You are on page 1of 40

RINGKASAN

Air merupakan komponen penting dalam kehidupan makhluk hidup. Semua makhluk
hidup membutuhkan air. Air yang sehat dan layak adalah airyang terbebas dari
mikroorganisme yang berbahaya. Air yang berbahaya akan terlebih dahulu di proses
selanjutnya baru bisa digunakan. Sehingga perlu adanya proses pengolahan air untuk
mengubah air yang tercemar menjadi layak untuk dikonsumsi, maka dari itu diperlukan
standar kualitas air yang baik dan sehat untuk digunakan, diantaranya persyaratan kimia,
persyaratan

fisika,

dan

persyaratan

biologi.

Faktorfaktor

yang

mempengaruhi

mikroorganisme yaitu temperatur, medium, pengaruh sinar,pengaruh mekanik, faktor kimia,


dan pH.
Pada praktikum ini digunakan sampel air PDAM dari Banyumanik dan Jatingaleh,
aquadest, PDA, Desinfektan (betadine dengan konsentrasi 20%, 50%, dan 80%). Alat yang
digunakan yaitu beaker glass, pipet, petridish, tabung reaksi, erlenmeyer, koloni counter. Cara
kerja nya dengan melakukan uji pendahuluan, uji koloni, kemudian uji desinfektan.
Dari percobaan diperoleh jumlah koloni bakteri pada air PDAM Banyumanik dan
Jatingaleh yaitu 48.642.525/ml dan 45.463.275/ml. Sedangkan doubling time pada air titik
sampling tersebut adalah 0,428/hari dan 0,054/hari sedangkan growth ratenya adalah
1,62/hari ; dan 12,836/hari. Pada percobaan ini juga diperoleh desinfektan yang paling efektif
adalah betadine dengan konsentrasi 80%. Dalam percobaan disarankan melakukan sterilisasi
pada alat-alat terlebih dahulu dengan baik, penaburan sampel ke dalam petridish dilakukan di
dekat bunsen, saat memanaskan PDA usahakan di aduk agar merata dan tidak cepat
mengental, memberi tanda pada petridish saat penghitungan awal agar memudahkan pada
perhitungan selanjutnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan komponen penting dalam kehidupan makhluk hidup. Semua
makhluk hidup membutuhkan air. Air yang sehat dan layak adalah airyang terbebas dari
mikroorganisme yang berbahaya. Air yang berbahaya akan terlebih dahulu di proses
selanjutnya baru bisa digunakan. Standar kelayakan air sudah di tetapkan pada PP RI
No. 20 tahun 1990.
Faktor-faktor untuk menguji kelayakan air dapat dilihat dari faktor biologis, fisis,
dan kimiawi. Secara biologis, air harus bersih dari bakteri-bakteri baik patogen maupun
non patogen. Secara fisis air harus terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Secara
kimiawi, air tidak boleh tercampur oleh zat-zat kimia apalagi limbah-limbah pabrik.
Selain itu, banyak mikroorganisme yang dapat tumbuh didalam air sehingga dapat
membahayakan makhluk hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghitung jumlah koloni dalam air?
2. Bagaimana cara menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni?
3. Bagaimana cara membandingkan radius perkembangan mikroba dengan konsentrasi
desinfektan yang berbeda ?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Mampu menghitung jumlah koloni dalam air
2. Mampu menentukan growth rate dan doubling time pertumbuhan koloni
3. Mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan konsentrasi
desinfektan yang berbeda
1.4 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu mengetahui jumlah koloni dalam air
2. Mahasiswa mampu menentukan growthrate dan doubling time pertumbuhan koloni
3. Mahasiswa mampu membandingkan radius perkembangan mikroba dengan
konsentrasi desinfektan yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Mikroorganisme Air

Mikroorganisme dapat ditemukan dimanapun di dunia ini, mulai dari dasar lautan
yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi, ada yang hidup dalam
air panas pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250

(extremophilic). Hal ini

disebabkan karena banyak mikroorganisme dibawa oleh angin, dibawa oleh aliran
udara dari permukaan bumi ke atmosfir atau terbawa oleh agen pembawa lainnya,
seperti hewan, manusia, dan tumbuhan. Mikroba juga dapat terbawa bersama aliran air
ke sungai, danau dan laut (Dwi, 2012)
Komponen mikroba di dalam air terdiri atas bakteri, jamur, mikroalga, protozoa,
dan virus. Mikroba di dalam air ada yang menguntungkan dan merugikan.
Mikroba air yang menguntungkan berperan sebagai:
a. Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton, contoh: mikroalga
b. Decomposer : pengolahan limbah secara biologis
c. Produsen

: mikroalga yang berfotosintesis meningkatkan oksigen terlarut

d. Konsumen

: hasil rombakan organisme dimanfaatkan oleh mikroorganisme air

Mikroba air yang merugikan berperan sebagai:


a. Penyebab penyakit

: Salmonella (tipus), Vibrio (kolera),

Entamoba (disentri amoba)


b. Penghasil toksin

: bakteri anaerobic (Clostridium), bakteri

aerobic (Pseudomonas), microalgae (Anabaena)


c. Blooming

menyebabkan

perairan

berwarna,

terbentuk endapan, dan berbau amiskarena meningkatnya


mikroalga (Anabaena)
d. H2S yang terbentuk dari reduksi SO 42- yang direduksi oleh
Thiobacillus cromatium
(Yanti Hamdiyati, 2006)
Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena air yang
merembes ke dalam tanah telah difiltrasi oleh lapisan tanah, namun kebersihan air tidak
dapat diindikasikan secara kasat mata saja. Kebersihan air sumur berkaitan pada
lingkungannya. (Nurdin, 2007)
II.2 Persyaratan Standar Kualitas Air

Berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang

Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air , air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
a. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli.
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak

mengandung

bakteri

nonpatogen,

seperti

actinomycetes,

phytoplankton coliform, cladocera, dan lain-lain.

b. Persyaratan Fisis
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
suhu, kerjenihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk
aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman
tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan
kimiawi, seperti warna air dan bau.

Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :


1. Jernih atau tidak keruh.
2. Tidak berwarna.
3. Rasanya tawar.
4. Tidak berbau
5. Temperaturnya normal
6. Tidak mengandung zat padatan

c. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air
yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam
berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal
tubuh dan berubah menjadi racun.

