You are on page 1of 29

HISTOLOGI DAN ANATOMI SISTEM RANGKA HEWAN

VERTEBRATA
Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan 1


yang Dibina oleh Ibu Dra. Amy Tenzer, M.S dan
Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si, M.Si

Oleh :
Kelompok 2
Offering A 2014
Faiqotul Mala

(140341606168)

Fiqry Addina Ardy

(140341600043)

Soeyati Poejiani

(140342608205)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini membahas mengenai Histologi dan
Anatomi Sistem Rangka Hewan Verebrata.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan
mengenai sistem rangka pada hewan vertebrata, baik secara histologi maupun
secara anatomi. Makalah ini juga dibuat dalam rangka pemenuhan tugas
matakuliah Struktur Perkembangan Hewan 1 (SPH 1) yang dibimbing oleh Ibu
Dra. Amy Tenzer, M.S dan Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si, M.Si.
Selanjutnya ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada Ibu
Dra. Amy Tenzer, M.S dan Ibu Siti Imroatul Maslikah, S.Si, M.Si selaku dosen
matakuliah Struktur Perkembangan Hewan 1 yang telah membimbing penulis
dalam proses penyelesaian makalah ini. Juga kepada semua pihak yang telah
mendukung dan memberikan arahan serta masukkan kepada penulis dalam
penyelesaian makalah ini sehingga tercapailah penuntasan dari makalah ini.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, begitupun demikian halnya
dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sekalian demi tercapainya hasil maksimal dikemudian hari.
Demikianlah, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagaimana mestinya. Aamiin.
Malang,

Februari 2015

Penulis
i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................

1.3 Tujuan ...................................................................................................

1.4 Manfaat .................................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Sistem Rangka Pisces ............................................................................
4
2.2 Sistem Rangka Amfibi ..........................................................................
2.3 Sistem Rangka Reptil ..........................................................................
2.4 Sistem Rangka Aves ..............................................................................
2.5 Sistem Rangka Mamalia .......................................................................

8
10
13
18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..........................................................................................

22

3.2 Saran .....................................................................................................

23

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................

24

ii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Tipe Sirip Ekor 7


2.2 Kerangka Ikan ...................................................................................... 8
2.3 Sistem Rangka Katak ..........................................................................10
2.4 Kerangka Kadal .....................................................................................13
2.5 Kerangka Burung Merpati ....................................................................16
2.6 Jenis Kaki Aves ..................................................................................... 18
2.7 Kerangka Kelinci ...................................................................................21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada di dunia ini dikelompokkan menjadi 2 bagian
berdasarkan ada tidaknya tulang belakang. Makhluk hidup yang memiliki tulang
belakang disebut vertebrata dan yang tidak memiliki tulang belakang disebut
invertebrata. Vertebrata sendri memiliki 2 sistem rangka, yaitu endoskeleton dan
eksoskeleton. Contoh hewan vertebrata adalah ikan, katak, burung, kadal, marmot,
dan lain sebagainya.
Sistem rangka merupakan sistem organ terpenting dalam mempelajari
morfologi, serta memegang peran utama dalam analisis struktur vertebrata.
Rangka vertebrata merupakan endoskeleton (rangka dalam), terdiri atas tulang dan
tulang rawan yang saling berhubungan. Selain mempunyai endoskeleton, pada
pisces, reptilia dan aves terdapat pula sisik, dan pada golongan kura-kura terdapat
karapas dan plastron yang dapat dianggap sebagai rangka luar atau eksoskeleton.
Sistem rangka mempunyai fungsi antara lain sebagai: (1) pelindung organ dalam,
(2) penunjang tubuh, (3) tempat melekatnya otot rangka, (4) alat gerak pasif
(penyalur gerakan), dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah (Tenzer,. dkk,
2014).
Karakteristik rangka vertebrata akuatik berbeda dengan vertebrata
terestrial. Tubuh pisces ditopang oleh lingkungan air sekelilingnya, karena itu
rangkanya tidak perlu sekuat rangka hewan-hewan darat. Struktur tulang
vertebrata merupakan adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Misalnya, struktur
tulang burung spesifik dan berongga. Struktur sedemikian menyebabkan
berkurangnya massa rangka, yang sangat menguntungkan untuk terbang (Tenzer,.
dkk, 2014).
Kerangka dibagi menjadi 2, yaitu kerangka somatik dan kerangka visceral.
Kerangka somatik (Yunani, soma, tubuh); terletak dalam dinding tubuh dan
anggota tubuh. Kerangka ini terdiri atas tulang dermal dan tulang pengganti tulang
rawan. Kerangka somatik dapat dibagi menjadi 2, yaitu kerangka aksial dan
kerangka apendikular.
Kerangka aksial terdiri dari 4 bagian, yaitu tulang belakang (kolumna
vertebralis), tulang iga atau rusuk (kosta),
1 tulang dada (sternum), dan sebagian
besar tengkorak (kranium dan tulang-tulang wajah). Sedangkan kerangka

