mempunyai daerah putar
Melindungi dari api dan asap
Berhubungan dengan dunia luar

Tiap pejalan kaki 0,60,75 m


Dengan kereta dorong
/ kursi roda 1,7 1,8
m
Untuk sudut 45, jarak
antar mobil 3,4 m.
Lebar mobil 2,4 m dan
panjang mobil 5,5 m
Kapasitas parkir 1,5
2 kendaraan / TT
Lebar pintu1,2 1,8 m
Luasan area putar 1,5
x 1,5 m2

Pintu Darurat

Tangga darurat

Jenis

Bebas api dan asap

Elemen

Aman

Jarak antara 1 jalur ke


jalur lain minimal 64 m
Jarak
antar tangga
maksimal 45 m
Lebar min 2,8 m
Lebar bordes >1,95 m
Lebar
anak tangga
bawah
dgn pintu>
1,95 m

Nyaman

Mudah

Pengguna

Sirkulasi
Kendaraan

Parkir

Bebas tabrakan
Terkontrol

Medis dan non


Medis

Bebas dari tabrakan


Tidak licin
Terkontrol

Umum

Bebas dari tabrakan


Tidak licin
Terkontrol
Bebas dari tabrakan
Tidak licin
Terkontrol

Pasien

Sirkulasi
Pejalan Kaki

Visitor

Bebas dari tabrakan


Tidak licin
Terkontrol

Service

Bebas dari tabrakan


Tidak licin

Medis

Bebas dari tabrakan


Tidak licin
Terkontrol

Cukup terang
Pandangan bebas
Luasan cukup
Terlindung
dari
cuaca luar
Suhu optimal
Cukup terang
Luasan cukup
Cukup terang
Luasan yg cukup
Terlindung dari
cuaca luar
Cukup Terang
Suhu optimal
Bebas kebisingan
Pandangan bebas
Luasan cukup
Terlindung dari
cuaca luar
Cukup Terang
Suhu optimal
Bebas kebisingan
Pandangan bebas
Luasan cukup
Terlindung dari
cuaca luar
Cukup Terang
Suhu optimal
Bebas kebisingan
Pandangan bebas
Luasan cukup
Terlindung dari
cuaca luar
Cukup Terang
Suhu optimal
Bebas kebisingan
Pandangan bebas
Luasan cukup

Accessable
Jejalur
sederhana
Accessable
Tanpa hambatan
Jejalur
sederhana
Tidak
menimbulkan
kebingungan
Accessable
Jejalur
sederhana
Tanpa hambatan
Tidak
menimbulkan
kebingungan
Accessable
Jejalur
sederhana
Tanpa hambatan
Tidak
menimbulkan
kebingungan
Accessable
Jejalur
sederhana
Tanpa hambatan
Tidak
menimbulkan
kebingungan
Accessable
Jejalur
sederhana
Tanpa hambatan

7. TATA FUNGSI DAN ZONASI RUMAH SAKIT


A. Prinsip tata fungsi dan zonasi rumah sakit (Depkes RI, 2007)
Fungsi Instalasi Rawat Jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan,
pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang
disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau
tidak memerlukan pelayanan perawatan. Poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk
penemuan diagnosa dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama dalam rangka
pemeriksaan lebih lanjut di dalam tahap pengobatan penyakit.
Kebutuhan sarana pelayanan Rumah Sakit Kelas C terdiri dari:
1) Poli Umum, terdiri dari 4 Klinik Spesialistik dasar, antara lain :
a. Klinik Penyakit Dalam
b. Klinik Anak
c. Klinik Bedah
d. Klinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
2) Klinik tambahan/pelengkap antara lain:
a. Klinik Mata
b. Klinik Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT)
c. Klinik Gigi dan Mulut
d. Klinik Kulit dan Kelamin
e. Klinik Saraf
f. Klinik Jiwa
g. Klinik Rehabilitasi Medik
h. Klinik jantung
i. Klinik Paru
j. Klinik Bedah Syaraf
k. Klinik Ortopedi
l. Klinik Kanker
m. Klinik Nyeri
n. Klinik Geriatri

B. Zonasi berdasarkan tingkat penularan penyakit (Depkes RI, 2007)


Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit adalah zonasi berdasarkan
tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi
berdasarkan pelayanan.
1. Zonasi berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit terdiri dari :
a. Area dengan risiko rendah, yaitu ruang kesekretariatan dan administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang arsip/rekam medis.