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik
(Jurnal Universitas Sumatera Utara)

II.3 Sifat Koloni


Sifat koloni dibagi 2 yaitu sifat umum dan sifat khusus
1. Sifat Umum Koloni
a. Besar kecilnya koloni
Ada koloni yang hanya berupa suatu titik, ada pula yang melebar sampai
menutup permukaan medium
b. Bentuk
Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada yang tepinya rata, ada yang
tepinya tidak rata
c. Kenaikan permukaan
Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya tidak rata
d. Wajah permukaan
Ada koloni yang permukaannya mengkilat, ada yang permukaannya suram
e. Warna
Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau kekuningan. Akan
tetapi ada juga yang kemerahan, coklat, jingga, biru, hijau, dan ungu
f. Kepekatan
Ada koloni yang lunak seperti lendir, seperti mentega, ada yang keras dan
kering
2. Sifat Khusus Koloni
a. Medium Padat
Sifat-sifat yang dibahas berikut ini adalah koloni yang tumbuh pada agar-agar
lempengan, agar miring dan tusukan dalam gelatin.
1) Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan
Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat, berbenang, serupa
akar, serupa kumparan.
4

Permukaan

melengkung/mencembung/ membukit tau timbil berkawah.


Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, berbelah-belah,

koloni

dapat

datar,

timbul

mendatar,

timbul

bergerigi atau keriting.


2) Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring
Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring berkisar pada bentuk dan tepi
koloni.Ada yang serupa pedang, duri, tasbih, titik-titik, batang atau akar.
3) Sifat-sifat koloni pada tusukan dalam gelatin
Ada bakteri yang mampu mengencerkan gelatin atau tidak dapat
mengencerkan gelatin.Oleh karena itu bentuk koloninya berbedabeda.Bila dilihat dari samping yang tidak dapat mengencerkan gelatin
dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot atau serpa batang.
b. Dalam medium cair
Medium cair dapat diperoleh dengan tidak mencampurkan agar-agar atau
gelatin ke dalamnya. Di dalam medium cair, bakteri akan ketahuan sikapnya
terhadap udara. Demikian sifat-sifat koloninya akan berbeda-beda. Permukaan
medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin atau selaput.
II.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organisme
a.

Temperatur
Kebutuhan temperatur bagi tiap mikroorganisme berbeda-beda dan tergantung dari
keperluannya seperti keperluan untuk produksi, analisis, dan sterilisasi. Umumnya

mikroorganisme hidup pada suhu 26 oC


b. Medium
Medium yang digunakan harus memiliki zat-zat yang dibutuhkan seperti sumber
karbon, sumber nitrogen, mineral, dan unsur-unsur lain atau trace element.
c. Pengaruh sinar
Kebanyakan bakteri tidak dapat mengalami fotosintesa bahkan setiap radiasi dapat
membahayakannya. Sinar tampak tidak berbahaya tetapi sinar ultraviolet, sinar x,
dan sinar radiasi yang gelombangnya lebih pendek dari sinar tampak sangat
berbahaya bahkan dapat mematikan bakteri.
d. Pengaruh mekanik
Tekanan udara dapat mempengaruhi kehidupan bakteri. Untuk menghentikan bakteri
dibutuhkan tekanan 600 atm, dan untuk mematikan bakteri dibutuhkan tekanan 6000
atm. Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba.
Umumnya

tekanan

1-400

atm

tidak

mempengaruhi

atau

hanya

sedikit

mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik yang


lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan pertumbuhan
5

e. Faktor kimia
Penggunaan bahan kimia kemungkinan dapat membunuh bakteri seperti desinfektandesinfektan germisida dan bakterisida. Biasanya kerusakan-kerusakan akibat proses
oksidasi, koagulasi, depresi, dan ketegangan permukaan
f. PH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada
pH tinggi (medium alkalin). Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5
maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri.
II.6 Medium PDA dan Agar-agar
a. Medium Potato Dextrose Agar
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang
digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga
agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur
dan khamir.Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah
mikroorganisme menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti
industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk
menghitung jumlah mikroorganisme pada sample mereka.Karena fungsinya yang
dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh
pembudidaya jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit
jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan
juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan
bakteri.Pada umumnya, formula komposisi PDA yang cocok untuk pertumbuhan
jamur dan khamir (per liter) yaitu :

Bubuk kentang : 4 gram

Dextrose

: 20 gram

Agar

: 15 gram

Contoh beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik pada PDA, yaitu :

Pleurotus ostreatus

Saccharomyces cerevisiae

Trichophyton mentagrophytes
Tabel 2.1 Komposisi Potato Dextrose Agar
6

Bahan
Air
Kentang

Massa ( gram )
1000

( Diiris, dikupas, dicuci )


Dextrosa
Bubuk agar agar

200
20
20

b. Agar agar
Agar adalahs enyawa poligalaktosa yang diperoleh dari pengolahan rumput laut
jenis agar ophyte. Agar merupakan koloid hidrofilik yang bersifat seperti gelatin.
Agar adalah polimer dari galaktosa (galaktan) sulfat kompleks yang diekstrak dari
beberapa jenis ganggang

merah tertentu terutama genusGracilaria, Gelidium,

Pterocladia, Acanthopeltis, dan Ceramium. Agarosa adalah komponen pembentuk


gel yang utama. Sifat gel agar sangat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, pH,
kandungan gula, dan kandungan ester sulfat. Penurunan pH akan menyebabkan
kekuatan gel semakin berkurang. Dengan semakin tinggi kandungan gula akan
menyebabkan gel menjadi keras dengan kepadatan tekstur yang lebih rendah. Gel
agar bersifat Thermo reversible. Bila gel agar dipanaskan melewati titik cairnya
maka gel akan mencair, tetapi bila larutan agar ini dibiarkan menjadi dingin maka
akan terbentuk kembali gel agar tersebut. Salah
peranannya