apendikular dibagi menjadi 2, yaitu tulang kaki dan gelang bahu (gelang pektoral)
atau gelang pinggul (gelang pelvis) dan anggota gerak depan. Sedangkan
kerangka viseral (Latin, viscera, usus); terletak dalam tahapan primitif berkaitan
dengan dinding faring dan insang. Kerangka ini hanya terdapat tulang pengganti
tulang rawan.
Selama perkembangan embrio, sebagian besar kerangka vertebrata terdiri
atas tulang rawan, tetapi pada sebagian vertebrata dewasa tulang rawan tersebut
diganti dengan tulang (tulang keras). Tulang ini disebut tulang pengganti tulang
rawan untuk membedakan dari tulang dermal yang berkembang tepat dibawah
kulit tanpa melalui tahap tulang rawan. Kedua jenis tulang ini hanya berbeda
dalam cara perkembangan, namun secara histologis kedua tulang itu sama (Ville,.
dkk, 1999).
Menurut bentuk permukaan sentrum, vertebrata dibagi menjadi 5 jenis
yaitu Amfisol (Amphicelous) yaitu permukaan anterior dan posterior cekung,
Opistosol (Opisthocelous) yaitu permukaan posterior cekung, Prosol (Procelous)
yaitu permukaan anterior cekung, Asol (Acelous) yaitu bila kedua permukaan
datar, dan Heterosol (Heterocelous) yaitu bila kedua permukaan berbentuk pelana
(Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Setiap vertebrata memiliki susunan rangka yang berbeda-beda, baik secara
histologis maupun secara anatomi. Histologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang jaringan, sedangkan anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang
susunan tubuh makhluk hidup. Anatomi rangka pisces (ikan) tentu berbeda
dengan anatomi rangka amfibi (contonya katak), begitupun dengan anatomi
rangka pada reptile (contohnya kadal) berbeda dengan aves (contohnya burung
merpati) .

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana struktur histologis pada hewan vertebrata (pisces, amfibi, reptile,
aves, dan mamalia)?
2. Bagaimana struktur anatomi pada rangka hewan vertebrata (pisces, amfibi,
reptile, aves, dan mamalia)?
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.


1. Untuk memahami dan mengetahui struktur histologis hewan vertebrata (pisces,
amfibi, reptile, aves, dan mamalia).
2. Untuk memahami dan mengetahui struktur anatomi pada rangka hewan
vertebrata (pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia).
1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Pembaca dapat memahami dan mengetahui struktur histologis hewan
vertebrata (pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia).
2. Pembaca dapat memahami dan mengetahui struktur anatomi pada rangka
hewan vertebrata (pisces, amfibi, reptile, aves, dan mamalia).

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Rangka Pisces (Ikan)
2.1.1 Struktur Histologis
Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem rangka dengan
sistem otot serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap
lingkungannya. Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang
rawan dan atau tulang sejati. Osteichthyes terdiri dari tulang sejati. Sebagian besar
tulang Osteichthyes pada permulaannya terbentuk melalui tahap tulang rawan,

kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk bentuk yang khusus
melalui osifikasi. Osifikasi merupakan proses perubahan tulang rawan menjadi
tulang sejati atau tulang keras (Ville,. dkk, 1999).
Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi
otak karena otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang
besar bagi kehidupan ikan. Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu
tulang rawan yang disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium
beserta derivate-derivatnya. Chondrocranium pada ikan elasmobranch memiliki
kotak-kotak yang membentuk atap otak yang tidak komplek. Sedangkan
tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua bagian yaitu neurocranium dan
branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian endosteal yang membentuk
lantai kotak otak dan ectosteal yang membentuk atap otak. Bentuk atap otaklah
yang nantinya mempengaruhi bentuk wajah dari ikan tersebut (Ville,. dkk, 1999).
2.1.2 Struktur Anatomi
Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala,
batang tubuh dan ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas
dua belahan yang sama apabila tubuh dibelah dua menjadi dua belahan yang
sama, dari kepala ke sampai ekor dengan arah punggung perut. Pada ujung depan
terdapat mulut, diatas mulut terdapat cekung hidung yang sebelah-menyebelah,
pada bagian kepala terdapat sepasang mata dan tutup insang. Pada tubuh ikan
tertutup oleh selaput tipis yang tembus oleh sinar, kulitnya banyak mengandung
kelenjar lendir yang berfungsi untuk menghindarkan goresan pada saat ikan
4
berenang dengan cepat.
Rangka ikan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
eksoskeleton dan endoskeleton. Sisik dan sirip ikan merupakan eksoskleton,
sedang endoskeleton terdiri atas tulang tempurung kepala, columna vertebralis,
cingulum pectoralis, tulang-tulang kecil tambahan yang menyokong sirip.
Struktur rangka pisces terdiri atas 2 bagian, yaitu rangka aksial