b. Area dengan risiko sedang, yaitu ruang rawat inap non-penyakit menular, rawat
jalan.
c. Area dengan risiko tinggi, yaitu ruang isolasi, ruang icu/iccu, laboratorium,
pemulasaraan jenazah dan ruang bedah mayat, ruang radiodiagnostik.
d. Area dengan risiko sangat tinggi, yaitu ruang bedah, igd, ruang bersalin, ruang
patolgi.
2. Zonasi berdasarkan privasi kegiatan terdiri dari :
a. Area publik, yaitu area yang mempunyai akses langsung dengan lingkungan luar
rumah sakit, misalkan ruang rawat jalan, gawat darurat apotek).
b. Area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung dengan
lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang menerima beban
kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik.
c. Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit, umumnya area
tertutup, misalnya seperti ruang perawatan intensif, ruang operasi, ruang
kebidanan, ruang rawat inap.
3. Zonasi berdasarkan pelayanan terdiri dari :
a. Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : ruang rawat jalan, ruang
gawat darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan Intensif, ruang operasi, ruang
rehabilitasi medik, ruang kebidanan, ruang hemodialisa, ruang radioterapi, ruang
kedokteran nuklir, ruang transfusi darah/bank darah.
b. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : ruang farmasi, ruang
radiodiagnostik, laboratorium, ruang diagnostik terpadu, ruang sterilisasi/CSSD),
dapur utama, laundri, pemulasaraan jenazah dan forensik, ruang sanitasi, ruang
pemeliharaan sarana.
c. Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian
Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/ Gudang,
Bagian Perencanaan, Sistem Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan
Penelitian, Bagian Personalia, Bagian Pengadaan, Bagian Informasi dan
Teknologi (IT).
C. Tuntutan sterilitas, fungsional, teknikal dan behavior (Depkes RI, 2007)
Terdapat beberapa persyaratan khusus yang menjadi konsep dasar prinsip poliklinik
antara lain sebagai berikut :

1. Letak Poliklinik berdekatan dengan jalan utama, mudah dicapai dari bagian
administrasi, terutama oleh bagian rekam medis, berhubungan dekat dengan apotek,
bagian radiologi dan laboratorium.
2. Ruang tunggu di poliklinik, harus cukup luas. Diusahakan ada pemisahan ruang
tunggu pasien untuk penyakit infeksi dan non infeksi.
3. Sistem sirkulasi pasien dilakukan dengan satu pintu (sirkulasi masuk dan keluar
pasien pada pintu yang sama).
4. Poli-poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan.
5. Poli anak tidak diletakkan berdekatan dengan Poli Paru, sebaiknya Poli Anak dekat
6.
7.
8.
9.

dengan Poli Kebidanan.


Sirkulasi petugas dan sirkulasi pasien dipisahkan.
Pada tiap ruangan harus ada wastafel (air mengalir).
Letak poli jauh dari ruang incenerator, IPAL dan bengkel ME.
Bila konsep Rumah Sakit dengan Sterilisasi Sentral, tidak perlu ada ruang sterilisasi,
namun pada beberapa Poliklinik seperti Poli Gigi/THT/Bedah tetap harus ada ruang
sterilisasi, karena alat-alat yang digunakan harus langsung disterilkan untuk
digunakan kembali (bila pasien banyak).

Daftar Pustaka
James and Noakes,1994, Hospital Architecture, Longman Group UK ltd
Mustikawati , 2002, Element element sebagai acuan untuk menemukan arah menuju suatu
tempat (way finding) menuju ke suatu tempat didalam suatu bangunan, studi empiris
pada kasus Rumah Sakit Dr Sarjito Yogyakarta Tesis Program Studi Teknik Arsitektur
Jurusan ilmu ilmu teknik Fakultas Teknik Arsitektur UGM
Hatmoko, 2003, Seminar Arsitektur Rumah Sakit : Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi ,
MMR UGM
Olds dan Daniel, 1987,Child Healt Care Facilities, association for the Care of childrens Health
Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Departemen Kesehatan Ri
Sekretariat Jenderal Pusat Sarana, Prasarana Dan Peralatan Kesehatan. Tahun 2007.

You might also like