You are on page 1of 14

Kasus 2-Asuhan Keperawatan Lansia

Tindo Esa Sari-220110120044


Perawat I adalah perawat yang bertugas di Panti Werdha X. hari ini ada ibu F yang diantar
oleh depsos kota. Perawat I melakukan pengkajian pada ibu F. Dari KTP yang ada pada
kantongnya, Ibu F berasal dari desa yang sangat jauh dari kota. Usia ibu F 65 tahun. Hasil
pengkajian dari Ibu F adalah TD 180/100, KATZ index B, Barthel Index ketergantungan
sebagian, fungsi mental MMSE kerusakan berat, fungsi intelektual dari tes SPSMQ
mengalami kerusakan berat, resiko jatuh sedang. Dari hasil pengkajian fisik ada luka pada
kaki kiri ibu F. Kalau tidak ditanya ibu F diam saja, ibu F terlihat murung, saat ditanya masih
sedih karena suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu. Perawat I akan membuat
perencanaan agar ibu F dapat merasakan healthy aging dan active aging di panti werdha E
sesuai dengan kebutuhan dasar manusianya dan terhindar dari demensia.

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia.
Menurut Undang- Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 pasal 19 ayat 1 Manusia
usia lanjut (Growing Old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk
kesehatan.
Lanjut usia adalah seseorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih,
baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi
mampu berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial) (Depkes RI. 2001).
Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko mengalami
gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok tersebut adalah
meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada lansia merupakan respons
tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan
munculnya gangguan fisiologis, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial
(Palestin, 2006).
Demensia merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada lansia sebagai efek dari
perubahan fisiologis yang berupa kemunduran kognitif. Perubahan khas pada demensia terjadi
pada kognisi, memori, bahasa, kemampuan, visuospasial, dan gangguan perilaku serta
pemenuhan kebutuhan lainnya (Yosep, 2009). Lansia yang mengalami demensia dilaporkan juga
memiliki defisit aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan aktivitas instrumen kehidupan seharihari (AIKS) (Palestin, 2006).

Teori-teori Proses Menua (Darmodjo 1999)


a) Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesssies tertentu. Tiap spesies
didalam inti selnya mempunyai jam genetic yang telah diputar menurut replikasi tertentu. Jam ini
akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi menurut konsep
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit akhir.

b) Mutasi Somatic (Teory Error Catastrope).


Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur
sebaliknya untuk menghindari terkenanya radiasi atau tercemar zat kimia yang bersifat
karsinogenik atau toksik dapat memperpanjang umur.
Menurut teori ini terjadi mutasi yang progresif pada DNA sel somatic akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
c) Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition).
Jika mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel maka hal ini
dapat menyebabkan system imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan sel tersebut
sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar peristiwa
autoimun.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas atau kelompok atom
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
menyebabkan se-sel tidak bisa regenerasi.
e) Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada tahun 1935 Mc. Kay et.al memperlihatkan bahwa pengurangan intake kalori pada rodentia
muda akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur karena penurunan jumlah kalori
tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penuaan (Pujiastuti 2003)
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam mengidentifikasi
penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis (fisiological Aging), di harapkan mereka
tua dalam keadaan sehat (healthy aging). Ada faktor-faktor resiko yang mempengaruhi penuaan
seseorang, yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor endogen yaitu faktor bawaan (faktor keturunan) yang berbeda pada setiap individu. Faktor
inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap ondividu, dapat lebih cepat atau
lebih lambat.
Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia.
Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah
tersinggung, cepat kecewa dan sebagainya, akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi.
Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagai penyakit.
b. Faktor Eksogen
Faktor eksogen yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faktor lingkungan,
sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan
maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh luas dalam menangkal
proses penuaan (Puji Astuti, 2003).
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Persepsi kesehatan dapat menentukan kualitas hidup. Konsep lansia tentang kesehatan umumnya
tergantung pada persepsi pribadi terhadap kemampuan fungsional. Karena itu lansia yang terlibat

dalam aktivitas kehidupan sehari hari biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan mereka
yang aktivitasnya terbatas karena kerusakan fisik, emosional atau sosial mungkin merasa dirinya
sakit. Perubahan fisiologi bervariasi pada setiap orang tetapi pada kecepatan yang berbeda dan
bergantung keadaan dalam kehidupan (Potter & Perry).
Perubahan Psikososial Pada Lansia
Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantunganpada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau menarik diri
dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab, diantaranya setelah menajalani masa
pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah kematian pasangan hidup dan lain-lain.
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hukum, atau trauma psikis.
Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi
kesehatan
jiwa mereka adalah sebagai berikut:
a. Penurunan Kondisi Fisik
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
c. Perubahan Aspek Psikososial
d. Perubahan yang Berkaitan Dengan
Pekerjaan
e. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
f. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda.
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun
sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang
lain.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan
budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya
cemas, depresi, pikun dsb.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi

makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia
menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarberdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
a. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan
yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
c. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang
tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi
morat-marit.
e. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat
sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
Permasalah psikologis pada lanjut usia cenderung menjadi beban kehidupan yang
menjadi hambatan dalam aktifitas sehari hari dan aktifitas social. Pengkajian dini dan
penanganan yang tepat terhadap permasalahan psikologis ini akan sangat berguna (Keltner
dan Schwecke,1995).

Perubahan Fisik Pada Lansia


1) Sel
a). Lebih sedikit jumlahnya
b). Lebih besar ukurannya
c). Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d). Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.
e). Jumlah sel otak menurun.
f). Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g). Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5 10 %
2. Sistem Persarafan
a) Cepatnya menurun hubungan persarafan
b) Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnys dalam Stres.
c) Mengecilnya saraf panca indra.
d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
rasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e) Kurangnya sensitive terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran

a) resbiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) dengar pada


telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas 50 % terjadi pada usia diatas 65 tahun .
b) Membran timpani menjadi atropi
c) Terjadi pengumpulan cerumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin.
d) Pendengaran menurun pada lansia yang menderita penyakit.
4. Sistem Penglihatan
a) Sfingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c) Kekeruhan pada lensa menjadi katarak, menyebabkan gangguan.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat,
dan susah melihat pada keadaan gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang.
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau
5. Sistem Kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menjadi menebal
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
e) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
a) Tempratur tubuh menurun secara fisiologik, akibat metabolis yang menurun.
b) Keterbatasan refleks meninggi dan tidak dapat memproduksi Panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
7. Sistem Respirasi.
a) Paru paru kehilangan elastisitas ; kapasitas residu meningkat menarik napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
b) Menurunnya aktivitas dari silia.
c) Kemampuan untuk batuk berkurang
8. Sistem Gastrointestinal.
a) Kehilangan gigi
b) Indra pengecap menurun, hilangnya sensitifitas dari pengecap terutama rasa asin
c) Lambung ; sensitifitas lapar menurun Peristaltik menurun dan biasanya timbul konstipasi.
9. Sistem Genitourinari
a) Ginjal
Ginjal merupakan alat mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urin darah yang masuk
disaring oleh satuan unit terkecil yang disebut Nefron, nefron akan mengecil dan menjadi
atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya: kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun, proteinuria (biasanya + 1), nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.

b) Vesika Urinaria : otot menjadi lemah, frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya resistensi urin.
c) Pembesaran prostat.
d) Atrofi Vulva.
10. Sistem Endokrin
a) Produksi hampir semua hormon menurun
b) Menurunnya aktivitas tiroid.
c) Menurunnya produksi aldosteron.
d) Menurunnya sekresi hormon kelamin; estrogen, progesterone dan testeron.
11. Sistem Kulit
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik.
c) Menurunnya respon terhadap trauma.
d) Gangguan pigmentasi kulit.
e) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
f) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vasikularisasi.
g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
h) Kuku menjadi pudar kurang bercahaya.
i) Kelenjar keringat berkurang dan fungsinya.
12. Sistem Muskulosletal
a) Tulang kehilangan densyti ( cairan ) dan makin rapuh.
b) Kifosis.
c) Discus invetebralis menipis dan menjadi pendek.
d) Persendian membesar dan menjadi kaku.
e) Tondon mengerut dan mengalami skelorosis.
f) Atrofi serabut otot, sehingga pergerakan menjadi lambat, tremor
Pengukuran kualitas hidup lanjut usia
a. Kemandirian
Kehilangan fungsi pada usia lanjut merupakan tahap akhir berbagai penyakit yang dialami
usia lanjut. Dampaknya adalah penurunan aktivitas sehari - hari mulai dari bangun pagi, tidur,
mandi, mencuci, berpindah tempat, mengatur keuangan, mengatur diri sendiri yang tidak
segesit pada waktu. muda. Oleh karena itu diperlukan pengkajian secara holistik dan
komprehensif Pengkajian - ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kualitas hidup lansia
sehingga, mampu mempertahankan fungsi yang ada dan memperluas harapan hidup
Pengkajian status fungsional yang sering dipergunakan adalah indeks katz. Indeks ini
memfokuskan diri pada enam aktivitas dasar yaitu :
1. Bathing
2. Dressing
3. Transfering
4. Kontinence
5. Feedings
6. Toileting
Walaupun fokusnya pada enam aspek dasar aktivitas lansia alat ini dapat menentukan tingkat
kemandirian lansia dalam kehidupan sehari - hari. Penentuan. kemandirian fungsional dapat

mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, menumbuhkan perubahan intervensi


yang tepat.
Pengkajian berdasarkan Indeks Barthel adalah penilaian didasarkan pada tingkat bantuan
orang lain dalam meningkatkan aktivitas fungsional. Pengukuran meliputi sepuluh
kemampuan sebagai berikut.