dan

rangka apendikular. Rangka aksial pisces terdiri dari tulang-tulang tengkorak


(terdiri 180 tulang), dan kolumna vertebralis. Tulang-tulang tempurung kepala

terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk tempat beberapa pasang
organon sensoris (olfactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis, yang
merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk
mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan columna
vertebralis, oleh karena itu ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya
terdapat pada tulang premaxillary dentary, vomer dan tulang palatine (Jasin,
1984).
Kolumna vertebralis pada pisces hanya terbagi menjadi vertebra badan dan
vertebra ekor yang tersusun dari belakang tengkorak sampai ke pangkal ekor.
Daerah abdominal (badan) memiliki tulang rusuk (kosta) kiri dan tulang rusuk
(kosta) kanan. Kosta berguna untuk melindungi organ-organ di dalam rongga
badan. Ikan Telostei primitif mempunyai 2 rangkaian rusuk yang berhubungan
dengan masing-masing sentrum kolumna vertebralis, yaitu rusuk dorosal dan
rusuk ventral. Rusuk ventral kiri dan kanan pada bagian ekor bertemu dibawah
arteri dan vena ekor untuk membentuk lengkung hemal (Tenzer, dkk, Tanpa
tahun).
Rangka apendikular tersusun dari gelang pektoral dan gelang pelvis.
Gelang pektoral pada ikan bertulang terdiri dari korakoid dan skapula yang
biasanya tereduksi. Struktur dari tulang membran (tulang dermal) meliputi
klavikula yang tereduksi, kleitrum dan supra kleitrum. Gelang pelvis pada ikan
terdiri dari keeping-keping pelvis bertulang atau bertulang rawan yang bersendian
dengan sirip pelvis. Pada ikan bertulang rawan, keping-keping tersebut bertemu
dibagian tengah membentuk simfisis pubis (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Tulang-tulang anggota badan bebas pada ikan (extremis liberare) berupa
sirip (pinna). Terdapat 2 macam sirip pada ikan, yaitu sirip tunggal dan sirip
berpasangan (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
1. Sirip tunggal pada ikan disebut juga sirip median. Sirip ini terdiri dari:

Sirip dorsal atau sirip punggung (pinnal dorsalis); terdapat pada


sepanjang garis medio dorsal.

Sirip anal (pinna analis); terdapat diantara anus dan ekor.

Sirip ekor (pinna kaudalis); terdapat pada ujung ekor.

Fungsi sirip dorsal dan sirip anal adalah menjaga agar posisi tubuh tidak
terbalik atau oleng ketika berenang, sedangkan sirip ekor berfungsi sebagai
kemudi.
Terdapat 4 tipe sirip ekor, yaitu:

Tipe protoserkal; kolumna vertebralis bagian dorosal dan ventral terbagi


hampir sama, ujung ekor membulat dan biasanya terdapat pada
siklostomata dewasa.

Tipe difiserkal; kolumna vertebralis lurus ke ujung ekor. Ekor terbagi


simetris dari luar maupun dalam, ujung ekor meruncing, dan biasanya
terdapat pada ikan paru-paru.

Tipe heteroserkal; kolumna vertebralis ke ekor agak membelok


kebagian dorsal, sehingga ekor terbagi asimetris baik dari dalam
maupun luar, dan biasanya terdapat pada Selachei dan Ganoidae.

Tipe homoserkal; kolumna vertebralis berhenti pada pangkal ekor. Ekor


terbagi simetris dari luar, asimetris dari dalam, dan biasanya terdapat
pada ikan berangka tulang.

Tipe sirip ekor pada ikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Ga
mbar 2.1 Tipe Sirip Ekor
Sumber: (Tenzer, dkk, tanpa tahun)

2. Sirip berpasangan terdiri dari:

Sirip dada (pinnae torakales/pektorales).

Sirip pelvis atau sirip perut (pinnae abdominales). Sirip ini tidak
dimiliki oleh belut.

Sirip berpasangan juga berfungsi sebagai penyeimbang tubuh.


Berdasarkan letaknya rangka ikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:

tulang tengkorak

tulang punggung

tulang rusuk

tulang penyokong insang, disebut rangka visceral

tulang penyokong sirip, disebut rangka appendicular

tulang-tulang penutup insang; terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:


o Operculum
o sub operculum di bawah
o pre operculum di depan
o interculum diantara

Struktur rangka pisces/ikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Kerangka Ikan


Sumber: upp-rohul.clubdiscussion.com
2.2 Sistem Rangka Amfibi (Katak)
2.2.1 Struktur Histologis

Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian yang
lunak. Pada fase berudu tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada fase
dewasa. Pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan
yang licin (Ahmad, 2013).
Pada katak, tulang yang panjang dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu bagian
atas pada bagian central yang disebut diaphyse dan kedua ujung yang disebut
epiphyse. Pada diaphyse dan epiphyse terdapat hubungan yang tidak teratur dan
terkunci oleh sutura. Sutura tersebut masih berupa tulang rawan yang masih dapat
tubuh terus, sedangkan pada burung dan sebagian besar mammalia, masingmasing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu sehingga pertumbuhan tidak
terjadi (Ahmad, 2013).

