Professional Documents
Culture Documents
Air merupakan komponen penting dalam kehidupan makhluk hidup. Semua makhluk
hidup membutuhkan air. Air yang sehat dan layak adalah airyang terbebas dari
mikroorganisme yang berbahaya. Air yang berbahaya akan terlebih dahulu di proses
selanjutnya baru bisa digunakan. Sehingga perlu adanya proses pengolahan air untuk
mengubah air yang tercemar menjadi layak untuk dikonsumsi, maka dari itu diperlukan
standar kualitas air yang baik dan sehat untuk digunakan, diantaranya persyaratan kimia,
persyaratan
fisika,
dan
persyaratan
biologi.
Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
BAB I
PENDAHULUAN
Mikroorganisme dapat ditemukan dimanapun di dunia ini, mulai dari dasar lautan
yang paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi, ada yang hidup dalam
air panas pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250
disebabkan karena banyak mikroorganisme dibawa oleh angin, dibawa oleh aliran
udara dari permukaan bumi ke atmosfir atau terbawa oleh agen pembawa lainnya,
seperti hewan, manusia, dan tumbuhan. Mikroba juga dapat terbawa bersama aliran air
ke sungai, danau dan laut (Dwi, 2012)
Komponen mikroba di dalam air terdiri atas bakteri, jamur, mikroalga, protozoa,
dan virus. Mikroba di dalam air ada yang menguntungkan dan merugikan.
Mikroba air yang menguntungkan berperan sebagai:
a. Makanan ikan : fitoplankton dan zooplankton, contoh: mikroalga
b. Decomposer : pengolahan limbah secara biologis
c. Produsen
d. Konsumen
menyebabkan
perairan
berwarna,
Berdasarkan
Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air , air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
a. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi
dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli.
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut :
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan coli,
salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak
mengandung
bakteri
nonpatogen,
seperti
actinomycetes,
b. Persyaratan Fisis
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
suhu, kerjenihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk
aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman
tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan
kimiawi, seperti warna air dan bau.
c. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air
yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam
berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal
tubuh dan berubah menjadi racun.
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik
(Jurnal Universitas Sumatera Utara)
Permukaan
koloni
dapat
datar,
timbul
mendatar,
timbul
Temperatur
Kebutuhan temperatur bagi tiap mikroorganisme berbeda-beda dan tergantung dari
keperluannya seperti keperluan untuk produksi, analisis, dan sterilisasi. Umumnya
tekanan
1-400
atm
tidak
mempengaruhi
atau
hanya
sedikit
e. Faktor kimia
Penggunaan bahan kimia kemungkinan dapat membunuh bakteri seperti desinfektandesinfektan germisida dan bakterisida. Biasanya kerusakan-kerusakan akibat proses
oksidasi, koagulasi, depresi, dan ketegangan permukaan
f. PH
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada
pH tinggi (medium alkalin). Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5
maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri.
II.6 Medium PDA dan Agar-agar
a. Medium Potato Dextrose Agar
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang
digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga
agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur
dan khamir.Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah
mikroorganisme menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti
industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk
menghitung jumlah mikroorganisme pada sample mereka.Karena fungsinya yang
dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh
pembudidaya jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit
jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan
juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan
bakteri.Pada umumnya, formula komposisi PDA yang cocok untuk pertumbuhan
jamur dan khamir (per liter) yaitu :
Dextrose
: 20 gram
Agar
: 15 gram
Contoh beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik pada PDA, yaitu :
Pleurotus ostreatus
Saccharomyces cerevisiae
Trichophyton mentagrophytes
Tabel 2.1 Komposisi Potato Dextrose Agar
6
Bahan
Air
Kentang
Massa ( gram )
1000
200
20
20
b. Agar agar
Agar adalahs enyawa poligalaktosa yang diperoleh dari pengolahan rumput laut
jenis agar ophyte. Agar merupakan koloid hidrofilik yang bersifat seperti gelatin.
Agar adalah polimer dari galaktosa (galaktan) sulfat kompleks yang diekstrak dari
beberapa jenis ganggang
untuk pembuatan media kultur terutama kultur bakteri adalah agar murni yang
harus memenuhi persyaratan tertentu. Penambahan agar kedalam media kultur akan
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan kimia media yang disebabkan oleh sifat
fisik dan sifat kimia agar. Agaragar untuk pertumbuhan bakteri diharapkan masih
tetap bersifat cair bila didinginkan hingga suhu 42C dan tetap kuat bila digunakan
pada suhu37C,yaitu suhu incubator (Winarno, 1990).
