You are on page 1of 16

I.

Konsep Dasar Diare


a. Pengertian
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal atau cair (Hipocrates)
Diare adalah buang air besar yang tida nomral dan cair, dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya (Neonatus > 4 kali dan bayi-anak > 3 kali dalam sehari) (Lab IKA FKUI,
1988).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan,
dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur
lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
b. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan
jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2. Faktor malabrsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
4. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi
dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

c. Manifestasi klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya
timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak
diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala
dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut
jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah
menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan,
diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan
tampak pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).

d. Patofisiologi
Faktor penyebab :
- Infeksi enteral
* Bakteri
* Virus
* Parasit
- Infeksi parenteral

Faktor penyebab :
- Faktor malabsorbsi
- Faktor makanan
- Faktor psikologis
Fecal-oral
GI Tract
Gangguan Villi Usus

OSMOTIK
- Over feeding
- Malabsorbsi
KH bahan
makanan
yang tak
berserat

SEKRESI
- Infeksi interopatogen
- Interotropik
hormon
secreting
faktor

OVERGROWTH
BACTERI

Usus halus
terkontaminasi

ABSORBSI
ABNORMAL

Ion aktif klorida


abnormal

KERUSAKAN
MUKOSA

MOTILITAS
INTESTINAL
ABNORMAL

Inflamatory Bowel
DEsease

- Hipomotility
- Hipermotili -ty
- Short bowel
syndrom

DIARE
DEHIDRASI
Tonisistas
plasma
- Hipotoni
- Isotoni
- HIpertoni

HIPOGLIKEMIA
Derajat
- Ringan
- Sedang
- Berat

- BJ Urine
- Mata
cowong
- Kulit kering/
tidak elastis

GANGGUAN
GIZI

GANGGUAN
SIRKULASI

GANGGUAN
KESEIMBANGAN
ASAMA BASA

Tekanan koloid osmotik


Volume plasma

Persediaan
glikogen
menurun

Intake
menurun

Kadar glukosa
Menurun
- < 40 mg %
(bayi)

Kelemahan,
Aktivitas
menurun

- < 50 mg%
(anak)

Imballance air dan


elektrolit
Syok hipovolumia
- Kerusakan sel
- perfusi ja-ringan
menurun

- <100mg%
(Dewasa)

METABOLIC
ASIDOSIS
- Kehilangan Na-bic
bersama faeces
- Ketosis kelaparan
- Produksi metabolisme berisfat asam
- Perpindahan ion Na
dari ekstra sel ke
intra sel

e. Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)


1. Kehilangan berat badan
a. 2,5 % tidak ada dehidrasi
b. 2,5-5% Dehidrasi ringan
c. 5-10 % dehidrasi sedang
d. > 10% dehidrasi berat
2. Skor Maurice King
Bagian Tubuh
Yang Diperiksa

N I LAI
1

Keadaan Umum

Sehat

Turgor
Mata
UUB
Mulut
Denyut Nadi

Normal
Nomral
Normal
Normal
Kuat
< 120

Gelisah cengeng,
apatis, ngantuk
Sedikit, kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang
(120-140)

Mengigau, koma/syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering, sianosis
Lemah
> 140

KETERANGAN :
Skor :
-

0-2 dehidrasi ringan

3-6 dehidrasi sedang

7-12 Dehidrasi berat


Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup
Untu k kekenyalan kulit :
- 1 detik

: dehidrasi ringan

- 1-2 detik

: dehidrasi sedang

- > 2 detik

: dehidrasi berat

f. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) Ph dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH
dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
g. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
h. Penatalaksanaan medik

1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml


= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa
10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
II. Asuhan Keperawatan
a.

Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare untuk neonatus >
4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam sehari. Status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau
dari pola makan, kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam pengumpulan data melalui
wawancara atau interview. Alamat berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan
orang) ( Lab. FKUI, 1988).

b.

Keluhan utama
Keluhan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa BAB yang
tidak normal/cair lebih banyak dari biasanya (LAN IKA, FKUA, 1984)

c.