satu fungsi agaragar yaitu

sebagai media kultur bakteri dan jamur. Agar yang dipergunakan

untuk pembuatan media kultur terutama kultur bakteri adalah agar murni yang
harus memenuhi persyaratan tertentu. Penambahan agar kedalam media kultur akan
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan kimia media yang disebabkan oleh sifat
fisik dan sifat kimia agar. Agaragar untuk pertumbuhan bakteri diharapkan masih
tetap bersifat cair bila didinginkan hingga suhu 42C dan tetap kuat bila digunakan
pada suhu37C,yaitu suhu incubator (Winarno, 1990).
II.6 Perhitungan Jumlah Koloni
a. Perhitungan Dengan SPC
Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menemukan kepadatan bakteri
heterotrof dan fakultatif aerobe. Dalam percobaan ini pengukuran secara empiris
karena bakteri dapat membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC adalah
membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10. Setelah inkubasi,

dilihat jumlah koloni tiap periode dapat digunakan coloni encounter yang dilengkapi
dengan register. Perhitungan dan pencatatan koloni pada plate dilakukan sesegera
mungkin setelah periode inisampai selesai. Bila perhitungan ditunda, plate harus
disimpan pada suhu 5-10C dan tidak boleh lebih dari 21 jam.
b. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran, setelah waktu
inkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual(dihitung biasa) jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2
fp = 102
Dengan rumus tersebut dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.7 Growth Rate dan Doubling Time
a. Growth rate
Growth rate adalah perubahan jumlah/massa sel persatuan waktu atau sering disebut
kecepatan pertumbuhan spesifik. Growth ( pertumbuhan ) merupakan hal yang
penting dalam fungsi mikroba.
b. Doubling time
Pertumbuhan merupakan penambahan secara teratur semua komponen sel suatu
jasad. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler) pembelahan atau perbanyakan sel
merupakan pertambahan jumlah individu sedangkan pada jasad bersel banyak
(multiseluler) pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya,
tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya.
Pertumbuhan dapat meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel). Pada
bakteri perbanyakan diri terjadi dengan cara pembalahan biner, yaitu dari satu sel
membelah menjadi 2 sel baru. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari
satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Selain waktu generasi
dikenal pula Doubling Time atau waktu penggandaan, yaitu Waktu yang
diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah atau
massa sel semula. Doubling Time pada setiap mikroba tidak sama antara
berbagai mikrobia. Hal ini tergantung kecepatan pertumbuhan mikroba itu sendiri.
Kecepatan pertumbuhan adalah perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.
Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik () dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
X = Xo t
8

ln x = ln xo + t.
=

ln x ln xo
t

Keterangan : = laju pertumbuhan spesifik


x = konsentrasi sel pada t tertentu
x0 = konsentrasi sel awal
t = waktu yang dibutuhkan
Doubling time tersebut dapat dirumuskan menjadi:
td =
Keterangan : td

ln 2

= doubling time

= laju pertumbuhan spesifik

ln 2

= konsentrasi sel (saat penggandaan)

II.8 Desinfektan Betadine


Desinfektan adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) dan bakterisidal (membunuh bakteri). Tujuan
digunakanya desinfektan adalah untuk membunuh bakteri patogen yang penularanya
melalui air seperti bakteri penyebab typhus, kolera disentri, dan lain-lain (Lud
Waluyo, 2005)
Salah satu zat yang bisa digunakan sebgai desinfektan adalah betadine.
Betadine adalah suatu larutan organik dari bahan aktif Polivinil-Pirolidon, yang
merupakan kompleks Iodine yang larut dalam air. Betadine digunakan untuk
membunuh jamur, virus, Protozoa dan spora. Sifat fisis betadine adalah berbau khas
dan tidak menyengat serta berearna hitam kekuning-kuningan.
II.9 Syarat Baku Mutu Air Bersih dan Air Minum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air, maka syarat untuk air minum adalah sebagai berikut:
No

Parameter

Satuan

Kadar maksimum

keterangan

yang diperbolehkan
9

A. Fisika
1 Bau
2 Jumlah
3
4
5

zat

padat

terlarut

(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu

mg/L

1000

Tidak berbau
-

Skala NTU

5
-

Tidak berasa
-

Suhu udara 3

6 Warna
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa
2 Alumunium
3 Arsan
4 Bakium
5 Besi
6 Flourida
7 Cadmium
8 Kesadahan (CaCO3)
9 Klorida
10 Kronium, valensi 6
11 Mangan
12 Natrium
13 Nitrat, sebagai N
14 Nitrit, sebagai N
15 Perak
16 Selenium
17 Seng
18 Sianida
19 Sulfat
20 Sulfide, sebagai H2S
21 Tembaga
22 Timbal
b. Kimia Organik
1
Aldrin dan dieldrin
2
Benzene
3
Benzo (a) pyrene
4
Chloroform (total polymer)
5
Chloroform
6
2.4-D
7
DDT
8
Detergen
9
1,2-Dichloroethene
10 1,2-Dichloroethene
11 Heptachlor dan heptachlor
12

epoxide
Hexachlorobenzene

Skala TCU

15

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,001
0,2
0,005
1,0
0,3
1,5
0,005
500
250
0,05
0,1
200
10
1,0
0,05
0,01
5,0
0,1
400
0,05
1,0
0,05

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,0007
0,01
0,00001
0,0003
0,03
0,1
0,03
0,05
0,01
0,0003
0,003

mg/L

0,00001

10

13
14
15
16
17
18
1
2

Metoxychlor
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6-trichlorophenol
Gamma HCl (Lindane)
Zat organic (KMnO4)
c. Mikrobiologik
Koliform tinja
Total koliform

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,03
0,01
0,1
0,01
0,004
10

Jumlah per
100 mL
Jumlah per
100 mL

0
0

95% dari
sampel yang
diperiksa
selama
setahun,
kadangkadang
boleh ada 3
per 100 mL
sampel air,
tapi tidak
berturutturut

d. Radio aktivitas
Aktivitas Alpha (Gross Alpha

Bg/L

0,1

Activities)
Aktivitas Beta (Gross Beta

Bg/L

1,0

Activities)
Keterangan:
mg

: milligram

ml

: milliliter

Bg

: Begeurel

: liter

NTU : Nepnelometrik Turbidity Units


TCU

: True Colour Units

Logam berat merupakan logam terlarut


Sedangkan, untuk air bersih standar mutu menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih
adalah:
11