2.2.2 Struktur Anatomi


Skeleton pada katak/amfibi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skeleton aksial: tempurung kepala, vertebrae, dan sternum.
b. Skeleton apendikular : kaki.
Tempurung kepala yang besar dan pipih terdiri atas:
a. cranium yang sempit,
b. beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengaran dan
kapsula yang besar untuk mata, dan
c. tulang-tulang rahang yang terdiri dari os hyoid dan tulang rahang dari larynx
(skeleton viseral).
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional.
Tengkorak amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila (rahang atas),
nasal (tulang hidung), frontal, parietal, dan skuamosa. Tidak ada langit-langit atau
palatum sekunder pada amfibi. Akibatnya, neres internal lebih maju di dalam
langit-langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang dermal yang
dinamakan parasfenoid. Gigi amfibi terletak pada premaksila, maksila, palatine,
vomer, parasfenoid, dan tulang dental (Ahmad, 2013).
Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada
rahang bawah mereduksi. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi

bervariasi dari 10 ruas pada Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak
bersendi dengan tulang tengkuk, jumlah vertedrata kaudalnya bervariasi (Ahmad,
2013).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai
sternum (tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga
hanya pendek dan kurang berkembang sehingga tidak berhubungan dengan
sternum seperti yang terjadi pada reptil, burung, atau mamalia (Ahmad, 2013).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari
(digiti) kaki pada kaki depan dan 5 jari pada jari belakang. Jumlah digiti pada
amfibi mungkin ada yang berkurang 2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti
pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia. Tungkai
biasanya tidak mempunyai kuku, tetapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.
Tulang

punggung

bersambung

dengan

kepala

dan

ekstrimitas berfungsi

menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan
urostyle. Masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel.
Tiap-tiap vertebrae terdiri dari centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas
(archus neuralis) sebagai tempat semsum. Sebelah atasnya terdapat cuatan
neuralis yang terdapat pada sepasang processus articularis yang membuat
vertebrae sedikit bergerak (Ahmad, 2013). Namun, beberapa amfibi memliki
tulang tempurung kepala bersenyawa yang tidak dapat digerak-gerakkan (Ahmad,
2013).
Struktur rangka katak dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.3 Sistem Rangka Katak


2.3 Sistem Rangka Reptil (Kadal)
2.2.1 Struktur Histologis
Sistem rangka pada kadal kebun dapat di bedakan menjadi dua bagian
yaitu endoskeleton dan ensoskeleton (Puspita, 2013).
a. Eksoskeleton; berasal dari epidermis, berupa sisik (squama) menanduk
yang menyelubungi permukaan tubuhnya dan posisi seperti sususnan
genting. Bentuk squama kadal berbeda antara bagian kepala, badan, ekor.
b. Endoskeleton; terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular. Sekeleton
aksial terdiri tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk.
Vertebrae ekor pada kadal tidak menulang secara sempurna, ekor mudah
putus, tetapi dapat mengalami regenerasi. Kolumna vertebralis kadal terbagi
menjadi servikal, torax, lumbar, sakral, dan kaudal. Pada kadal juga terdapat
tulang rusuk yang bebas. Sebagian tulang-tulang reptil terdiri atas kartilago.
(Puspita, 2013).
2.2.2 Struktur Anatomi
Tubuh kadal kebun terdiri dari tiga bagian yaitu: caput (kepala), serviks
(leher), truncus (badan), dan kaudal (ekor). Bagian caput berbentuk seperti
pyramid dan bila dibandingkan dengan tubuhnya, ukurannya relatif kecil.
Mulutnya berbentuk celah melebar. Terdapat sepasang mata yang terletak pada

bagian dorsolateral. Masing-masing mata memiliki dua pelupuk yang dapat


digerakkan dan terdapat membran niktitans yang transparans (terletak pada ujung
anterior mata). Membran ini berfungsi untuk membersihkan kornea pada saat
diperlukan. Pada bagian sisi lateral terdapat celah dangkal berbentuk oval yang
merupakan lubang telinga luar (Puspita, 2013).
1. Caput
Caput adalah bagian tubuh pada daerah anterior. Bagian-bagian dari caput
adalah sebagai berikut.
1. Rima oris terletak diantara anterior caput
2. Labium superior dan inverior
3. Organon visus, yang dilengkapi dengan adanya palpebra superior dan
inferior yang keduanya dapat digerakkan. Disamping itu dijumpai pula
adanya membrane melintang disudut anterior orbita.
4. Sepasang nares anterior yang terletak diujung depan maksila.
5. Porus acusticus eksternum, terletak dibelakang mata.
2. Truncus
Truncus berbentuk memanjang yang ditutup oleh squama (sisik) yang
berbentuk heksagonal. Pada truncus juga dijumpai adanya extrimitas (anggota
badan bebas) yang terbagi atas extremitas cranialis (posterior) dan extremitas
anterior. Extremitas ini terbentuk oleh branchium, antribrancium, manus. Pada
bagian extremitas memiliki falcula (jari-jari) yang berjumlah 5 buah dibagian
anterior (poluks, socundus, medium, numulus dan minimus) dan yang berada
dibagian posterior berjumlah 3 falcula (femur, crus, pes) yang memiliki 5 buah
digiti (jari-jari) bervakuola, yang nama jari-jarinya sama dengan extremitas
anterior kecuali pada urutan pertama disebut hallux (Puspita, 2013).
3. Serviks
Serviks atau leher merupakan bagian yang dapat digerakkan. Bagian
serviks panjang dan berlanjut dengan badan, bagian serviks ini hanya ditandai
oleh adanya lekukan saja.
4. Caudal
Caudal berbentuk silindris dengan panjang hampir dua kali panjang badan
ditambahkan dengan panjang kepala. Pada bagian pangkalnya tebal dan makin
meruncing ke arah distal. Pada bagian badan terdapat dua pasang alat gerak yaitu
bagian anterior dan bagaian posterior. Pada bagian ventral terdapat lubang kloaka