II.6 Perhitungan Jumlah Koloni
a. Perhitungan Dengan SPC
Standart Plate Count (SPC) digunakan untuk menemukan kepadatan bakteri
heterotrof dan fakultatif aerobe. Dalam percobaan ini pengukuran secara empiris
karena bakteri dapat membentuk koloni rantai kelompok. Dasar SPC adalah
membuat suatu seri pengenceran bahan dengan kelipatan 10. Setelah inkubasi,
dilihat jumlah koloni tiap periode dapat digunakan coloni encounter yang dilengkapi
dengan register. Perhitungan dan pencatatan koloni pada plate dilakukan sesegera
mungkin setelah periode inisampai selesai. Bila perhitungan ditunda, plate harus
disimpan pada suhu 5-10C dan tidak boleh lebih dari 21 jam.
b. Perhitungan Manual
Perhitungan koloni secara manual dilakukan dengan menghitung jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit. Sampel diencerkan hingga 2x pengenceran, setelah waktu
inkubasi, jumlah koloni dihitung secara manual(dihitung biasa) jumlah koloni
terbanyak dan tersedikit, kemudian dicari rata-ratanya.
Jumlah koloni dalam petridish = rata-rata jumlah koloni x luas petridish x fp
Keterangan: luas petridish = 63,585 cm2
fp = 102
Dengan rumus tersebut dapat diketahui jumlah koloni dalam petridish.
II.7 Growth Rate dan Doubling Time
a. Growth rate
Growth rate adalah perubahan jumlah/massa sel persatuan waktu atau sering disebut
kecepatan pertumbuhan spesifik. Growth ( pertumbuhan ) merupakan hal yang
penting dalam fungsi mikroba.
b. Doubling time
Pertumbuhan merupakan penambahan secara teratur semua komponen sel suatu
jasad. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler) pembelahan atau perbanyakan sel
merupakan pertambahan jumlah individu sedangkan pada jasad bersel banyak
(multiseluler) pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya,
tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya.
Pertumbuhan dapat meningkatnya jumlah sel atau massa sel (berat kering sel). Pada
bakteri perbanyakan diri terjadi dengan cara pembalahan biner, yaitu dari satu sel
membelah menjadi 2 sel baru. Waktu yang diperlukan untuk membelah diri dari
satu sel menjadi dua sel sempurna disebut waktu generasi. Selain waktu generasi
dikenal pula Doubling Time atau waktu penggandaan, yaitu Waktu yang
diperlukan oleh sejumlah sel atau massa sel menjadi dua kali jumlah atau
massa sel semula. Doubling Time pada setiap mikroba tidak sama antara
berbagai mikrobia. Hal ini tergantung kecepatan pertumbuhan mikroba itu sendiri.
Kecepatan pertumbuhan adalah perubahan jumlah atau massa sel per unit waktu.
Nilai Laju Pertumbuhan Spesifik () dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
X = Xo t
8
ln x = ln xo + t.
=
ln x ln xo
t
ln 2
= doubling time
ln 2
Parameter
Satuan
Kadar maksimum
keterangan
yang diperbolehkan
9
A. Fisika
1 Bau
2 Jumlah
3
4
5
zat
padat
terlarut
(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
mg/L
1000
Tidak berbau
-
Skala NTU
5
-
Tidak berasa
-
Suhu udara 3
6 Warna
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa
2 Alumunium
3 Arsan
4 Bakium
5 Besi
6 Flourida
7 Cadmium
8 Kesadahan (CaCO3)
9 Klorida
10 Kronium, valensi 6
11 Mangan
12 Natrium
13 Nitrat, sebagai N
14 Nitrit, sebagai N
15 Perak
16 Selenium
17 Seng
18 Sianida
19 Sulfat
20 Sulfide, sebagai H2S
21 Tembaga
22 Timbal
b. Kimia Organik
1
Aldrin dan dieldrin
2
Benzene
3
Benzo (a) pyrene
4
Chloroform (total polymer)
5
Chloroform
6
2.4-D
7
DDT
8
Detergen
9
1,2-Dichloroethene
10 1,2-Dichloroethene
11 Heptachlor dan heptachlor
12
epoxide
Hexachlorobenzene
Skala TCU
15
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,001
0,2
0,005
1,0
0,3
1,5
0,005
500
250
0,05
0,1
200
10
1,0
0,05
0,01
5,0
0,1
400
0,05
1,0
0,05
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,0007
0,01
0,00001
0,0003
0,03
0,1
0,03
0,05
0,01
0,0003
0,003
mg/L
0,00001
10
13
14
15
16
17
18
1
2
