You are on page 1of 21

REFERAT

PENYAKIT MENIERE

Pembimbing oleh:
Dr. Budhy Parmono, Sp.THT-KL., M.Kes.
Disusun oleh:
Nadiya / 030 12 182

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
Periode 1 Agustus 2 September 2016

Referat dengan Judul


PENYAKIT MENIERE
Disusun oleh Nadiya / 03012182
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan
di RSUD Kota Cilegon periode 1 Agustus 2 September 2016

Cilegon, ......................... 2016

dr. Budhy Parmono, Sp.THT-KL., M.Kes.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
referat yang berjudul PENYAKIT MENIERE ini. Penulisan referat ini dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan Ilmu Telinga, Hidung, dan Tenggorokan di
Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon periode 1 Agustus- 2 September 2016.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Budhy Parmono,
Sp.THT-KL., M.Kes. selaku pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan
selama menjalankan proses kepaniteraan klinik termasuk penyelesaian tugas-tugas. Ucapan
terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang turut serta membantu
penyusunan referat ini yang tidak mungkin diselesaikan tepat waktu jika tidak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak.
Demikian kata pengantar ini penulis buat. Untuk segala kekurangan dalam referat ini,
penulis memohon maaf dan juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
bagi perbaikan referat ini.
Terimakasih.

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.....................................................................................................................1
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................2
KATA PENGANTAR................................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 5
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

SISTEM VESTIBULARIS............................................................................................6
DEFINISI.......................................................................................................................9
EPIDEMIOLOGI.........................................................................................................10
PATOFISIOLOGI........................................................................................................10
GEJALA KLINIS.........................................................................................................11
DIAGNOSIS................................................................................................................12
TATALAKSANA.........................................................................................................15
PROGNOSIS...............................................................................................................19

BAB III. KESIMPULAN.........................................................................................................20


DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

Prosper Meniere seorang dokter asal Prancis pada tahun 1861, menggambarkan
sebuah kondisi yang sekarang kondisi tersebut diabadikan dengan menggunakan namanya
yaitu penyakit Meniere. Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang
menyebabkan timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga berdenging),
perasaan penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif. Struktur
anatomi telinga yang terkena adalah seluruh labirin yang meliputi kanalis semisirkularis dan
kokhlea.1
Pendapat ini dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya
hidrops endolimfa setelah melakukan memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan
penyakit Meniere. Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga
dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus bersifat bilateral.
Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan Swedia.1
Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu telinga.
Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan tinnitus. Sebuah
episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo, ketidakseimbangan, mual, dan
muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua sampai empat jam. Setelah serangan
yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam.
Ada beberapa variabilitas dalam durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat
sedangkan penderita lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan.1

BAB II
PEMBAHASAN
5

A. Sistem Vestibularis
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut.
Yang menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, pada
lapisan gelatinosa terdapat otolit yang mengandung kalsium dan mempunyai berat jenis lebih
besar dari endolimfe. Karena pengaruh gaya gravitasi, maka gaya dari otolit akan
membengkokkan silia sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.
Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang merupakan
saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak di bidang yang tegak lurus
terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus, masingmasing kanalis memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung
sel-sel rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan
dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya
akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.2