yang berbentuk celah melintang. Pada jenis kadal yang ditemukan di India
(Uromastix), terdapat beberapa lubang preanofemoral yang terdapat pada bagian
pangkal alat gerak bagian belakang (Puspita, 2013).
Selain morfologi yang disebutkan di atas, sebagaimana galibnya reptil,
kadal kebun berdarah dingin (itu sebabnya kadal kebun kerap berjemur) dan
mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk.
Beberapa jenis kadal mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin
atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena
kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak
Beberapa spesies kadal kebun tak berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki
struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak ada tungkainya.
(Puspita, 2013).

Struktur rangka reptil dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Kerangka Kadal (Anonim. 2010)


2.4 Sistem Rangka Aves (Burung)
2.4.1 Struktur Histologis
Struktur rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya
pada bagian kolumna vertebralis atau tulang belakang. Vertebra pada burung
(misalnya burung dara) dibagi menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis terakhir
(posterior), vertebra lumbalis, vertebra sakralis dan vertebra kaudalis anterior.
Keempat vertebra tersebut bersatu membentuk sinsakrum (Mutiara, 2011).
Tidak hanya pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi
menjadi lebar dan kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi
untuk perlekatan otot-otot pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk
terbang. Rusuk sterna (rusuk ventral) pada aves tersusun dari jaringan tulang
rawan (Rani, 2012).
Pada aves terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar
gelang pektoral yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang
rawan), meliputi korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari
jaringan ikat), yaitu klavikula. Pada aves yang dapat terbang, kedua klavikula
bersatu dibagian tengah dengan interklavikula, membentuk furkula yang
berbentuk huruf V. Bagian ujung furkula dilekatkan dengan sternum oleh suatu

ligamen. Aves memiliki korakoid sepasang, kokoh, dan bersendian dengan


sternum, sedangkan skapula tersusun sepasang, panjang, dan bersendian dengan
kosta (Mutiara, 2011).
2.4.2

Struktur Anatomi
Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut

sangat ringan, namun cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas,
terbang, dan mendarat. Salah satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang
dalam osifikasi tunggal. Hal ini membuat burung memiliki jumlah tulang yang
sedikit dibanding vertebrata lain yang hidup di darat. Burung juga tidak memiliki
gigi bahkan rahang, namun memiliki paruh yang lebih ringan. Paruh pada anak
burung memiliki "gigi telur" yang digunakan untuk membantu keluar dari
cangkang telur (Mutiara, 2011).
Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang
untuk menambah kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi
antarspesies, meskipun burung yang terbang dengan melayang atau melambung
cenderung memiliki tulang berongga yang lebih banyak. Kantung udara dalam
sistem pernapasan sering membentuk kantung-kantung udara dalam tulang semi
berongga pada kerangka burung. Beberapa burung yang tidak mampu terbang
seperti penguin atau burung unta hanya memiliki tulang yang padat, hal ini
membuktikan hubungan antara kemampuan terbang burung dengan adaptasi pada
sistem rongga pada tulang (Rani, 2012).
Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka
aksial yang tersusun atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang),
truncus (badan), dan kosta (tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular
pada aves tersusun atas extremitas (tulang-tulang anggota gerak).
Pada bagian caput terdapat tulang-tulang tengkorak kepala yang terdiri
dari beberapa tulang, yaitu rostum (paruh), cranium (tulang kotak otak), nares
(lubang hidung), dan tulang rongga mata. (Staf dosen Universitas Yogyakarta,
1990). Rostum terdiri dari 2 bagian, yaitu os premaksila (paruh bagian atas yang
langsung berhubungan dengan nares) dan mandibula (paruh bawah). Kranium
terdiri dari os frontal (tengkorak bagian atas), os parietal, dan os oksipital.
Tengkorak burung normal biasanya beratnya sekitar 1% dari berat badan