Metoxychlor
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6-trichlorophenol
Gamma HCl (Lindane)
Zat organic (KMnO4)
c. Mikrobiologik
Koliform tinja
Total koliform
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,03
0,01
0,1
0,01
0,004
10
Jumlah per
100 mL
Jumlah per
100 mL
0
0
95% dari
sampel yang
diperiksa
selama
setahun,
kadangkadang
boleh ada 3
per 100 mL
sampel air,
tapi tidak
berturutturut
d. Radio aktivitas
Aktivitas Alpha (Gross Alpha
Bg/L
0,1
Activities)
Aktivitas Beta (Gross Beta
Bg/L
1,0
Activities)
Keterangan:
mg
: milligram
ml
: milliliter
Bg
: Begeurel
: liter
No
Parameter
Satuan
Kadar maksimum
keterangan
yang diperbolehkan
A. Fisika
1 Bau
2 Jumlah
3
4
5
zat
padat
terlarut
(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
mg/L
1000
Tidak berbau
-
Skala NTU
0
5
-
Tidak berasa
-
Suhu udara 3
6 Warna
B. Kimia
a. Kimia Anorganik
1 Air raksa
2 Alumunium
3 Besi
4 Flourida
5 Cadmium
6 Kesadahan (CaCO3)
7 Klorida
8 Kronium, valensi 6
9 Mangan
10 Nitrat, sebagai N
11 Nitrit, sebagai N
12 pH
13 Selenium
14 Seng
15 Sianida
16 Sulfat
17 Timbal
b. Kimia Organik
1
Aldrin dan dieldrin
2
Benzene
3
Benzo (a) pyrene
4
Chloroform (total polymer)
5
Chloroform
6
2.4-D
7
DDT
8
Detergen
9
1,2-Dichloroethene
10 1,2-Dichloroethene
11 Heptachlor dan heptachlor
12
13
epoxide
Hexachlorobenzene
Metoxychlor
Skala TCU
15
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,001
0,05
1,0
1,5
0,005
500
600
0,05
0,5
10
1,0
0,05
0,01
15,0
0,1
400
0,05
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,0007
0,01
0,00001
0,0003
0,03
0,1
0,03
0,5
0,01
0,0003
0,003
mg/L
mg/L
0,00001
0,1
12
14
15
16
17
18
c.
1
2
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6-trichlorophenol
Gamma HCl (Lindane)
Zat organic (KMnO4)
Mikrobiologik
Total Koliform (MPN
Koliform tinja belum
diperiksa
d. Radio aktivitas
1
Aktivitas Alpha (Gross Alpha
2
Activities)
Aktivitas Beta (Gross Beta
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0,01
0,1
0,01
0,004
10
Jumlah per
100 mL
Bukan air
Jumlah per
100 mL
pipaan
Bukan air
Bg/L
0,1
Bg/L
1,0
pipaan
Activities)
13
E.coli dan
Staphylococcus.
4. Alcohol, Aldehida, dan Asam
a. Etanol
Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga
isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat,
yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman gram negatif dan gram
positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap spora. Terhadap virus
dibutuhkan konsentrasi yang relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.
b. Formaldehid
Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid, termasuk
terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam).
c. Asam asetat
14
Asam cuka berkhasiat bakterisid dan sangat aktif terhadap Pseudomonas dan
Hemofilus.
5. Senyawa Logam Berat
a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.
b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap staphylococci dan
streptococci.
15
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Mengencerkan sampel
Menyiapkan media
Uji koloni
16
Uji Desinfektan
1.1.2
Variable Operasi
Uji Koloni
1.2
Basis
Betadine
20 % V
10 ml
Betadine
50 % V
10 ml
Betadine
80% V
10 ml
2. Aquadest
3. PDA
4. Desinfektan : betadine dengan konsentrasi 20, 50, dan 80% (basis 10mL)
1. Beaker glass
5. Pipet
2. Petridish
6. Pengaduk
3. Tabung reaksi
7. Kompor listrik
4. Erlenmeyer
8. Koloni Counter
Beaker Glass
Pipet Tetes
Cawan Petri
Tabung Reaksi
Erlenmeyer
Pengaduk
Kompor Listrik
18
Biarkan media dalam petridish sampai setengah padat kemudian taburi dengan
contoh yang sudah diencerkan secara merata ke permukaan media menggunakan
2. Uji Desinfektan
Biarkan media dalam petridish memadat kemudian buat lubang kecil pada tengahtengahmedia tersebut. Kemudian teteskan contoh desinfektan ke dalam lubang
hari).