No

Parameter

Satuan

Kadar maksimum

keterangan

yang diperbolehkan
A. Fisika
1 Bau
2 Jumlah
3
4
5

zat

padat

terlarut

(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu

mg/L

1000

Tidak berbau
-

Skala NTU
0

5
-

Tidak berasa
-

Suhu udara 3

6 Warna
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa
2 Alumunium
3 Besi
4 Flourida
5 Cadmium
6 Kesadahan (CaCO3)
7 Klorida
8 Kronium, valensi 6
9 Mangan
10 Nitrat, sebagai N
11 Nitrit, sebagai N
12 pH
13 Selenium
14 Seng
15 Sianida
16 Sulfat
17 Timbal
b. Kimia Organik
1
Aldrin dan dieldrin
2
Benzene
3
Benzo (a) pyrene
4
Chloroform (total polymer)
5
Chloroform
6
2.4-D
7
DDT
8
Detergen
9
1,2-Dichloroethene
10 1,2-Dichloroethene
11 Heptachlor dan heptachlor
12
13

epoxide
Hexachlorobenzene
Metoxychlor

Skala TCU

15

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
500
600
0,05
0,5
10
1,0
0,05
0,01
15,0
0,1
400
0,05

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,0007
0,01
0,00001
0,0003
0,03
0,1
0,03
0,5
0,01
0,0003
0,003

mg/L
mg/L

0,00001
0,1

12

14
15
16
17
18
c.
1
2

Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6-trichlorophenol
Gamma HCl (Lindane)
Zat organic (KMnO4)
Mikrobiologik
Total Koliform (MPN
Koliform tinja belum

diperiksa
d. Radio aktivitas
1
Aktivitas Alpha (Gross Alpha
2

Activities)
Aktivitas Beta (Gross Beta

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0,01
0,1
0,01
0,004
10

Jumlah per
100 mL

Bukan air

Jumlah per
100 mL

pipaan
Bukan air

Bg/L

0,1

Bg/L

1,0

pipaan

Activities)

II.10 Desinfektan Kimiawi


Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper &
Row, 1984) :
1. Senyawa halogen
Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal telah
digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.
a. Yodium
Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat
germisida terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi dan virus.
Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama. Yodium mungkin pula
digunakan untuk mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sanitasi
instrumen tertentu.
b. Klor
Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam konsentrasi
kecil dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri, spora, fungi, dan virus.
Penggunaan utamanya adalah sebagai desinfeksi lantai, air minum, dan kolam
renang (Dwidjoseputro, 1978).
2. Senyawa Fenol
a. Fenol

13

Larutan fenol (2-4)% berguna sebagai desinfektan. Karbol merupakan nama


lain untuk fenol. Fenol juga digunakan sebagai standar untuk pembanding dengan
desinfektan lain (Dwidjoseputro, 1978).
b. Kresol
Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali
lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai
desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.
3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan
a. Zat non ionogen
Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya ringan
b. Zat ionogen
Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif.
a) Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat). Zat-zat ini
memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram positif, sedangkan
terhadap kuman gram negative tidak aktif.
b) Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif daripada
terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap mycobacteriae, virus dan
spora.
c. Sabun
Sabun adalah garam natrium atau kalium dari asam lemak dan memiliki
khasiat bakteriostatis terhadap banyak kuman antara lain Psedomonas, Proteus,
dan Salmonella.

Sabun sama sekali tidak aktif terhadap

E.coli dan

Staphylococcus.
4. Alcohol, Aldehida, dan Asam
a. Etanol
Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga
isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat,
yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman gram negatif dan gram
positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap spora. Terhadap virus
dibutuhkan konsentrasi yang relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.
b. Formaldehid
Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid, termasuk
terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam).
c. Asam asetat
14

Asam cuka berkhasiat bakterisid dan sangat aktif terhadap Pseudomonas dan
Hemofilus.
5. Senyawa Logam Berat
a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.
b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap staphylococci dan
streptococci.

c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.


d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin ini memiliki
kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.

e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah


6. Oksidansia
a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah dengan kerja
singkat.

b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.


c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat bakteriostatis.
d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut.
7. Lain-lain
a. Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah.
b. Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan anti gatal.
c. Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.
d. Gentianviolet, berkhasiat bakterisid terhadap kuman gram positif, dan fungisid
terhadap beberapa jamur pathogen.

e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid, fungisid, virusid


dan juga sporosid.
f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif, protozoa dan
ragi Cadinda albicans.

15

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Praktikum


1.1.1 Skema Rancangan Percobaan
Pendahuluan
Menyiapkan petridish dan tabung reaksi yang
disterilisasi

Mengencerkan sampel

Menyiapkan media

Membagi media ke petridish secara


merata

Uji koloni

Membiarkan media dalam petridish setengah


padat
Menaburkan sampel yang sudah diencerkan

Menyimpan dalam ruang inkubasi dan dibalik


peletakannya

Mengamati dan menghitung koloni

16

Uji Desinfektan

Membiarkan media dalam petridish memadat


kemudian buat lubang di tengah
Meneteskan sampel desinfektan

Menyimpan dalam ruang inkubasi selama waktu


yang ditentukan

Mencatat radius pertumbuhan

1.1.2

Variable Operasi
Uji Koloni

= Air PDAM Banyumanik dan Jatingaleh

Media uji koloni = PDA


Uji Desinfektan

1.2

Basis

Betadine

20 % V

10 ml

Betadine

50 % V

10 ml

Betadine

80% V

10 ml

Bahan dan Alat yang Digunakan


3.2.1 Bahan yang Digunakan
1. Sampel air

: Air PDAM Banyumanik dan Jatingaleh

2. Aquadest
3. PDA
4. Desinfektan : betadine dengan konsentrasi 20, 50, dan 80% (basis 10mL)

3.2.2 Alat yang Digunakan


17

1. Beaker glass

5. Pipet

2. Petridish

6. Pengaduk

3. Tabung reaksi

7. Kompor listrik

4. Erlenmeyer

8. Koloni Counter

3.3 Gambar Alat

Beaker Glass

Pipet Tetes

Cawan Petri

Tabung Reaksi

Erlenmeyer

Pengaduk

Kompor Listrik

3.4 Prosedur Praktikum


Langkah-langkah pendahuluan:
1. Menyiapkan petridish dan tabung reaksi yang sudah disterilisasi.
2. Mengencerkan sampel (4x faktor pengenceran): mengambil 10 ml sampel kemudian
diencerkan 100 ml. Dan dari 100ml itu diambil 10 ml lalu diencerkan lagi menjadi
100 ml.
3. Menyiapkan media: mengambil 3,9 gr PDA kemudian masukkan ke dalam 80
mlaquadest kemudian dipanaskan hingga mendidih.
4. Membagi media ke dalam petridish dan tabung reaksi secara merata.
Langkah-langkah percobaan PA:
1. Uji Koloni

18

Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi dengan
contoh yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media menggunakan

pipet tetes yang sudah disterilisasi.