keseluruhan burung. Mata burung menempati sebagian besar tengkorak dan


dikelilingi oleh cincin mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi mata.
Sistem tulang belakang (kolumna vertebralis) aves dapat dibagi menjadi 5
bagian, yaitu vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (bagian badan),
synsacrum (menyatu pada tulang punggung, juga menyatu pada pinggul), vertebra
kaudalis (ekor), dan pygostyle (ujung ekor). Ruas pertama pada vertebra servikalis
disebut tulang atlas, sedangkan ruas kedua disebut tulang aksis. Burung memiliki
tulang leher (bagian collum/cervix) yang lebih banyak dibanding binatang
lainnya. Kebanyakan burung memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang
terdiri dari 13 - 25 tulang.
Pada bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum
anterior/ cinglum pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang frucula
(tulang garpu), korakoid (tulang leher), dan skapula (tulang belikat). Ketiga tulang
tersebut bersama-sama membentuk pektoral korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang
rusuk, yang bertemu di tulang dada (Hasan, 2012). Frucula

berfungsi

sebagai

penopang otot pada saat terbang, atau serupa pada penguin untuk menopang otot
pada saat berenang. Adaptasi ini tidak dimiliki oleh burung yang tidak bisa
terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung perenang memiliki tulang
dada yang lebar, burung yang berjalan memiliki tulang dada yang panjang atau
tinggi, sementara burung yang terbang memiliki tulang dada yang panjang dan
tingginya mendekati sama (Mutiara, 2011).
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan
tulang yang membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan
saling bertumpang tindih. Fitur ini juga ditemukan pada Sphenodon. Sphenodon
juga memiliki tulang panggul tetradiate yang memanjang seperti pada beberapa
reptil. Sphenodon memiliki tengkorak diapsid seperti pada reptil dengan lekukan
air mata. Tengkoraknya memiliki oksipital kondilus tunggal (Hasan, 2012).
Pada bagian kosta (tulang-tulang iga) terdapat kosta servikalis yang
melekat pada vertebra servikalis dan kosta torakalis yang melekat pada vertebra
torakalis (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
Extremitas anterior pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari
skapula (tulang belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan
atas). Humerus bergabung dengan radius (tulang pengumpil) dan ulna (tulang

hasta) untuk membentuk siku. Tulang-tulang karpal dan metakarpal membentuk


karpometakarpus (Rani, 2012).
Pinggul aves terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang utama: Illium
(atas pinggul), iskhium (bagian posterior), dan pubis (bagian anterior). Ketiga
tulang ini menyatu menjadi satu membentuk tulang innominate. Tulang
innominate merupakan evolusi yang signifikan yang memungkinkan burung untuk
bertelur. tulang innominate bertemu di acetabulum (soket pinggul) dan
mengartikulasikan dengan femur (tulang paha), yang merupakan tulang pertama
dari kaki belakang (Hasan, 2012).
Extremitas posterior aves berupa kaki. Bagian atas terdiri dari os femur
(tulang paha). Pada sendi lutut (patella), femur menghubungkan ke tibiotarsus
(tulang tibia yang bersatu dengan bagian proksimal dari tulang tarsal) dan fibula
(sisi tungkai bawah). Tarsometatarsus
(persatuan antara tulang-tulang tarsal
bagian

distal

dengan

metatarsal)

membentuk bagian atas kaki aves,


serta jari (digiti) yang membentuk
kaki. Tulang kaki burung merupakan
tulang yang paling berat, berkontribusi
pada rendahnya titik berat burung. Hal
ini membantu dalam penerbangan.
Sebuah kerangka burung terdiri dari
hanya sekitar 5% dari total berat badan
burung (Rani, 2012).
Struktur rangka Aves dapat
dilihat pada gambar 2.5 di
samping.
Gambar 2.5 Kerangka Burung Merpati (Anonim, 2010)

Keterangan Gambar 2.5.


1. Kranium

10. Tibiotarsus

19. Skapula

2. Servikal vertebralis

11. Fibia

20. Lumbar vertebrae

3. Frucula

12. Femus

21. Humerus

4. Korakoid

13. Iskhium

22. Ulna

5. Sternum

14. Pubis

23. Radius

6. Keel

15. Illium

24. Karpus

7. Patela

16. Vertebral kaudalis 25. Metakarpus

8. Tarsometatarsus

17. Pygostyle

9. Digiti

18. Synsacrum

26. Digiti
27. Alula

Selain itu, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl,


heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki
burung yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk
seperti ini banyak ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali,
dan falkon.
Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni bentuk kaki yang
menyerupai anisodactyl namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan
menyatu seperti yang terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan
karakteristik burung dari ordo Coraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani , kuku) adalah bentuk kaki burung,
dengan dua jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap
ke belakang (jari 1 dan 4). Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesies
arboreal, terutama spesies yang naik batang pohon atau memanjat melalui
dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl dapat dijumpai pada burung bayan, burung
pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran, zygodactyl telah
ditemukan dari peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal jaman kapur), 50 juta
tahun sebelum fosil zygodactyl pertama kali di identifikasikan (Mutiara, 2011).
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada
heterodactyl jari 3 dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke
belakang. Bentuk kaki seperti ini hanya ditemukan pada trogon, sedangkan
pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana keempat jari dapat menghadap ke

depan, atau burung dapat memutar kedua jari belakang. Bentuk kaki seperti ini
merupakan karakteristik dari burung walet (Hasan, 2012).
Berikut ini gambar berbagai jenis kaki pada burung.