Mencatat radius pertumbuhan diukur dari lubang yang dibuat (radius
terjauh,terdekat, dan rata-rata).
19
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1 Hasil Percobaan Uji Koloni
Sampel Air
PDAM
Daerah
Banyumanik
Jatingaleh
Rata-Rata Jumlah
Koloni
Hari- Hari- Hari1
4
5
49
57
76,5
Hari-1
Hari-4
Hari-5
5,7x106
3,6x107
54,5
3,4x106
4,3x107
69
71,5
Doubling
Time (per
hari)
3,8x107
Growth
Rate
(per
hari)
0,428
4,5x107
0,054
12,836
Radius
Terdekat (cm)
0,5
1
1,5
Rata-rata (cm)
Terjauh (cm)
0,1
0,3
0,5
0,3
0,65
1
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
60000000
50000000
40000000
30000000
Jumlah koloni total
20000000
10000000
0
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
20
1,62
50000000
45000000
40000000
35000000
30000000
25000000
Jumlah koloni total 20000000
15000000
10000000
5000000
0
Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Titik Pengambilan Sampel terhadap Jumlah Koloni
Hasil uji koloni pada 2 titik sampel dapat dilihat pada gambar 4.1. dan 4.2.
Dari Grafik dapat disimpulkan bahwa jumlah koloni yang terdapat pada air PDAM
di daerah Banyumanik dan Jatingaleh memiliki perbedaan yang sedikit.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan air PDAM hingga saat ini tidak
layak minum, antara lain disebabkan karena buruknya kualitas air baku PDAM
sehingga intalasi pengolahan air minum yang ada tidak mampu mengolah air baku
tersebut. Kerusakan unit atau perawatan unit yang kurang baik juga bisa menjadi
penyebab rendahnya kualitas air PDAM. Bahkan jika air effluent dari PDAM sudah
layak minum, masalah kebocoran juga salah satu penyebab masuknya pencemar
dalam pipa jaringan distribusi PDAM, sehingga air menjadi tidak layak minum
ketika sampai ke konsumen. Penghilangan mikroorganisme dengan pengaliran air
dengan pencahayaan sinar UV diharapkan mampu mensterilkan air dari
mikroorganisme (Thedy Susanto, 2010).
21
4.2.2
4
2
0
Growth Rate
Doubling Time
Gambar 4.3. Grafik Growth Rate dan Doubling Time pada Sampel
22
0.4
0.2
0
23
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
1. Koloni pada sampel air PDAM Banyumanik sebanyak 48.642.525 sedangkan jumlah
koloni pada sampel air PDAM Jatingaleh sebanyak 45.463.275.
2. Growth rate dan doubling time pada sampel air PDAM Banyumanik berturut-turut
sebesar 0,428/hari dan 1,62/hari sedangkan pada sampel air PDAM Jatingaleh
berturut-turut sebesar 0,054/hari dan 12,836/hari. Populasi masyarakat di sekitar
Banyumanik cukup tinggi sehingga banyak pencemaran terjadi, yang menyebabkan
growth rate bakteri cukup tinggi.
3. Desinfektan betadine dengan konsentrasi sebesar 80% lebih efektif dalam
menghambat pertumbuhan koloni mikroba dibanding desinfektan lainnya dengan
radius 1 cm. Sedangkan desinfektan betadine dengan konsentrasi 20% dan 50%
mempunyai radius berturut-turut 0,3cm dan 0,65cm. Hal ini dikarenakan betadine
mempunyai kandungan Povidine Iodine yang merupakan agen atimikroba yang
efektif sebagai desinfeksi. Jadi, semakin tinggi konsentrasi betadine yang
ditambahkan pada sampel maka menyebabkan semakin jauhnya radius pertumbuhan
mikroba.
5.2 Saran
1.
2.
3.
4.
24
Sterilisasi adalah proses bebas kuman, virus, spora, dan jamur. Keadaan steril dapat
dicapai dengan cara alami maupun kimia. Metode sterilisasidiantaranya sterilisasi uap
(autoclave), sterilisasi panas kering (Oven), sterilisasi pendidihan, sterilisasi dengan kimiawi,
sterilisasi radiasi ultraviolet. Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35 - 37 C,
dengan suhu minimum 6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses
pertumbuhannya
fungi
ini
cukup
(aerobik).