Gambar 1. Sistem Vestibularis


Sistem
merupakan
gerak

vestibularis
sistem

vestibularis

detektor
perifer yang

terkait pada struktur

sistem

pusat

gerak

dan

sensasi

saraf

dalam ruang. Sistem

vestibularis

kemudian

mengubah

gerakan

akan
tersebut

menjadi

informasi yang dapat

digunakan

sistem

untuk

saraf

pusat

di

menghasilkan refleks

motorik yang

tepat

memfasilitasi

atau

proses kompleks seperti koordinasi kepala, mata, gerakan tubuh, atau memperbharui persepsi
seseorang mengenai dirinya atau orientasinya.3
Sama halnya seperti sistem pendengaran sistem vestibularis, yaitu mengubah
rangsangan fisik menjadi sinyal saraf. Namun, sistem vestibular mendeteksi akselerasi
angular (rotasi) dan linier (garis lurus) daripada suara. Sistem vestibularis terdiri dari dua
bagian struktur yang terletak di dalam tulang temporalis yaitu, kanalis semisirkularis dan
organ otolith (utrikulus dan sakulus). Sistem vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan
gerakan kepala. Seperti pada koklea, semua komponen sistem vestibularis mengandung
endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Selain itu, masing-masing aparatus vestibularis
mengandung sel-sel rambut yang berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang
dicetuskan oleh gerakan-gerakan spesifik endolimfe.3
Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan
pergerakan endolimfe. Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan hubungan sel rambut
yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di dalam
kanalis, mula-mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena
adanya inersia. Ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputas, endolimfe yang
terletak sebidang dengan gerakan kepada pada dasarnya bergeser dengan arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala. Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong ke
arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik
yang terbenam di dalamnya. Apabila gerakan kepala berlanjut ke arah dan kecepatan yang
sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut-rambut
kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhanti, keadaan sebaliknya
terjadi. Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala,
sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatya, kupula dan rambut-rambutnya secara
sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah
mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti,
rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi
perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespons jika kepala tidak
bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.3,2
Rambut-rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20-50 unit stereosilia, yaitu
mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, satu silium, dan kinosilium. Setiap sel rambut
berorientasi sedemikian rupa sehingga sel rambut mengalami depolarisasi ketika
stereosilianya membengkok kearah kinosilium. Pembengkokkan ke arah berlawanan
menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps dengan ujung-ujung
7

terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain
untuk membentuk saraf vestibularis. Saraf ini akan bersatu dengan saraf auditorius dari
koklea untuk membentuk saraf vestibulokoklearis.3

Gambar 2. Sel Rambut Sistem Vestibuler


Sementara kanalis semisirkularis memberi informasi mengenai perubahan rotasional
gerakan kepala pada sistem saraf pusat, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi
kepala relatif terhadap grafitasi dan juga mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan
linier. Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang yang terdapat diantara kanalis semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel
reseptif di organ ini juga menonjol pada lapisan gelatinosa, yang gerakannya menyebabkan
perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial di sel rambut. Terdapat
banyak krista halus kalsium karbonat dan otolit pada lapisan gelatinosa sehingga lapisan
tersebut lebih berat daripada cairan disekitarnya. Ketika seseorang dalam posisi tegak,
rambut-rambut di dalam utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus
berorientasi secara horizontal.3,2
Pada utrikulus, massa gelatinosa yang mengandung otolit berubah posisi dan
membengkokkan rambut-rambut dalam dua cara yaitu, ketika kepala digerakkan ke semua
arah selain vertikal (yaitu selain tegak dan menunduk), dan setiap perubahan dalam gerakan
linier horizontal (misalhnya bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau ke samping).
Sedangkan sakulus, akan berespon secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi
posisi horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau deselerasi
linier vertikal (misalnya meloncat-loncat atau berada dalam elevator).3
8

Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen sistem vestibularis kemudian


dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukeus vestibularis, suatu kelompok badan sel
saraf di batang otak, dan ke serebelum. Disini informasi vestibuler diintegrasikan dengan
masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk mempertahankan keseimbangan
dan postur yang diinginkan, mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata teteap terfiksasi
ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; serta mempersepsikan gerakan dan orientasi.3

B. Definisi
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus,
berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di telinga. Penyakit
ini

merupakan

salah

satu

penyakit

yang

menyebabkan

manusia

tidak

mampu

mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya hidrops
(pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit
itu berada dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga bahwa penyakit itu berada dalam
otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan
ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien dengan dugaan
menderita penyakit Meniere.1
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo adalah
sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat disertai gejala lain,
terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin
bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom
yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat
dingin, mual, muntah, dan pusing.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi
namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh
penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus hanya merupakan gejala, bukan
penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.