Simpan dalam ruang inkubasi dengan cara dibalik peletakannya, amati dan hitung

jumlah koloni setiap hari selama 3 hari


Menghitung jumlah koloni terbanyak dan tersedikit (dihitung biasa), kemudian
dicari
rata-rata jumlah koloni = ((Terbanyak + Tersedikit) / 2 )

Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp


Keterangan:

luas petridish = 63,5825 cm2


fp = 104

2. Uji Desinfektan

Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada tengahtengahmedia tersebut. Kemudian teteskan contoh desinfektan ke dalam lubang

tersebut menggunakan pipet tetes.


Simpan dalam ruang inkubasi selama waktu yang telah ditentukan (biasanya 2

hari).
Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius
terjauh,terdekat, dan rata-rata).

19

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan Uji Koloni

Sampel Air
PDAM
Daerah
Banyumanik
Jatingaleh

Rata-Rata Jumlah
Koloni
Hari- Hari- Hari1
4
5
49
57
76,5

Hari-1

Hari-4

Hari-5

5,7x106

3,6x107

54,5

3,4x106

4,3x107

69

71,5

Jumlah Koloni Total

Doubling
Time (per
hari)

3,8x107

Growth
Rate
(per
hari)
0,428

4,5x107

0,054

12,836

Tabel 4.1.2 Hasil Percobaan Uji Desinfektan


Sampel
20% Betadine
50% Betadine
80%b Betadine

Radius
Terdekat (cm)
0,5
1
1,5

Rata-rata (cm)
Terjauh (cm)
0,1
0,3
0,5

0,3
0,65
1

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
60000000
50000000
40000000
30000000
Jumlah koloni total

20000000

Sampel 1(Air PDAM


Banyumanik)

10000000
0

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
20

1,62

50000000
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000
Jumlah koloni total 20000000
15000000

Sampel 2(Air PDAM


Jatingaleh)

10000000
5000000
0

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
Hasil uji koloni pada 2 titik sampel dapat dilihat pada gambar 4.1. dan 4.2.
Dari Grafik dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni yang terdapat pada air PDAM
di daerah Banyumanik dan Jatingaleh memiliki perbedaan yang sedikit.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan air PDAM hingga saat ini tidak
layak minum, antara lain disebabkan karena buruknya kualitas air baku PDAM
sehingga intalasi pengolahan air minum yang ada tidak mampu mengolah air baku
tersebut. Kerusakan unit atau perawatan unit yang kurang baik juga bisa menjadi
penyebab rendahnya kualitas air PDAM. Bahkan jika air effluent dari PDAM sudah
layak minum, masalah kebocoran juga salah satu penyebab masuknya pencemar
dalam pipa jaringan distribusi PDAM, sehingga air menjadi tidak layak minum
ketika sampai ke konsumen. Penghilangan mikroorganisme dengan pengaliran air
dengan pencahayaan sinar UV diharapkan mampu mensterilkan air dari
mikroorganisme (Thedy Susanto, 2010).

21

4.2.2

Growth Rate dan Doubling Time pada masing-masing Sampel


14
12
10
8

Air PDAM Banyumanik

Air PDAM Jatingaleh

4
2
0
Growth Rate

Doubling Time

Gambar 4.3. Grafik Growth Rate dan Doubling Time pada Sampel

Growth Rate dan Doubling Time pada Air PDAM Banyumanik


Menurut Yanti (2012) pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh suhu (bakteri
pathogen pada manusia biasanya tumbuh baik pada 37 ), pH (bakteri
pathogen memiliki pH optimum 7,2-7,6), dan sumber nutrisi (karbon, nitrogen,
danmineral).
Growth rate adalah perubahan jumlah/massa sel persatuan waktu atau
sering disebut kecepatan pertumbuhan spesifik, sedangkan doubling time adalah
waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali
jumlah atau massa sel semula (Sidqi Zaed, 2011). Berdasarkan tabel 4.1.1 dapat
dilihat growth rate dari air PDAM Banyumanik sebesar 0,428 dan doubling time
1,62. Hal ini dikarenakan populasi masyarakat disekitarnya cukup banyak
sehingga banyak pencemar air yang masuk ke dalam air PDAM dan
menyebabkan growth rate dari bakteri di dalam air cukup tinggi (Trisnawulan
et.al, 2007).

Growth Rate dan Doubling Time pada Air PDAM Jatingaleh

22

Growth rate adalah perubahan jumlah/massa sel persatuan waktu atau


sering disebut kecepatan pertumbuhan spesifik, sedangkan doubling time adalah
waktu yang diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali
jumlah atau massa sel semula (Sidqi Zaed, 2011). Berdasarkan tabel 4.1.1
growth rate dan doubling time pada air PDAM Jatingaleh adalah 0,054 dan
12,836. Hal ini dikarenakan populasi masyarakat di sekitarnya tidak terlalu
banyak sehingga factor pencemar air yang masuk ke dalam air PDAM tidak
terlalu banyak dan menyebabkan growth rate bakteri rendah (Trisnawulan et.al,
2007).
4.2.3 Pengaruh Desinfektan terhadap Radius Pertumbuhan Mikroba
1.2
1
0.8
0.6
Radius pertumbuhan koloni (cm)

0.4
0.2
0

Grafik 4.2 Pengaruh Desinfektan terhadap Radius Pertumbuhan Mikroba


Dari data yang diperoleh bahwa sampel yang ditesi dengan betadine dengan
konsentrasi 80% metmilki rata rata radius terjauh hal ini disebabkan karena betadine
mempunyai kandungan Povidine Iodine yang merupakan agen atimikroba yang
efektif sebagai desinfeksi (Morison, 2003). Povidon-iodine bersifat bakteriostatik
dengan kadar 640 g/ml dan bersifat bakterisid pada kadar 960 g/ml (Peter, 1992).
Semakin tinggi konsentrasi betadine yang ditambahkan pada sampel maka
menyebabkan semakin jauhnya radius pertumbuhan mikroba.