Aspergillus
niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal
berwarna coklat gelap.
Bahan dan yang digunakan adalah Aspergillus niger, sampel jamur apel busuk, dan
sampel jamur tempe busuk. Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi, gelas ukur, inokulum,
beaker glass, pipet tetes. Langkah langkah percobaan PSA adalah biarkan media dalam
tabung memadat, menyiapkan kawat osse, bunsen, dan HCl, mensterilkan kawat osse,
memindahkan mikroorganisme dari biakan murni yang tersedia menggunakan kawat osse
yang sudah disterilisasi ke tabung media, simpan di dalam ruang inkubasi selama waktu
inkubasi yang ditentukan, mengamati kenampakannya setelah waktu inkubasi.
Dari hasil percobaan diperoleh jumlah bakteri Aspergillus niger paling banyak
dibandingkan dengan jamur pada apel busuk dan apel busuk. Dalam percobaan disarankan
alat-alat yang digunakan harus di sterilisasi terlebih dahulu, sterilisasi kawat osse
menggunakan bunsen, dalam melakukan percobaan harus dalam keadaan steril, pastikan
media dalam keadaan padat saat proses inokulasi, penutup tabung media usahakan rapat agar
tidak ada udara yang masuk.
25
BAB I
PENDAHULUAN
memerlukan
nutrisi
pertumbuhan
bermacam-macamnya
media
yang
berbeda-beda
mikroorganisme
penunjang
inilah
untuk
yang
pertumbuhan mikroba.
alat
maupun
persiapan
medium
yang
akan
digunakan
dalam
Rumusan Masalah
Tujuan Percobaan
1 Dapat menguasai teknik pemindahan bakteri dari suatu wadah ke wadah lain.
2 Memahami berbagai macam proses sterilisasi
I.3
Manfaat Percobaan
1
wadah lain
Praktikan mampu memahami berbagai macam proses sterilisasi
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
bentuk organisme (Purnawijayanti, 2001). Suatu benda yang steril, dipandang dari
sudutmikrobiologi,
artinya
bebas
dari
mikroorganisme
hidup
yang
tidak
pelindung
luar
mikroorganisme
dapat
dilunakan,
sehingga
gelombang
elektromagnetik
dengan
panjang
gelombang 100-400 mm dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah
lampu uap merkuri dengandaya tembus hanya 0,01-0,2 mm. ultraviolet digunakan
untuk sterilisasi ruangan pada penggunaan aseptik (Ratna. 1985).
7. Sterilisasi dengan pendidihan
Sterilisasi ini merupakan metode yang sangat sederhana, yakni hanya melalui
pendidihan untuk mematikan mikroorganismenya.
15
Domain : Eukariot
Kingdom : Fungi
Subfilum : Ascomycota
Class : Pezizomycota
Ordo : Eurotides
Family : Trichoco macaeae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik
dengan kelembaban yang tinggi. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus dan Aspergillus
niger, yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi (Jawetz dkk, 1996). Beker
(2006) dalam Handayani dkk (2008) menyatakan A. niger juga mampu memproduksi
mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya.
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat,
dapat tumbuh pada suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C (minimum), 45C-47C
(maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat
gelap sampai hitam (Artikata, 2009).
Sejarah penggunaan yang aman untuk A. niger terutama berasal dari
penggunaannya dalam industri makanan untuk produksi banyak enzim seperti amylase,
amiloglukosidase, selulase, laktase, invertase, pectinases, dan protease asam. Selain itu,
digunakan pula dalam proses fermentasi asam sitrat (Jong dan Gantt, 1987). A. niger
juga telah terbukti sangat peka terhadap defisiensi mikronutrien mendorong penggunaan
strain A. niger untuk pengujian tanah . (Jong dan Gantt, 1987).
II.3 Apel Busuk
Apel busuk menghasilkan kapang Penicillium expansum yang merupakan
penghasil utama patulin. Patulin (4-hydroxy-4H-furo (3,2c) pyran-2(6H)-one) merupakan
16
sejenis lakton heterosiklis tidak jenuh yang bersifat larut dalam air. Penelitian telah
banyak dilakukan untuk mengetahui efek negatif patulin terhadap kesehatan. Pada
manusia dilaporkan terjadinya gejala-gejala seperti mual, gangguan pencernaan, dan
muntah. Sumber lain menyebutkan bahwa simtom penyakit yang disebabkan oleh
patulin termasuk gangguan syaraf, kejang, paru-paru, oedema, sakit pencernaan dan
intestinal haemorrhage. Patulin juga mempunyai efek genotoksik, neurotoksik,
imunotoksis, imunosuppressive, teratogenik, dan karsinogenik (SantAna et.al., 2008).