Gambar 2.6 Jenis kaki Aves (Anonim, 2010)


2.5 Sistem Rangka Mamalia
2.5.1 Struktur Histologis
Tulang tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari
itu. Meskipun berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia
lebih kuat dan lebih padat. Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak
(kranium) dan tulang-tulang wajah.
Kolumna vertebralis (tulang belakang) dari kebanyakan vertebrata
tersusun atas serangkaian vertebra bertulang atau bertulang rawan yang
memanjang dari bawah kepala sampai ujung ekor. Masing-masing ruas tulang
belakang (vertebra) terdiri atas tiga bagian utama, yaitu badan vertebra (sentrum),
lengkung neural (arkus neuralis) dan taju neural (spina/prosesus neuralis).
Penonjolan vertebra ke arah lateral disebut prosesus transversus/artikularis.
Vertebra-vertebra yang berdekatan selalu bersambungan pada bagian sentrumnya.
Di samping itu vertebra tetrapoda saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan
dari lengkung neural yang disebut zigapofisis (prezigapofisis dan poszigapofisis).
Pada reptilia dan mamalia, kolumna vertebralis dibagi menjadi 5 bagian,
yaitu vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (punggung), vertebra lumbalis
(pinggang), vertebra sakralis (sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor).

Ruas vertebra servikalis pertama disebut tulang atlas, dan ruas yang kedua disebut
tulang aksis.
Strenum berfungsi untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi organorgan visera di dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot pektoral,
dan untuk membantu gerakan pernafasan paru-paru (pada beberapa amniota).
Macam strenum pada mamalia adalah manubrium, korpus sternum (sternebrae),
dan sifisternum (prosesus sifoideus) yang berupa tulang rawan.
Mamalia mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua (bisipital).
Kepala bagian dorsal disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari vertebra.
Kelapa bagian ventral disebut kapitulum, melekat pada parapofisis dari vertebra.
2.5.2

Struktur Anatomi
Struktur anatomi mamalia (marmot Cavia cobaya) terdiri dari 4 bagian

utama, yaitu caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas
(anggota gerak).
1. Kepala (caput).
Pada bagian caput terdapat rima oris (celah mulut) yang dibatasi oleh
labium (bibir) yang terdiri dari labium superior (bibir atas) dan labium inferior
(bibir bawah). Di atas mulut terdapat nares anteriores (lubang hidung luar) atau
nares yang merupakan dua celah condong. Organon visus (mata) dilindungi oleh
kelopak mata atas (pelpebrae superior atau frontalis) dan kelopak mata bawah
(palpebrae inferior). Di sekitar moncong dan mata terdapat vibrissae berupa
rambut-rambut kasar dan panjang. Umumnya memiliki rambut halus, membrane
nictitans pindah di sudut dekat hidung dari biji mata atau sering sudah disebut
pilica seminularis. Di belakang organon visus terdapat pinna auricularis (daun
telinga) sebagai corong dari porus acusticus externa (lubang telinga luar) yang
selanjutnya ke alat pendengar (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
2. Leher (servix)
3. Badan (truncus)
Bagian truncus terdiri atas thorox (dada), dorsum (punggung), abdomen
(perut), glutea (pantat), perineum (daerah antara kelamin luar dan anus), dan
cauda yaitu bagian ekor (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990).
4. Anggota gerak (Extremitas).

Cavia memiliki anggota gerak depan (extremitas anterior atau cranialis)


yang berjari empat dan anggota gerak belakang (extremitas posterior atau
caudalis) yang berjari empat (Raharjo, 2009). Tulang pada bagian extremitas
anterior marmot sama dengan tulang pada bagian extremitas superior pada
manusia, sedangkan tulang pada bagian extremitas posterior marmot sama dengan
extremitas inferior pada manusia.
Extremitas cranialis marmot terdiri dari:
Brachium (lengan atas) berupa os humerus.
Antibracium (lengan bawah) berupa os radius dan os ulna.
Manus (tangan) berupa digiti yang berupa ossa karpal (tulang pergelangan
tangan), ossa metakarpal (tulang telapak tangan) dan phalangus (ruas jari

jari).
Cingulum pelvicus berupa tulang pinggul yang menempel secara kokoh ada
sacrum dan masing-masing setengah tulang pinggul itu terdiri atas: os
iskhium (sebelah posterior) dan os pubis (sebelah ventral). Pertemuan ketiga
tulang itu membentuk manglokan yang terkenal sebagai anterior dorsalis

bersatu secara senyawa, disebelah ventral dibagian vertebrae.