Riwayat Penyakit Sekarang

Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah dilakukan. Diare
dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3 kali dalam sehari
dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak. Kualitas, Bab konsistensi, awitan,
badan terasa lemah, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari .
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan aktivitas seharihari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena infeksi atau
faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare berkepanjangan > 7 hari dan Diare
kronis > 14 hari (Lab IKA FKUA, 1984)
d.

Riwayat Penyakit sebelumnya


Infeksi parenteral seperti ISPA, Infeksi Saluran kemih, OMA (Otitis Media Acut)
merupakan faktor predisposisi terjadinya diare (Lab IKA FKUA, 1984)

e.

Riwayat Prenatal, Natal dan Postnatal


1.

Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan semester pertama,
penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang
dapat mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.

2.

Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yangdapat mempengaruhi fungsi
dan maturitas organ vital .

3.

Post Natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau hiperbilirubinemia.
BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti pertumbuhan dan perkembangan
anak pada usia sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan
daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh
infeksi pada tubuh.

F. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang penting karena


setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi yang berbeda, sehingga
pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys disesuaikan dengan pertumbuhan
dan perkembangan (Robert Priharjo, 1995)
G . Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
2. Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang mudah
terkena kuma penyebab diare.
3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain anak
yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat Fecal-oral.
4. Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
H. Pola Fungsi kesehatan
1. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene berpengaruh
terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan samapai jelek dan
dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan dapat dimanifestasikan
tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1tahun/> 1tahun dengan Berat badan <
7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun
dengan BB > 7 kg dapat diberikan makananpadat atau makanan cair.
2. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penangana

lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat
urine.
3. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena
frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
4. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
I. Pemeriksaan Fisik (Robert Priharjo, 1995).
1. Sistem Neurologi,
Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang.
Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali bertemu dengan
klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan atau tidak tampak sakit.
Keadaran diamati komposmentis, apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.
Palpasi, adakah parese, anestesia,
Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Penginderaan
Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,
Inspeksi :
Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum (-), warna dan
distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering, pada neonatus dan bayi ubun-ubun
besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah icterus. Reflek mata dan
pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih
lanjut atau syok hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan asidosis metabolik
sehingga kompensasinya adalah alkalosis respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan
mengambil O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.

Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada kemungkinaninfeksi


parenteal yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)
Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan untuk anak-anak
ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur 2 tahun. Mata, tekanan bola mata
dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis.
3. Sistem Integumen
Subyektif, kulit kering
Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering
Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali dalam 1 detik =
dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan > 2 detik = dehidrasi berat (Lab
IKA FKUI, 1988).
4. Sistem Kardiovaskuler
Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa dingin
Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus cordis (-), adakah
pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.
Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart rate meningkat
karena casodilatasi pemuluh darah, tahanan perifer menurun sehingga cardiac output
meningkat. Kaji frekuensi, irama dan kekuatan nadi.
Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada kausus diare
akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke
arah kiri dari garis midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi, auskulatasi bunyi
jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan lainnya. Kaji tekanan darah.
5. Sistem Pernafasan
Subyektif, sesak atau tidak

Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau subcostal. Kaji


frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi,
stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.
Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti vremitus (-).
Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas vesikuler, intensitas,
nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing untuk mendeteksi adanya penyakit
penyerta seperti broncho pnemonia atau infeksi lainnya.
6. Sistem Pencernaan
Subyektif, Kelaparan, haus
Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari 3 kali dalam
sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur permukaan kulit menurun,
retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.
Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskope), peristaltik
usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1 detik.
Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien tidak membesar
suara tymphani.
Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-). Hepar dan lien
tidak teraba.
7. Sistem Perkemihan
Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya
Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor menutupi labio
minor, pemebsaran scrotum (-), rambut(-). BAK frekuensi, warna dan bau serta cara
pengeluaran kencing spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam
atau sesuai ketentuan.
Palpasi, adakah pemebsaran scrotum,infeksi testis atau femosis.
8.