II.4 Tempe Busuk
Menurut Sarwono (2005), bahwa tempe busuk bukanlah tempe busuk yang
gagal dalam pembuatannya, melainkan tempe segar yang fermentasinya sengaja
diperpanjang lebih lanjut antara 1-3 hari sehingga diperoleh tempe yang seakan-akan
menjadi busuk. Jika proses fermentasi terlalu lama maka akan menyebabkan
terjadinya kenaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas serta pertumbuhan
jamur juga menurun atau terhenti. Proses fermentasi yang terlalu lama juga
menyebabkan terjadinya degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia
(Kasmijo, 1990). Akibatnya tempe yang dihasilkan mengalami proses pembusukan
dan aromanya juga menjadi kurang enak (Jawa: semangit), tetapi tempe semacam ini
sangat disukai oleh ibu-ibu karena dapat digunakan sebagai campuran bumbu pada
masakan tertentu.
17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1.
Rancangan Praktikum
1.1.1
memindahkan
mikroorganisme dari biakan
murni
Mengamati kenampakannya
1.1.2
Variable Proses
Jenis jamur yang digunakan:
1. Aspergillus niger
2. Tempe busuk
3. Apel busuk
3. Apel busuk
2. Tempe busuk
4. PDA
18
3.1.2
5. Gelas ukur
2. Inokulum
6. Kompor Listrik
3. Beaker glass
7. Cawan petri
4. Pipet tetes
8. Mikroskop
Beaker Glass
Pipet Tetes
Cawan Petri
Tabung Reaksi
Gelas Ukur
Kompor Listrik
19
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Jamur
Sangat banyak
Banyak
Lumayan banyak
4.2 Pembahasan
4.2.1 Aspergillus niger
20
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa hasil Aspergillus niger dari percobaan
sudah sesuai dengan Aspergillus niger dari referensi (gambar 4.2). Aspergillus niger
merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari marga
Aspergillus. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C
(minimum), 45C-47C (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik)
(Hidayat, 2007).
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning dengan
lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidia
berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar
dengan bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus dan berwarna
coklat (Hidayat, 2007).
4.2.2 Apel Busuk
21
4.2.3
Tempe Busuk
22
Jamur yang didapat dari tempe busuk adalah Rhizopus sp. Kelompok jamur
sp., morfologi koloni berwarna putih kecoklatan, dan permukaan koloni berserabut.
Kelompok jamur termasuk golongan pelapuk selulosa (Sutedjo , 1991). Dari hasil
percobaan (gambar 4.5) koloni jamur yang didapat berwarna putih.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Jamur Aspergillus nigger paling banyak terbentuk dibandingkan jamur pada apel busuk
dan tempe busuk.
2. Jamur yang tumbuh pada apel ada yang berwarna hijau, bening, dan hitam. Warna hijau
dan bening menunjukkan bahwa pada sampel mengandung Penicillium sp. sedangkan
warna hitam menunjukkan bahwa sampel juga mengandung Aspergillus sp.
3. Jamur yang didapat dari tempe busuk adalah Rhizopus sp. Kelompok jamur sp.,
morfologi koloni berwarna putih kecoklatan, dan permukaan koloni berserabut.
5.2 Saran
1.
2.
3.
4.
5.
24
( koloni
ml )
( terbanyak +tersedikit )
(koloni /cm 2)fpluas petridish( cm2 )
2
1 ml
Hari ke-1
( 85+13 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=5722650 koloni /ml
1 ml
Hari ke-4
( 97 +17 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=36243450 koloni/ml
1ml
Hari ke-5
( 134+ 19 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=48642525 koloni/ml
1 ml
( terbanyak +terkecil )
(koloni /cm2 )fpluas petridish(cm 2 )
2
1 ml
Hari ke-1
( 93+ 16 )
100063,585
2
Jumlah koloni=
=34653825 koloni/ml
1ml
Hari ke-4
25
( 119+ 19 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=43873650 koloni/ml
1 ml
Hari ke-5
( 123+20 )
1000063,585
2
Jumlah koloni=
=45463275 koloni/ml
1 ml
Doubling time
1. Sampel Air PDAM Banyumanik
ln 2 ln2
Doubling time=
=
=1,62
0,428
2. Sampel Air PDAM Jatingaleh
ln 2 ln 2
Doubling time=
=
=12,836
0,054
26