Extremitas caudalis terdiri dari:
Femur sebagai tungkai atas.
Crus sebagai tungkai bawah terdiri atas tulang tibia dan fibula.
Pes (kaki) terdiri atas ossa tersalia (tulang pergelangan tangan), ossa
metacarpalia (telapak kaki) dan phalangus (ruas jari-jari). Jari ada yang
berfucula (cakar) dan berunggula (telacak) (Raharjo, 2009).

Struktur rangka mamalia dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.7 Kerangka Kelinci (Anonim, 2012)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara histologis, rangka pisces (ikan) ada yang terbentuk dari satu tulang
rawan yang disebut chondrocranium dan dilengkapi branchiocranium beserta
derivate-derivatnya, misalnya pada bagian tengkorak ikan Elasmobranch dan
pada tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua bagian yaitu
neurocranium dan branchiocranium. Sedangkan secara anatomi, rangka pisces
tersusun atas 3 bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan ekor.
2. Secara histologis, rangka amfibi (katak) tersusun atas endoskeleton yang
disokong oleh bagian yang lunak. Tulang yang panjang dibedakan atas bagian
central yang disebut diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse.
Sedangkan secara anatomi, rangka katak dibagi menjadi 2, yaitu skeleton
axiale (terdiri dari tempurung kepala, vertebra, dan sternum) dan skeleton
appendiculare (contohnya pada kaki).
3. Secara histologis, rangka reptil (kadal) tersusun atas eksoskeleton (berasal dari
epidermis, berupa sisik menanduk) dan endoskeleton (terdiri dari sekeleton
aksial dan apendikular). Sedangkan secara anatomi, rangka kadal terbagi
menjadi 4, yaitu caput, truncus, serviks, dan caudal.
4. Secara histologis, rangka aves (burung) tersusun atas jaringan tulang rawan,
jaringan tulang keras dan jaringan ikat. Sedangkan secara anatomi, rangka aves
tersusun 2 bagian, yaitu rangka aksial (terdiri dari caput, lolumna vertebralis,
truncus, dan kosta) dan rangka apendikular (tersusun atas extremitas).
5. Secara histologis, rangka mamalia umumnya tersusun atas tulang rawan dan
tulang-tulang pengganti tulang rawan (tulang keras). Sedangkan secara
anatomi, rangka mamalia (marmot Cavia cobaya) terdiri dari 4 bagian
utama, yaitu caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas
(anggota gerak).

22

3.2 Saran
Dari pembahasan di atas, penulis ingin memberikan saran kepada pembaca
khusunya pada mahasiswa biologi untuk bisa memahami sistem rangka ini dengan
baik karena sangat penting untuk mempelajari morfologi hewan.

DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, Reza. 2013. Sistem Rangka Kadal. (Online), diakses pada 25 Januari
2015 dari:
http://ibanez-powell.blogspot.com/2013/10/makalah-tentang-vertebratakadal-biologi.html
Anonim. 2010. Anatomi Vertebrata (Online). Diakses dari:
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/anatomi-vertebrata.html
Anonim. 2012. Morfologi dan Anatomi Kelinci (Online). Diakses dari :
http://saruedisimamorae.blogspot.com/2012/09/morfologi-dan-anatomikelinci.html
Hasan, Muhammad. 2012. Zoologi Vertebrata (Online). Diakses dari:
https://muhammadhasan811.wordpress.com/2012/05/29/zoologivertebrata/
Mutiara, Dian. 2011. Zoologi Vertebrata (Online). Diakses dari:
https://www.academia.edu/8837867/Zoologi_Vertebrata
Puspita,
Rena.
2013.
Sistem
Rangka
Amphibi.(Online),
http://rhenapuspita49.blogspot.com/2013/05/class-amphibi.html, diakses
pada 25 Januari 2015
Raharjo, Galih Aditya. 2009. Anatomi Marmot (Cavia porcellus). Purwokrto.
Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Jenderal Soedirman.
Rani. 2012. Anatomi Rangka Vertebrata (Online). Diakses dari:
http://ranietariga.blogspot.com/2012/03/anatomi-rangka-vertebrata.html
Staf Dosen/Asisten Zoologi Dasar/Anatomi Hewan. 1990. Diktat Asistensi
Anatomi Hewan-Zoologi. Yogyakarta. Laboratorium Anatomi Hewan,
Jurusan Zoologi, Fakultas Biologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia
Ery Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. 2014. Hand Out
Struktur Perkembangan Hewan I (NBIO606). Malang: Universitas Negeri
Malang.
Tenzer, Amy, Umie Lestari, Nursasi Handayani, Abdul Gofur, Masjhudi, Sofia
Ery Rahayu, Nuning Wulandari, Siti Imroatul Maslikah. Tanpa tahun.
Struktur Perkembangan Hewan I (SPH 1) (Bagian 1). Malang: Universitas
Negeri Malang.
Ville, A. Claude, Warren F. Walker, Robert D. Barnes. 1999. Zoologi Umum
(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

24

You might also like