NILAI ADL :
0-20 : ketergantungan penuh
21-61 : ketergantungan berat
62-90 : ketergantungan sedang
91-99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri

b. Status Mental
Kuntjoro (2002) mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan
reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.
Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul gangguan keseimbangan
(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan /kemerosotan (deteriorisasi) yang
progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif,
apatis dsb.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental mencakup penurunan kondisi


fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang
berkaitan dengan pekerjaan, dan perubahan dalam peran sosial di masyarakat.
Salah satu tes mental yang populer adalah tes mini mental yang dikembangkan oleh Folstein
pada tahun 1975. Tes mental mini (TMM) ini merupakan suatu metode untuk menentukan
fungsi mental kognitif baik praktek klinik maupun untuk penelitian ( Jurnal Medika,
September, 2004 Hal 564 ). Instrumen tes mini mental ini terdiri dari 5 pertanyaan yaitu.
1) Orientasi
2) Registrasi
3) Perhatian / kalkulasi
4) Mengingat
5) Bahasa
Nilai kemungkinan yang paling tinggi adalah 30 dan nilai yang kurang dari 21 di Indikasikan
mengalami kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut (Leukenotte, hal
37).
Aktivitas kegiatan lansia, seperti mandi, ke WC, kerja ringan, ke toilet, ke pasar,
membersihkan tempat tidur, tanpa bantuan siapapun. sangat dipengaruhi oleh salah satu.
faktor yaitu " Demensia " ( Nugroho, 2000).
Demensia adalah suatu sindrom yang di karakteristikkan dengan adanya kehilangan
kapasitas intelektual, melibatkan tidak hanya ingatan, namun juga kognitif, bahasa,
kemampuan visiopasial dan kepribadian. Kelima komponen ini tidak selamanya terganggu
semua, namun pada. sebagian kasus kelima komponen ini terganggu dalam derajat yang
bervariasi (Gallo, 1998).
Secara medis gangguan mental kognitif seringkali tidak mampu dikenali oleh secara
profesional dalam dunia kedokteran. Diperkirakan dalam dunia kedokteran 30 %-80% usia
lanjut tidak mampu terdiagnosis oleh Dokter. Tes yang sering dipergunakan. dalam
mendeteksi adanya demensia adalah Tes status mental.
c. Dukungan Sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:
1) Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari
hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini termasuk pada kemampuan dan
kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan
fisik. Tingkatan dimana individu merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang
maupun sedih dengan orang yang dicintai. (WHO, 1998).
2) Dukungan sosial
Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab, dukungan, dan
tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang
individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman, faktanya pada tingkatan mana individu
tergantung pada dukungan di saat sulit (WHO, 1998).
3) Aktivitas seksual
Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana individu dapat
mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat (WHO, 1998).
Masalah yang terjadi pada lansia
a. Permasalah Umum
Setiabudhi (1999) menegaskan kembali bahwa permasalahan secara umum lansia sebagai
berikut

1. Besarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya persentase kenaikan lansia memerlukan
upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatannya.
2. Jumlah lansia miskin semakin banyak
3. Nilai kekerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
4. Rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional yang melayani usia lanjut
5. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
6. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan polusi pada
kehidupan dan penghidupan lansia.
b. Permasalahan Khusus
Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan khusus pada lansia terbagi 2 aspek yaitu:
1) Permasalahan dari Aspek Fisiologis
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan sosial,
ekonomis dan medik. perubahan tersebut akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti
kulit menjadi kering dan berkeriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman
berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi
bungkuk, tulang keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru - paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di
dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi tekanan darah tinggi, otot jantung
bekerja tidak efisien, adanya penurunan fungsi organ reproduksi, terutama pada wanita, otak
menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta seksualitas tidak terlalu
menurun.
2) Permasalahan dari Aspek Psikologis
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Budi Darmojo (1999) beberapa masalah psikologis
lansia antara lain:
a) Kesepian (loneliness), yang dialami lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup,
terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan
pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup
sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang hidup di
lingkungan yang beranggota keluarga yang cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
b) Duka cita (beravement), dimana pada periode duka cita ini merupakan periode yang sangat
rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang lansia,
yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatannya. Adanya perasaan
kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis dan kemudian suatu episode depresi.
Depresi akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.
c) Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan kemampuan
beradaptasi sudah menurun.
d) Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobio, gangguan panik, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsetif-kompulsif. Pada lansia
gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan biasanya berhubungan dengan
sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat atau gejala penghentian
mendadak suatu obat.
e) Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terdapat pada lansia, baik
sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
f) Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada lansia
yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-

barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia biasanya terjadi pada lansia yang
terisolasi atau di isolasi atau menarik diri dari kegiatran sosial.
g) Sindroma Diagnosa, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan
perilaku yang sangat menganggu. Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena sering
lansia ini bermain-main dengan urine dan fesesnya. Lansia sering memupuk barangbarangnya dengan tidak teratur (Jawa: Nyusuh). Kondisi ini walaupun kamar telah
dibersihkan lansia dimandikan bersih namun dapat berulang kembali.
3) Permasalahan dari aspek sosial budaya
Menurut Setiabudhi (1999) permasalahan sosial budaya lansia secara umum yaitu masih
besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai
kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan
dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih
mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki
ciri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan
kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga professional dalam
pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan dan fasilitas khusus bagi lansia
dalam berbagai bidang pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum
membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
Demensia
Menurut International Classification of Diseases 10 ( ICD 10 ). Penurunan memori
yang paling jelas terjadi pada saat belajar informasi baru, meskipun dalam. Pada kasus yang
lebih parah memori tentang informasi yang pernah dipelajari juga mengalami penurun.
Penurunan terjadi pada materi verbal dan non verbal. Penurunan ini juga harus didapatkan
secara objektif dengan mendapatkan informasi dari orang orang yang sering bersamanya,
atau pun dari tes neuropsikologi atau pengukuran status kognitif. Tingkat keparahan
penurunan dinilai sebagai berikut.
Mild, tingkat kehilangan memori yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari,
meskipun tidak begitu parah, tapi tidak dapat hidup mandiri. Fungsi utama yang terkena
adalah sulit untuk mempelajari hal baru.
Moderat, derajat kehilangan memori merupakan hambatan serius untuk hidup
mandiri. Hanya hal hal yang sangat penting yang masih dapat diingat. Informasi baru
disimpan hanya sesekali dan sangat singkat. Individu tidak dapat mengingat informasi dasar
tentang di mana dia tinggal, apa telah dilakukan belakangan ini, atau nama-nama orang yang
akrab.
Severe, derajat kehilangan memori ditandai oleh ketidakmampuan lengkap untuk
menyimpan informasi baru. Hanya beberapa informasi yang dipelajari sebelumnya yang
menetetap. Individu tersebut gagal untuk mengenali bahkan kerabat dekatnya.
Penurunan kemampuan kognitif lain ditandai dengan penurunan penilaian dan
berpikir, seperti perencanaan dan pengorganisasian, dan dalam pengolahan informasi secara
umum.
Pada dementia harus tidak didapatkan delirium. Selain itu, pada demensia terjadi
penurunan pengendalian emosi atau motivasi, atau perubahan perilaku sosial, bermanifestasi
sebagai berikut ( setidaknya ada salah satu ).8
1. Emosi yang labil

