Professional Documents
Culture Documents
Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri diluar uterus, belum snggup diartikan apabila fetus itu beratnya
terletak antara 400-1000gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
Eastman dalam (Mochtar,2002) Menurut Mochtar (2002) aborsi adalah pengeluaran
hasil konsepsi sebelumjanin dapat hidup diluar kandungan.Menurut
Brunner&Suddarth(2001) aborsi adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran
produk konsepsi sebelum janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu hidup
setelah lima sampai enam bulan masa gestasi
1.
Epidemiologi
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 1015%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita
mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama
beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap
tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan
2.
Etiologi
Factor factor yang menyababkan kematian fetus adalah factor ovum sendiri, factor
ibu, dan factor bapak.
a)
Kelainan ovum
Menurut HERTIG dkk dalam Mochtar 2002 pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari 1000 abortus
spontan, maka 48,9 % disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2% disebabkan
oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta yang abnormal.
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum (50-80%).
b)
Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen, endometritis, mioma
submukosa
c)
Misalnya pada
Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.
Antagonis Rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga terjadi anemia
pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
f)
Penyakit bapak
Umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi, dekompensasis kordis, malnutrisi,
nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen, avitaminosis
3.
Patofisiologi
Pada permulaan, terjadinya perdarahan pada desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringa sekitarnya, kmudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap bendaasing mak uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
4.
Pathway
Kelainan ovum
Ibu
Gangguan sirkulasi
- perangsangan pada
- antagonis Rhesus
Penyakit Bapak
Perdarahan
nadi cepat,
TD menurun,
pucat
Cemas
Lemah
Nekrosis jaringan
Gangguan aktivitas
perdarahan pervaginam
Uterus berkontraksi
vulva lembab
Resiko infeksi
Mulas/keram perut
Di daerah atas simfisis,
Gangguan rasa nyaman nyeri
Sering nyeri pinggang
5.
Klasifikasi
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
4) Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis
servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding
menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri
eksternum teraba jaringan. Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar
dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
5) Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin
yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed
abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian
Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan
missed abortion.
6) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
berakhir sebelum 28 minggu
7)
Abortus lnkompletus
1.
Abortus medisinalis (abortus therepeutika) adalah abortus karena tindakan
kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa
ibu ( berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua
sampai tiga tim dokter ahli
2.
Abortus kriminalis adal abortus yang terjadi oleh karena tindakan tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
6.
a.
Secara umum
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
Pemeriksaan ginekologi :
Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas
tidak menonjol dan tidak nyeri.
b.
3) Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim
4) Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, dan kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot rahim
5) Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
c. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
1.
2.
3.
Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba
d. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
1.
2.
3.
4.
2.
Perdarahan sedikit
3.
a)
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung. Hal
yang diinspeksi antara lain :
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
8.
Pemeriksaan Diagnostik
Tes Kehamilan : Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus
Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
9.
Komplikasi
Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
10. Therapy
a.
b.
e.
Therapy abortus habitualis : therapy operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerclage)
11. Penatalaksanaan
a.
b.
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c.
d.
Penganan terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f.
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi
perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak
jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin
yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
A.
1.
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary ,
penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
l. Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di
RS.
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan
kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2.
Diagnose Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
Rencana Tindakan
Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Intervensi :
1) Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2) Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
3) Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4) Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
b.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan
masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun
dsekripsi.
2) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3) Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian
analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1) Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit
3) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4) Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan
5) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
4.
a.
Evaluasi
b.
c.
d.
e.