You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri diluar uterus, belum snggup diartikan apabila fetus itu beratnya
terletak antara 400-1000gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Eastman dalam (Mochtar,2002) Menurut Mochtar (2002) aborsi adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelumjanin dapat hidup diluar kandungan.Menurut
Brunner&Suddarth(2001) aborsi adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran
produk konsepsi sebelum janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu hidup
setelah lima sampai enam bulan masa gestasi
1.

Epidemiologi

Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 1015%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita
mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama
beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap
tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan
2.

Etiologi

Factor factor yang menyababkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor
ibu, dan factor bapak.
a)

Kelainan ovum

Menurut HERTIG dkk dalam Mochtar 2002 pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus
spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum (50-80%).
b)

Kelainan genitalia ibu

Misalnya pada ibu yang menderita :

Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis dll)

Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata


Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, mioma
submukosa

Uterus terllu cepat teregang (kehamilan danda, mola)

Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.

c)

Gangguan sirkulasi plasenta

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia


gradivarum, anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues.
d)

Penyakit penyakit ibu

Misalnya pada

Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, typoid,


pielitis, rubeola, demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan
karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.

Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alcohol, dll

Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.

Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan


vitamin A, C, atau E, diabetes militus.
e)

Antagonis Rhesus

Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia
pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
f)

Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Misalnya terkejut, ketakutan, laparatomi, trauma langsung terhadap fetus : selaput


janin rusak langsung karena instrument, benda, dan obat obatan.
g)

Penyakit bapak

Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasis kordis, malnutrisi,
nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen, avitaminosis
3.

Patofisiologi

Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringa sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap bendaasing mak uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada

kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili


korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan paa kehamilan 8-14
minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi pendarahan. Pada kehamilan lebih dari 14
minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar
dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus
kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

4.

Pathway

Kelainan ovum
Ibu
Gangguan sirkulasi

- kelainan genetalia Ibu


- penyakit-penyakit Ibu

- perangsangan pada
- antagonis Rhesus

Penyakit Bapak

Terlepasnya jaringan placenta


Deficit volume cairan
sirkulasi menurun

Perdarahan

nadi cepat,
TD menurun,

Janin kekurangan Oksigenros

pucat

Cemas
Lemah
Nekrosis jaringan
Gangguan aktivitas

Hasil konsepsi terlepas

perdarahan pervaginam

Uterus berkontraksi

vulva lembab

Resiko infeksi
Mulas/keram perut
Di daerah atas simfisis,
Gangguan rasa nyaman nyeri
Sering nyeri pinggang

5.

Klasifikasi

Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu :


a. Abortus spontaneous Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktorfaktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus
spontaneus meliputi :
1) Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila
terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali
muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama
beberapa minggu.
2) Abortus insipiens :
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual
perdarahan bertambah. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.
3) Abortus kompletus :

Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
4) Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar
dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.

5) Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian
Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan
missed abortion.
6) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
7)

Abortus lnkompletus

Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada
abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.

b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat )


Yaitu: menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Abortus ini terbagi menjadi dua yaitu :

1.
Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua
sampai tiga tim dokter ahli
2.
Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

6.

Tanda dan Gejala

a.

Secara umum

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,


tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat

Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil


konsepsi

Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi :

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri.
b.

Tanda dan gejala pada abortus Imminen :

1) Terdapat keterlambatan datang bulan


2) Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules

3) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim
4) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
c. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
1.

Perdarahan lebih banyak

2.

Perut mules atau sakit lebih hebat

3.
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
d. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
1.

Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis

2.

Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat

3.

Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi

4.

Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)

e. Tanda dan gejala abortus Kompletus :


1.

Uterus telah mengecil

2.

Perdarahan sedikit

3.

Canalis servikalis telah tertutup

f. Tanda dan gejala Missed Abortion :


1.
Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban
dan maserasi janin
2.
7.

Buah dada mengecil kembali


Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik, meliputi :

a)
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal
yang diinspeksi antara lain :

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi


terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,

Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b)

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat


kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.Suhu
badan normal atau meningkat

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan


posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.Denyut nadi normal atau
cepat dan kecil

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri


yang abnormal
c)
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan
yang ada dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya


refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak
d)
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk
bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
Tekanan darah normal atau menurun (Johnson & Taylor, 2005 : 39)

8.

Pemeriksaan Diagnostik

Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus


Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.

9.

Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

Komplikasi
Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi

Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah

10. Therapy
a.
b.

Therapy abortus kompletus : Hanya dengan uteronika


Therapy abortus inkompletus :

jika syok : dengan pemberian cairan dan tranfusi darah


berikan obat uteronika dan antibiotik
c.
Therapy abortus insipiens : therapy sama dengan therapy abortus
inkompletus
d.

Missed abortion : dilatasi, kurete, berikan obat antibiotic dan tonika

e.
Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)
11. Penatalaksanaan
a.

Penanganan abortus imminens meliputi :

Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam


pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan berkurangnya rangsang mekanik.

Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat


progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti
efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

b.

Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.


Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c.

Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu,


evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti,
beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d.

Penganan abortus kompletus

Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya


apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau
jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
e.

Penanganan abortus servialis

Penganan terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f.

Penanganan missed abortion

Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak
jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin
yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.

A.
1.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pengkajian

menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi


klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b.
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c.

Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary ,
penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
l. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada


permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan
yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
m. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
n.

Data lain-lain :

Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.

Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola


komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme
koping yang digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien

Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2.

Diagnose Keperawatan

a.

Devisit Volume Cairan s.d perdarahan

b.

Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c.

Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri

d.

Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e.

3.
a.

Cemas s.d kurang pengetahuan

Rencana Tindakan
Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan

Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
b.

Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan
masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ


reproduksi
3) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4) Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak
sangat diperlukan
5) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rasional : Menilai kondisi umum klien
c.

Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun
dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian
analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d.

Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi

2) Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan


Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4) Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan
infeksi.
5) Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa
perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
e.

Cemas s.d kurang pengetahuan

Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan

5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.

4.

a.

Evaluasi

Kebutuhan cairan tercukupi

b.

Dapat melakukan aktivitas

c.

Nyeri dapat terkontrol

d.

Infeksi tidak terjadi

e.

Tidak terjadi cemas

You might also like