23

BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
1. Koloni pada sampel air PDAM Banyumanik sebanyak 48.642.525 sedangkan jumlah
koloni pada sampel air PDAM Jatingaleh sebanyak 45.463.275.
2. Growth rate dan doubling time pada sampel air PDAM Banyumanik berturut-turut
sebesar 0,428/hari dan 1,62/hari sedangkan pada sampel air PDAM Jatingaleh
berturut-turut sebesar 0,054/hari dan 12,836/hari. Populasi masyarakat di sekitar
Banyumanik cukup tinggi sehingga banyak pencemaran terjadi, yang menyebabkan
growth rate bakteri cukup tinggi.
3. Desinfektan betadine dengan konsentrasi sebesar 80% lebih efektif dalam
menghambat pertumbuhan koloni mikroba dibanding desinfektan lainnya dengan
radius 1 cm. Sedangkan desinfektan betadine dengan konsentrasi 20% dan 50%
mempunyai radius berturut-turut 0,3cm dan 0,65cm. Hal ini dikarenakan betadine
mempunyai kandungan Povidine Iodine yang merupakan agen atimikroba yang
efektif sebagai desinfeksi. Jadi, semakin tinggi konsentrasi betadine yang
ditambahkan pada sampel maka menyebabkan semakin jauhnya radius pertumbuhan
mikroba.
5.2 Saran
1.
2.
3.
4.

Melakukan sterilisasi pada alat-alat praktikum terlebih dahulu.


Penaburan sampel ke dalam petridish dilakukan di dekat bunsen.
Saat memanaskan PDA usahakan di aduk agar merata dan tidak cepat mengental.
Memberi tanda pada petridish saat penghitungan awal agar memudahkan pada
perhitungan selanjutnya.

24

Sterilisasi adalah proses bebas kuman, virus, spora, dan jamur. Keadaan steril dapat
dicapai dengan cara alami maupun kimia. Metode sterilisasidiantaranya sterilisasi uap
(autoclave), sterilisasi panas kering (Oven), sterilisasi pendidihan, sterilisasi dengan kimiawi,
sterilisasi radiasi ultraviolet. Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35 - 37 C,
dengan suhu minimum 6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses
pertumbuhannya

fungi

ini

memerlukan oksigen yang

cukup

(aerobik).

Aspergillus

niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal
berwarna coklat gelap.
Bahan dan yang digunakan adalah Aspergillus niger, sampel jamur apel busuk, dan
sampel jamur tempe busuk. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, gelas ukur, inokulum,
beaker glass, pipet tetes. Langkah langkah percobaan PSA adalah biarkan media dalam
tabung memadat, menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl, mensterilkan kawat osse,
memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan kawat osse
yang sudah disterilisasi ke tabung media, simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu
inkubasi yang ditentukan, mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.
Dari hasil percobaan diperoleh jumlah bakteri Aspergillus niger paling banyak
dibandingkan dengan jamur pada apel busuk dan apel busuk. Dalam percobaan disarankan
alat-alat yang digunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu, sterilisasi kawat osse
menggunakan bunsen, dalam melakukan percobaan harus dalam keadaan steril, pastikan
media dalam keadaan padat saat proses inokulasi, penutup tabung media usahakan rapat agar
tidak ada udara yang masuk.

25

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Setiap mikroorganisme
pertumbuhannya. Karakteristik
menyebabkan

memerlukan

nutrisi

pertumbuhan

bermacam-macamnya

media

yang

berbeda-beda

mikroorganisme
penunjang

inilah

untuk
yang

pertumbuhan mikroba.

Pengetahuan tentang nutrisi ini penting dalam membantu persiapan medium


tumbuh mikroorganisme tersebut. Melalui media pertumbuhan dapat dilakukan
isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.Kegiatan menumbuhkan mikroorganisme dalam suatu medium
memerlukan serangkaian persiapan yang baik. Kegiatan tersebut dapat berupa
persiapan

alat

maupun

persiapan

medium

yang

akan

digunakan

dalam

menumbuhkan mikroorganisme. Kegiatan mempersiapkan alat memerlukan suatu


ketelatenan khusus agar alat-alat yang akan digunakan tidak terkontaminasi
(dalam keadaan steril). Sedangkan kegiatan pembuatan medium penting agar dapat
menumbuhkan mikroba yang diinginkan.
I.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah lain?


2. Apa saja macam proses sterilisasi?
I.2

Tujuan Percobaan
1 Dapat menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah lain.
2 Memahami berbagai macam proses sterilisasi

I.3

Manfaat Percobaan
1

Mahasiswa mampu menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke

wadah lain
Praktikan mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari
sudutmikrobiologi,

artinya

bebas

dari

mikroorganisme

hidup

yang

tidak

diinginkan.Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk


mencegah pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis,
sedangkan pada pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk
menjamin keamananterhadap pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990).
Metodesterilisasi bermacam - macam, diantaranya :
1. Sterilisasi dengan autoclaf
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh
padatekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga
terjadi pelepasan energi lain uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi
protein sel.Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal
karena uap merupakan pembawa (carrier) energi tertanal paling efektif dan semua
lapisan

pelindung

luar

mikroorganisme

dapat

dilunakan,

sehingga

memungkinkan terjadinya koagulasi, selain itu bersifat nontosik, mudah


diperoleh dan relatif mudah dikontrol. (Stefanus, 2006). Dan menurut Sumarsih
(2010), Sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik
karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke
dalamsel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba.
2. Sterilisasi panas kering (Oven)
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas.
Panas akandiabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat
ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.
Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat-alat atau bahan dengan
uap tidak dapat penetrasi secaramudah atau untuk peralatan yang terbuat dari
kaca. Pada sterilisasi panas kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui
mekanisme oksidasi sampai-sampai terjadinya koagulasi protein sel. Karena
panas dan kering kurang efektif dalam membunuhmikroba dari autoklaf, maka
sterilisasi memerlukan suhu yang lebih tinggi dan waktu yanglebih panjang
(Stefanus. 2006).
14

3. Sterilisaisi secara kimiawi


Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan
menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah
yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif.
Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya.
Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk
membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini
terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama
tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki
4. Sterilisasi Tyndallisasi
Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap
beberapa menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh menjadi
bakteri vegetatif. Maka medium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit.
Akhirnya pada hari ketiga,medium tersebut dididihkan sekali lagi.
5. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi)
Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom.
Dengan jalan ini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama
sekali.
6. Sterilisasi radiasi ultraviolet
Ultraviolet merupakan

gelombang

elektromagnetik

dengan

panjang

gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah
lampu uap merkuri dengandaya tembus hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan
untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik (Ratna. 1985).
7. Sterilisasi dengan pendidihan
Sterilisasi ini merupakan metode yang sangat sederhana, yakni hanya melalui
pendidihan untuk mematikan mikroorganismenya.