Sistem Muskuloskletal
Subyektif, lemah
Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian dilanjutkan dengan


pengukuran berat badan dan tinggi badan , kekuatan otot.
Rencana Asuhan Keperawatan
I.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara optimal.
Kriteria :

Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah, haluaran
urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar tidak cekung.

Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN dalam


batas normal.
BGA dalam batas normal

Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)
R/ Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan
pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
R/ Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak mencukupi untuk
mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi
glomerulus membuat haluaran tak adeguat untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari.
R/ Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :

a. Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG, oralit atau
pedyalit 10 cc/kg BB/mencret.
R/ Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan pedyalit mengandung
elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara peroral. Bula menyebarkan
gelombang udara dan mengurangi distensi.
b. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit
(penyakit penyerta).
R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang
intakenya atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line
sebai pengganti cairan yang telah hilang.
5. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
R/ Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit. BUN
untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
R/ Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit untuk
keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi untuk proses absrobsi normal.
Antibiotik

sebagai

antibakteri

berspektrum

luas

untuk

menghambat

endoktoksin.
II.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan diare
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :

Nafsu makan baik

BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5 mg/dalam)


Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang berserat tinggi,
berlemak dan air panas atau dingin)
2. R/ Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran usus.

3. Timbang BB setiap hari


4. R/ Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan peningkatan kebutuhan kalori,
protein dan vitamin.
5. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan bantu sesuai dengan
kebutuhan.
6. R/ Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan menyenangkan.
7. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai dengan kesehatan dan
peningkatan daya tahan tubuh.
8. R/ Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk proses metabolisme dan
katabolisme serta peningkatan daya tahan tubuh terutama dalam keadaan sakit.
Penjelasan yang diterima dapat membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan
apa yang diketahuinya.
9. Kolaborasi :
a.

Dietetik
-

anak , 1 tahun/> 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI


atau formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.
R/ Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose inaktif sehingga
intoleransi laktose.

Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair


dan padat
R/ Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan.

b.

Rehidrasi parenteral (IV line)

R/ Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan sedang yang kurang intakenya
atau dehidrasi berat perlu pemeberian cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan
yang telah hilang.
c.

Supporatif (pemberian vitamin A)

R/ Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama
pada bayi untuk proses pertumbuhan.
III. Risiko injuri kulit (area perianal) berhubungan dengan peningkatan frekuensi diare
Tujuan : Injuri kulit tidak terjadi
Kriteria :

Integritas kulit utuh

Iritasi tidak terjadi

Kulittidak hiperemia,atau iscemia

Kebersihan peranal terjaga dan tetap bersih

Keluarga dapat mendemonstrasikan dan melakasnakan perawatan perianal


dengan baik dan benar
Intervensi :
1.

Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga kebersihan di


tempat tidur .
R/ Kebersihan mencegah aktivitas kuman. Informasi yang adeguat melalui metode
diskusi dapat memberikan gambaran tentang pentingnya kebersihan dan keadaran
partisipasi dalam peningkatan kesehatan.

2.

Libatkan dan demonstrasikan cara perawatan perianal bila


basah akibat diare atau kencing dengan mengeringkannya dan mengganti pakaian
bawah. serta alasnya.
R/ Kooperatif dan partisipati sangat penting untuk peningkatan dan pencegahan untuk
mencegah terjadinya disintegrasi kulit yang tidak diharapkan.

3.

Menganjurkan keluarga untuk mengganti pakaian bawah yang


basah.
R/ Kelembaban dan keasaman faeces merupakan faktor pencetus timbulnya iritasi.
Untuk itu pengertian akan mendorong keluarga untuk mengatasi masalah tersebut.

4.

Lindungi area perianal dari irtasi dengan pemeberian lotion.


R/ Sering BAB dengan peningkatan keasaman dapat dikurangi dengan menjaga
kebersihan dan pemberian lotion dari iritasi.

5.

Atur posisi klien selang 2-3 jam.


R/ Posisi yang bergantian berpengaruh pada proses vaskularisasi lancar dan
mengurangi penekanan yang lama, sehingga mencegah ischemia dan iritasi.

Referensi :

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata : EGC
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya : GRAMIK FK Universitas
Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.

You might also like