C. Epidemiologi

Penyakit Meniere dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih mungkin terjadi
pada orang dewasa antara 40 dan 60 tahun. Tidak ada perbedaan ras yang dilaporkan, dan
sekitar 50% dari pasien dengan riwayat keluarga. Penyakit ini lebih umum terjadi pada
wanita, dengan 1,1 : 1 rasio perempuan dengan laki-laki. The National Institute on Deafness
and Other Communication Disorders (NIDCD) memperkirakan bahwa sekitar 615.000 orang
di Inggris Amerika saat ini di diagnosis dengan penyakit Mnire dan 45.500 kasus baru
setiap tahun.4

D. Patofisiologi
Penyebab pasti bagaimana mulainya penyakit meniere ini belum diketahui, namun
banyak teori menyebutkan penyebabnya adalah gangguan sirkulasi pada telinga dalam,
infeksi virus, alergi, reaksi autoimun, migrain, dan faktor genetik.
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa (peningkatan
endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada kokhlea dan vestibulum.
Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan oleh meningkatnya tekanan
hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan osmotik dalam kapiler, meningkatnya
tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat
jaringan parut atau karena defek dari sejak lahir).1
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila mencapai
dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan bercampur dengan
perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga dalam sehingga
menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran serta rasa penuh di telinga.
Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan
perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.1
Penyakit Meniere dapat menimbulkan : 1,5
Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ
korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel rambut
vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori menunjukkan
kemunduran fungsi.
Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan
sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan
10

perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala


vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga mengalami
pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah
dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan tejadinya tuli saraf nada rendah pada
penyakit ini.

E. Gejala Klinis
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain bertambah.
Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias Meniere yaitu
vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada rendah. Serangan
pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali
berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual dan muntah lagi. Hal ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian keadaan akan berangsur
membaik. Penyakit ini bisa seembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama
sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan
pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya periodik dan makin mereda pada seranganserangan selanjutnya.2
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam
keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain yang menyertai
serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar serangan. Gejala lain yang
menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga.2
Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam 20 menit sampai beberapa jam atau lebih
dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi. Vertigo
menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya disertai gangguan
pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak
ada serangan pendengaran akan pulih kembali. 2
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar serangan.
Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering didekripsikan
pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging, berdengung, dan denging dalam
telinga.1,2
11

Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal serangan,
namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan pendengaran yang tetap.
Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara
pendengaran namun paling umum terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras
mungkin menjadi tidak nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.2
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan udara
perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan toynbee.1,2

F. Diagnosis
Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere,
dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam rangka menegakkan
diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesi yang sangat hati-hati.
Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis :1,2
a.
-

Anamnesis
Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada telinga
Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin lama
makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama pada tiap
serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan makin lama
menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang
dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak
berlangsung lama.

b. Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga
kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan
kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan tuli
saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah
dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik
kecuali pada penyakit Meniere.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah: 1,2
- Pemeriksaan audiometri

12

- Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui secara


objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar
pasien dengan penyakit Meniere mengalami penurunan respons nistagmus
terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini
- Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam dengan
cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang ditempatkan
dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini juga
menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang berlebihan
pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk gelombang
bentuk gelombang dengan puncak yang multipel
- Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada pasien
dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat penurunan pendengaran
ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut gadolinium
spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi
kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga
dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis
Kriteria diagnosis dari penyakit meniere berdasarkan guideline The American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (Rekomendasi A) :
1. Serangan vertigo yang berulang spontan dan episodik. Vertigo terjadi sealama 20
menit, disertai dengan disekuilibrium yang dapat terjadi sampai beberapa hari; mual
muntah; tanpa adanya kehilangan kesadaran; dan adanya nistagmus rotatorik
horizontal.
2. Penurunan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga atau tinitus, atau keduanya.
The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery juga membagi
derajat kepastian diagnostik menjadi empat yaitu :
1. Diagnosis pasti (Certain)
ditandai dengan ditemukannya penyakit definitif yang dikonfirmasi dengan
histopatologis;
2. Definitif meniere
ditandai dengan dua atau lebih episode definitif vertigo yang berlangsung minimal
selama 20 mneit dengan penurunan pendengaran yang dipastikan dengan audiometri,
ditambah tinitus, rasa penuh pada telinga atau keduanya;
3. Probable meniere
13

ditandai dengan terdapat satu episode definitif dari vertigo dan tanda dan gejala lain;
4. Possible meniere
terjadi vertigo definitif tanpa disertai penurunan pendengaran atau tuli sensori neural
(fluctuatif atau menetap) dengan disekuilibrium non definitif.6
Tabel 1. Derajat Kepastian Diagnostik Penyakit Meniere