II.2 Aspergillus nigger

15

Gambar 2.1. Aspergillus niger secara mikroskopik


Klasifikasi jamur Aspergillus niger adalah sebagai berikut:

Domain : Eukariot
Kingdom : Fungi
Subfilum : Ascomycota
Class : Pezizomycota
Ordo : Eurotides
Family : Trichoco macaeae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik

dengan kelembaban yang tinggi. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus dan Aspergillus
niger, yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi (Jawetz dkk, 1996). Beker
(2006) dalam Handayani dkk (2008) menyatakan A. niger juga mampu memproduksi
mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya.
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat,
dapat tumbuh pada suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C (minimum), 45C-47C
(maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat
gelap sampai hitam (Artikata, 2009).
Sejarah penggunaan yang aman untuk A. niger terutama berasal dari
penggunaannya dalam industri makanan untuk produksi banyak enzim seperti amylase,
amiloglukosidase, selulase, laktase, invertase, pectinases, dan protease asam. Selain itu,
digunakan pula dalam proses fermentasi asam sitrat (Jong dan Gantt, 1987). A. niger
juga telah terbukti sangat peka terhadap defisiensi mikronutrien mendorong penggunaan
strain A. niger untuk pengujian tanah . (Jong dan Gantt, 1987).
II.3 Apel Busuk
Apel busuk menghasilkan kapang Penicillium expansum yang merupakan
penghasil utama patulin. Patulin (4-hydroxy-4H-furo (3,2c) pyran-2(6H)-one) merupakan
16

sejenis lakton heterosiklis tidak jenuh yang bersifat larut dalam air. Penelitian telah
banyak dilakukan untuk mengetahui efek negatif patulin terhadap kesehatan. Pada
manusia dilaporkan terjadinya gejala-gejala seperti mual, gangguan pencernaan, dan
muntah. Sumber lain menyebutkan bahwa simtom penyakit yang disebabkan oleh
patulin termasuk gangguan syaraf, kejang, paru-paru, oedema, sakit pencernaan dan
intestinal haemorrhage. Patulin juga mempunyai efek genotoksik, neurotoksik,
imunotoksis, imunosuppressive, teratogenik, dan karsinogenik (SantAna et.al., 2008).
II.4 Tempe Busuk
Menurut Sarwono (2005), bahwa tempe busuk bukanlah tempe busuk yang
gagal dalam pembuatannya, melainkan tempe segar yang fermentasinya sengaja
diperpanjang lebih lanjut antara 1-3 hari sehingga diperoleh tempe yang seakan-akan
menjadi busuk. Jika proses fermentasi terlalu lama maka akan menyebabkan
terjadinya kenaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas serta pertumbuhan
jamur juga menurun atau terhenti. Proses fermentasi yang terlalu lama juga
menyebabkan terjadinya degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia
(Kasmijo, 1990). Akibatnya tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan
dan aromanya juga menjadi kurang enak (Jawa: semangit), tetapi tempe semacam ini
sangat disukai oleh ibu-ibu karena dapat digunakan sebagai campuran bumbu pada
masakan tertentu.

17

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.

Rancangan Praktikum
1.1.1

Skema Rancangan Percobaan


membiarkan media dalam
tabung reaksi memadat

menyiapkan kawat osse,


bunsen, HCl

Sterilisasi kawat osse

memindahkan
mikroorganisme dari biakan
murni

menyimpan dalam ruang


inkubasi selama waktu
inkubasi

Mengamati kenampakannya

1.1.2

Variable Proses
Jenis jamur yang digunakan:
1. Aspergillus niger
2. Tempe busuk
3. Apel busuk

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakan


3.1.1

Bahan yang digunakan


1. Aspergillus niger

3. Apel busuk

2. Tempe busuk

4. PDA
18

3.1.2

Alat yang digunakan


1. Tabung Reaksi

5. Gelas ukur

2. Inokulum

6. Kompor Listrik

3. Beaker glass

7. Cawan petri

4. Pipet tetes

8. Mikroskop

3.3. Gambar Alat

Beaker Glass

Pipet Tetes

Cawan Petri

Tabung Reaksi

Gelas Ukur

Kompor Listrik

3.4. Prosedur Praktikum


Langkah langkah percobaan PSA :
1. Biarkan media dalam tabung memadat ( untuk media miring, sebelum memadat
kedudukan tabung reaksi dibuat miring di bawah 450, kemudian dibiarkan sampai
memadat).
2. Menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl.
3. Mensterilkan kawat osse : panaskan kawat osse menggunakan bunsen kemudian
memasukkan ke larutan HCl kemdian panaskan kawat osse lagi.
4. Memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan
kawat osse yang sudah disterilisasi ke tabung media.
5. Simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu inkubasi yang ditentukan.
6. Mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.

