Professional Documents
Culture Documents
A. Definisi
Demam Berdarah Dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
B. Epidemiologi
Di Indonesia, demam berdarah dengue (DBD) pertama kali dicurigai di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun
1970. Di Jakarta, kasus pertama di laporkan pada tahun 1968. Sejak
dilaporkannya kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 1968 terjadi
kecenderungan peningkatan insiden. Sejak tahun 1994, seluruh provinsi di
Indonesia telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan
kasus DBD juga meningkat, namun angka kematian menurun tajam dari 41,3%
pada tahun 1968, menjadi 3% pada tahun 1984 dan menjadi <3% pada tahun
1991.
C. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4x106
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan
terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat jenis
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering
ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau
tempat penampungan air sekitar rumah.
D. Patogenesis
Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigenantibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi
trombosit dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel
pembuluh darah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD.
Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigenantibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di
phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan menyebabkan
trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet
faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi
intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen
degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
Anamnestic antibody
Aktivasi
koagulasi
Aktivasi
komplemen
Penghancuran
trombosit oleh RES
Pengeluaran
Anafilatoksin
Trombositopenia
Koagulopati
Sistem kinin
konsumtif
Gangguan
Kinin
Peningkatan
fungsi trombosit
penurunan faktor
permeabilitas
pembekuan
kapiler
FDP meningkat
Perdarahan massif
syok
Gambar 1. Patogenesis Perdarahan pada DBD
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit,
sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik.
Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman
sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas
kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi, perdarahan masif pada
DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor pembekuan (akibat
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I)
2) Hematokrit meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi
3) Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
4) Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga
5) Masa perdarahan memanjang
6) Protein rendah (hipoproteinemia)
suhu
lebih
tinggi,
hamper
selalu
disertai
ruam
Pemeriksaan
darah
tepi
dan
sumsum
tulang
akan
Pada pasien
dengan perdarahan hebat pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein
dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi
pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda perembesan plasma.
I.
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana kasus tersangka DBD, termasuk kasus DD, DBD derajat I dan
DBD derajat II tanpa peningkatan kadar hematokrit. (Bagan 1 dan 2)
2. Tatalaksana kasus DBD, termasuk kasus DBD derajat II dengan
peningkatan kadar hematokrit. (Bagan 3)
3. Tatalaksana kasus sindrom syok dengue, termasuk DBD derajat III dan IV.
(Bagan 4)
Jumlah trombosit
>100.000/l
Tatalaksana
hilang
disesuaikan,
(Lihat bagan 3,4,5)
Rawat Jalan
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam
Rawat Inap
(lihat bagan 3)
Rawat Jalan
Minum banyak 1,5 liter/hari
Parasetamol
demam
Kontrol tiap hari
sampai demam turun
periksa Hb, Ht, trombosit tiap
kali
10
Ht,
Hb
tiap
jam,trombosit
Tiap 6-12 jam
Monitor gejala klinis dan laboratorium
Perhatikan tanda syok
Palpasi hati setiap hari
Ukur diuresis setiap hari
Awasi perdarahan
Periksa Ht, Hb tiap 6-12 jam
Perbaikan klinis dan laboratoris
4)
Infus ganti RL
(tetesan disesuaikan, lihat Bagan
11
Tidak ada
Distress
Tek.nadi
Diuresis
Tetesan dikurangi
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
5 ml/kgBB/jam
Evaluasi
12-24 jam
Tanda vital tidak
stabil
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
Distress pernafasan
Ht turun
Ht naik
3ml/kgBB/jam
Tek.nadi < 20 mmHg
Koloid
20-30 ml/kgBB
10
12
Indikasi Transfusi
pd
Anak
- Syok yang
belum teratasi
Perbaikan
- Perdarahan
masif
Bagan 4. Tatalaksana kasus DBD derajat III dan IV (Sindrom
Syok Dengue/SSD)[6,2]
Syok
Kesadaran
Nadi lembut/tidak teraba
Tekanan nadi <20 mmHg
Distress
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas
Periksa kadar gula darah
1.
15-20 ml/kgBB/jam
2.
Tambahkan
Dekstran/FFP
3. Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
13
Syok
Syok teratasi
Ht turun
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Ht
tetap
ml/kgBB
Infus stop tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi
HEPATITIS B
A. Definisi
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan
peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6
bulan sedangkan Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak
menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi
anatomi selama 6 bulan.
B. Etiologi
Virus Hepatitis B adalah virus (Deoxyribo Nucleic Acid) DNA
terkecil berasal dari genus Orthohepadnavirus famili Hepadnaviridae
berdiameter 40-42 nm. Masa inkubasi berkisar antara 15-180 hari dengan
rata-rata 60-90 hari. Bagian luar dari virus ini adalah protein envelope
lipoprotein, sedangkan bagian dalam berupa nukleokapsid atau core.
C. Penularan
Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan
menembus membran mukosa, terutama berhubungan seksual. Penanda
HBsAg telah diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang
yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal,
asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan
saliva) telah diketahui infeksius.
14
15
16
17
G. Terapi
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus akut yang khas.
Pembatasan aktivitas fisik seperti tirah baring dapat membuat pasien merasa
lebih baik. Diperlukan diet tinggi kalori dan hendaknya asupan kalori utama
diberikan pada pagi hari karena banyak pasien mengalami nausea ketika
malam hari.
18
HCC
(Hepato
Cellular
Carcinoma),
dan
pada
akhirnya
BAB III
PEMBAHASAN
19
1.
Pada pasien DHF mengalami fase demam selama 2-7 hari yang
diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada saat pasien MRS sudah mengalami fase
demam hari ke 5 dan pada saat pemeriksaan (hari ke 9) demam sudah tidak
didapatkan.
2.
Dari anamnesis terdapat keluhan lemas, pusing, dan nyeri di ulu hati.
Ini merupakan beberapa manifestasi klinis dari DHF.
Trombositopenia merupakan keadaan dimana trombosit berada
3.
dibawah nilai normal yaitu < 150.000. Umumnya trombositopenia terjadi pada
hari ke 3 sampai ke 8. Pada pasien ini mengalami trombositopenia pada saat
MRS hingga saat pemeriksaan.
Pada pemeriksaan serologi Ig G anti DHF dan Ig M anti DHF
4.
didapatkan hasil yang positif ini menandakan adanya infeksi virus dengue pada
tubuh pasien.
Pada saat pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda tanda
5.
DAFTAR PUSTAKA
20
21