Tabel 2. Diagnosis Penyakit Meniere

G. Tatalaksana
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan
pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila perlu diberikan
antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Penatalaksanaan pada
Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :1,2,7
a. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada
plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk
mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan keseimbangan

14

konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion


berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang
berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi
regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangu serangan penyakit Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam
(2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat
merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.
Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa ikatan natrium
klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin), natrium bikarbonat (soda
kue), natrium benzoat (daging kornet).
Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga
merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan
penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah.
Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk
dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang
bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha
untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak, jangan
mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang pasien
diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan terjadi
kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama
beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.
b. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin,
antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe. Obatobat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk
menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus
seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan tidak
digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak
hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik
seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan
15

menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak
makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika
menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
c. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem vestibuler ini
sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang
teratur danbaik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo dapat diatasi
dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu
pekerjaan sehari-hari.1,7
Ada beberapa latihan, yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley manouver
dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang
untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri.
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika masih
terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 3. Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley manouver

d. Pembedahan
Operasi yang direkomendasikan bila serangan vertigo tidak terkontrol antara lain :
Dekompresi sakus endolimfatikus

16

Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan


menyebabkan

kembali

normalnya

tekanan

terhadap

ujung

saraf

vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air


cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan
pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.
Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol, 20%
mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun
jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo
tetap ada.
Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis.
Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila
telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu
atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode
ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang normal
mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini menghilangkan fungsi
pendengaran telinga.
Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan pilihan
untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di
belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada fossa
durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf keseimbangan.
Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan
daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi.
Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah
sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85% vertigo
dapat terkontrol.
Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan

operasi

dimana

menggunakan

antibiotik

(streptomisin

atau

gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini bertujuan
mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan mempertahankan
17

pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere, diberikan


streptomisin

intramuskular dapat

menyembuhkan serangan

vertigo

dan

pendengaran dapat dipertahankan.


Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap operasi
ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara
endolimfe dan kranium
b) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus
endolimfatikus dan rongga mastoid

H. Prognosis
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak fatal dan
banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda untuk tiap pasien.
Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu hari hingga tahun. Pasien
lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan
penyakitnya lambat.2
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya pasien
dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga dan berenang.2

18

BAB III
KESIMPULAN

Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya kelainan pada
telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Gejala
dari penyakit meniere disebut trias meniere yang terdiri dari vertigo (sakit kepala berputar),
tinnitus, dan gangguan pendengaran berupa tuli sensori neural. Gangguan pendengaran ini
bersifat fluktuatif dimana gangguan pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal
diluar serangan.
Penyakit

Meniere

masa

kini

dianggap

sebagai

keadaan

dimana

terjadi

ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh terjadinya
malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab
tersering vertigo pada telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau
perempuan dewasa banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Etiologi pasti dari penyakit
meniere ini belum diketahui.
Penegakan diagnosis penyakit meniere adalah dengan menyingkirkan kondisi
penyakit lain yang menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit Meniere. Evaluasi awal
19

yaitu didasarkan pada anamnesis. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan


penyebab yang berasal dari telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti
audiometri, elektronistagmografi, elektrokokhleografi, BERA, dan MRI terkadang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya diberikan
pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila perlu diberikan
antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani penyebab dari penyakit
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hain, TC, Yacovino D. Meniere Disease. 2016. Available at http://www.dizziness-and


balance/disorders/menieres/menieres_english.html. Accessed on August 23th 2016.
2. Liston LS, Duvail AJ. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT Edisi ke 6. Editor : Efendi H,
Santosa K. Jakarta: EGC. 2012.
3. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Baltimore:
Lippincot Williams & Wilkins; 2006.
4. Alexander TH1, Harris JP. Current epidemiology of Meniere's syndrome. Otolaryngol
Clin North Am. 2010 Oct;43(5):965-70.
5. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta
Otolaryngol (Stockh). 2006 ; (suppl 485)26.
6. Sajjadi H. Menieres disease. The Lancet. 2008: 372; 406.
7. Pedoman Tatalaksana Vertigo. Perkumpulan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI). 2012.
20

21

You might also like