2. Lekas marah
3. Apatis
4. Perilaku sosial yang kasar
Healthy Aging dan Active Aging
Active Ageing adalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan
keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman,
maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar. Masa tua bahagia dan berdayaguna tidak
hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal
dengan dimensi wellness. Wellness merupakan suatu pendekatan yang utuh untuk mencapai
menua secara aktif. Lebih jelasnya, konsep keenam dimensi wellness secara utuh mencakup
beberapa hal sebagai berikut:
1. Fisik
Mampu menjaga kesehatan fisik, melalui kebiasaan makan yang baik, olah raga
teratur, perawatan kesehatan serta menggunakan pelayanan kesehatan yang sesuai.
2. Emosional
Mampu mengekspresikan perasaannya dan dapat menerima perasaan orang lain, serta
memandang hidup secara positif; kemampuan untuk membentuk hubungan dengan orang lain
didasarkan pada komitmen bersama, kepercayaan, dan rasa hormat adalah bagian penting dari
kesehatan emosional.
3. Intelektual
Mampu mempertahankan kemampuan intelektualnya melalui pendidikan formal
maupun informal, serta kegiatan kognitif lainnya, misalnya membaca, menulis, dan melukis;
berbagi pengetahuan dan skill dengan orang lain.
4. Sosial berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat; saling ketergantungan
dengan orang lain dan alam; mampu hidup berdampingan secara harmonis dengan sesama
dalam kehidupan sosial.
5. Vokasional
mampu memberdayakan diri dalam berbagai aktivitas, baik sebagai relawan maupun
pekerjaan yang membuahkan penghasilan sehingga memperoleh kepuasan. 6. spiritual
mampu menghargai dan mensyukuri hidup dan kehidupan. Agar pelaksanaan kegiatan
posyandu berjalan efisien dan efektif dibutuhkan: a. organisasi yang tertata baik; b. sumber
daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan; c. tugas dan fungsi yang jelas dari
masing masing petugas posyandu; d. mekanisme kerja yang baik meliputi perencanaan,
pelaksanan, monitoring dan evaluasi.
Healthy Aging
Konsep menua sehat pada hakikatnya sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO
tahun 1982 adalah : Do not put years into life, but life into years, yang berarti usia panjang
tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia serta mandiri sejauh mungkin, dengan
mempunyai kualitas hidup yang baik. Long life without continous usefulness, productivity
and good quality of life is not a blessing.
Tujuan hidup manusia adalah menjadi tua tetap sehat (healthy ageing). Healthy aging
artinya menjadi tua dalam keadaan sehat. Healthy ageing akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor : i) endogenic ageing, yaitu yang dimulai dengan cellular aging, lewat tissue dan
anatomical ageing ke arah proses menuanya organ tubuh, proses ini seperti jarum jam yang
terus berputar; ii) exogenic factor, yang dapat dibagi dalam sebab lingkungan (environment)

di mana seseorang hidup dan faktor sosio budaya yang paling tepat disebut gaya hidup (lifestyle). Faktor exogenic ageing ini, sekarang lebih dikenal dengan sebutan faktor risiko.
Boedhi Darmojo, menggambarkan dalam bentuk di bawah ini.

Selanjutnya menua sehat (healthy ageing) harus diikuti dengan menua-aktif (active
ageing). Menua-aktif adalah suatu proses yang mengoptimalkan kesempatan untuk sehat,
partisipatif dan kesejahteraan dalam tujuan meningkatkan kualitas hidup saat seseorang
menua. Menua aktif ini terjadi baik pada individu maupun sekelompok orang. Kata aktif
menunjukkan peran serta berkelanjutan dalam bidang sosial, ekonomi, kultural, spiritual dan
pemerintahan. Sedangkan kata sehat, merujuk ke masalah kesehatan fisik, mental dan sosial
seperti tercantum di definisi WHO tentang arti sehat.
Sebenarnya menua sehat, ada dalam konsep menua aktif. Menjaga kelangsungan
otonomi dan kemandirian saat seseorang menjadi tua adalah tujuan utama setiap orang.
Istilah menua-aktif (active ageing) diambil dari WHO tahun 1990, yang lebih rinci dari
menua-sehat, untuk mengenali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana proses
penuaan seseorang atau sebuah populasi. Beberapa contoh dari faktor-faktor yang
mempengaruhi proses menua sehat dan aktif disajikan pada
Faktor pelayanan kesehatan dan sosial
Prevalensi yang masih tinggi dari infeksi/ penyakit menular
Masalah malnutrisi
Makin banyak penyakit-penyakit degeneratif
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih kurang Faktor ekonomik
Menurunnya pendapatan
Mungkin tidak memiliki asuransi atau pensiun
Kebalikannya mungkin cukup mampu/ kaya sehingga mengundang risiko obesitas,
dan penyakit-penyakit lain akibat gaya hidup yang kurang baik.
Masalah-masalah lain menyangkut pendidikan seseorang, kepribadian yang sehat dan
berbahagia serta lingkungan yang ramah, mempunyai dampak yang besar untuk menjadi tua
sehat dan aktif. Menurut WHO: biarpun gen mungkin berperan untuk terjadinya penyakit,
tetapi untuk sebagian besar penyakit, faktor external dan lingkungan mempunyai peran yang
lebih besar dibanding genetik dan internal. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan
mencapai proses menua sehat dan aktif ini adalah juga upaya pencegahan untuk
penyakitpenyakit kronik degeneratif yang biasanya diderita populasi lanjut usia.

Pengkajian Lansia
Indeks katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas kehidupan sehari
hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal:
makan,kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan berpakaian. Menurut
Pratiwi S Pongrekuns blog, Index Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan system
penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam melakukan aktifitas
fungsionalnya. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas
rehabilisasi.

Klasifikasi: A : Mandiri, untuk 6 fungsi B : Mandiri, untuk 5 fungsi C : Mandiri,


kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain. D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1
fungsi lain E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain F :
Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi lain G : Tergantung
untuk 6 fungsi.

You might also like