19

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan PSA
Sampel
Aspergillus niger
Apel busuk
Tempe busuk

Kondisi Jamur
Sangat banyak
Banyak
Lumayan banyak

4.2 Pembahasan
4.2.1 Aspergillus niger

Gambar 4.1 Aspergillus niger Hasil Percobaan

Gambar 4.2 Aspergillus niger pada Referensi

20

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hasil Aspergillus niger dari percobaan
sudah sesuai dengan Aspergillus niger dari referensi (gambar 4.2). Aspergillus niger
merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari marga
Aspergillus. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C
(minimum), 45C-47C (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik)
(Hidayat, 2007).
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan
lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia
berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar
dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus dan berwarna
coklat (Hidayat, 2007).
4.2.2 Apel Busuk

Gambar 4.3 Jamur pada Apel Busuk Hasil Percobaan

Gambar 4.4 Jamur pada Apel Busuk pada Referensi

21

Patulin (4-hydroxy-4H-furo (3,2c) pyran-2(6H)-one) merupakan mikotoksin


yang diproduksi sejumlah kapang yang terdapat pada buah dan produk olahan buah,
terutama apel. Apel busuk menghasilkan kapang Penicillium expansum yang
merupakan penghasil utama patulin. Hasil pengujian menunjukkan pada apel lokal var
Manalagi teridentifikasi kapang Penicillium sp., Aspergillus sp., dan Fusarium sp.
(Christina Winarti, 2007).
Menurut Barnet dan Hunter (1972), warna koloni Penicillium sp. pada media
PDA (Potato Dextrose Agar ) berwarna abu-abu kehijauan. Konidia berwarna hijau abuabu dan kadang menghasilkan eksudat bening. Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan
bahwa jamur yang tumbuh dalam petridish tersebut ada yang berwarna hijau, bening,
dan hitam. Warna hijau dan bening menunjukkan bahwa pada sampel mengandung
Penicillium sp. sedangkan warna hitam menunjukkan bahwa sampel juga mengandung
Aspergillus sp..

4.2.3

Tempe Busuk

Gambar 4.5 Jamur pada Tempe Busuk Hasil Percobaan

gambar 4.6 Jamur pada Tempe Busuk pada Referensi

22

Jamur yang didapat dari tempe busuk adalah Rhizopus sp. Kelompok jamur
sp., morfologi koloni berwarna putih kecoklatan, dan permukaan koloni berserabut.
Kelompok jamur termasuk golongan pelapuk selulosa (Sutedjo , 1991). Dari hasil
percobaan (gambar 4.5) koloni jamur yang didapat berwarna putih.

Gambar 4.7. Siklus Pertumbuhan Rhizopus sp.


Reproduksi aseksual Rhizopus dilakukan dengan cara membentuk sporangium
yang di dalamnya terdapat sporangiospora. Pada Rhizopus terdapat stolon, yaitu hifa
yang terletak di antara dua kumpulan sporangiofor (tangkai sporangium). Reproduksi
secara seksual dilakukan dengan fusi hifa (+) dan hifa (-) membentuk
progamentangium. Progamentangium akan membentuk gametangium. Setelah
terbentuk gamentangium, akan terjadi penyatuan plasma yang disebut plasmogami.
Hasil peleburan plasma akan membentuk cigit yang kemudian tumbuh menjadi
zigospora. Zigospora yang telah tumbuh akan melakukan penyatuan inti yang disebut
kariogami dan akhirnya berkembang menjadi sporangium.
Sporangium merupakan karpus untuk reproduksi aseksual mirip kantung yang
berbentuk bulat atu semibulat. Sporangium semula berwarna bening atau agak
kekuningan karena mengandung enyawa - karoten kemudian berwarna hitam karena
senyawa karoten mengalami polimerisasi yang disebabkan proses oksidasi. Selanjutnya
terbentuk sporopolenin yaitu senyawa yang sangt resisten terhadap degradasi. Apabila
jumlah sporangiospora telah mencapai jumlah maksimum untuk spesies tersebut maka
sporangium akan pecah dan sporangiospora akan lepas ke lingkungan dan terbentuk
spora (+) dan spora (-) yang masing-masing akan tumbuh menjadi hifa (+) dan hifa (-)
(Anna Rakhmawati, 2013).

23

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Jamur Aspergillus nigger paling banyak terbentuk dibandingkan jamur pada apel busuk
dan tempe busuk.
2. Jamur yang tumbuh pada apel ada yang berwarna hijau, bening, dan hitam. Warna hijau
dan bening menunjukkan bahwa pada sampel mengandung Penicillium sp. sedangkan
warna hitam menunjukkan bahwa sampel juga mengandung Aspergillus sp.
3. Jamur yang didapat dari tempe busuk adalah Rhizopus sp. Kelompok jamur sp.,
morfologi koloni berwarna putih kecoklatan, dan permukaan koloni berserabut.
5.2 Saran
1.
2.
3.
4.
5.

Alat-alat yang digunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu.


Sterilisasi kawat osse menggunakan bunsen.
Dalam melakukan percobaan harus dalam keadaan steril.
Pastikan media dalam keadaan padat saat proses inokulasi.
Penutup tabung media usahakan rapat agar tidak ada udara yang masuk.

24

A-2 LEMBAR PERHITUNGAN


A. Perhitungan Jumlah Koloni
1. Sampel Air PDAM Bayumanik
Jumlah koloni

( koloni
ml )

( terbanyak +tersedikit )
(koloni /cm 2)fpluas petridish( cm2 )
2

1 ml

Hari ke-1

( 85+13 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=5722650 koloni /ml
1 ml

Hari ke-4

( 97 +17 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=36243450 koloni/ml
1ml

Hari ke-5

( 134+ 19 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=48642525 koloni/ml
1 ml

2. Sampel Air PDAM Jatingaleh


koloni
Jumlah koloni
ml

( terbanyak +terkecil )
(koloni /cm2 )fpluas petridish(cm 2 )
2

1 ml

Hari ke-1

( 93+ 16 )
100063,585
2
Jumlah koloni=
=34653825 koloni/ml
1ml

Hari ke-4

25

( 119+ 19 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=43873650 koloni/ml
1 ml

Hari ke-5

( 123+20 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=45463275 koloni/ml
1 ml

B. Perhitungan Growth Rate dan Doubling Time


Growth rate
1. Sampel Air PDAM Banyumanik
ln X 2ln X 1 ln 48642525ln 5722650
Growth rate ( ) =
=
=0,428 perhari
t 2t 1
50
2. Sampel Air PDAM Jatingaleh
ln X 2ln X 1 ln 45463275ln 34653825
Growth rate ( ) =
=
=0,054 perhari
t 2t 1
50

Doubling time
1. Sampel Air PDAM Banyumanik
ln 2 ln2
Doubling time=
=
=1,62
0,428
2. Sampel Air PDAM Jatingaleh
ln 2 ln 2
Doubling time=
=
=12,836
0,054

26

You might also like