Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
nefrotik
(SN)
pada
anak
yang
didiagnosis
secara
Rumusan masalah
Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan sindroma nefrotik
1.3.
Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami konsep dasar medis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit sindroma nefrotik.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mahasiswa keperawatan dapat :
A. Menjelaskan pengertian dari sindroma nefrotik
sindroma nefrotik
Menjelaskan manifestasi klinik dari sindroma nefrotik
Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari sindroma nefrotik
Menjelaskan penatalaksanaan dari sindroma nefrotik
Menjelaskan komplikasi dari sindroma nefrotik
Menjelaskan asuhan keperawatan dari sindroma nefrotik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Etiologi
Edema
memastikan apakah anak tersebut menderita sindrom nefrotik atau tidak, karena
hipoalbuminemia dapat terjadi tanpa adanya proteinuria (pada protein-losing
enteropathy) dan edema dapat terjadi tanpa adanya hipoalbuminemia (seperti pada
angioedema, insufisiensi venosa, gagal jantung kongestif, dan lain sebagainya).
Untuk memastikan diagnosis sindroma nefrotik, pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan: proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperlipidemia.
Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan diantaranya:
2.5 g/dL.
Hipoalbuminemia < 2,5 g/dL
Jarang mencapai 0.5 g/dL
Pemeriksaan lipid
Terjadi peningkatan kolesterol total dan kolesterol LDL (low density
lipoprotein).
Kadar serum kolesterol >400mg/dl
Terjadi peningkatan trigliserid dengan hipoalbuminemia berat.
Kadar kolesterol HDL (high density lipoprotein) dapat normal atau
menurun
Pemeriksaan elektrolit serum, BUN dan kreatinin, kalsium, dan fosfor.
Pasien dengan SN idiopatik, dapat menjadi gagal ginjal akut oleh karena
b Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal tidak diindikasikan bagi pasien SN primer dengan awitan
pada usia 1-8 tahun, kecuali jika riwayat klinis, temuan pada pemeriksaan fisik,
maupun
hasil
dari
pemeriksaan
laboratorium
mengindikasikan
adanya
kemungkinan SN sekunder atau SN primer selain tipe lesi minimal. Biopsi ginjal
diindikasikan bagi pasien usia < 1 tahun, dimana SN kongenital lebih sering
terjadi, dan pada pasien usia > 8 tahun dimana penyakit glomerular kronik
memiliki insidensi yang lebih tinggi. Biopsi ginjal hendaknya juga dilakukan bila
riwayat, pemeriksaan, dan hasil uji laboratorium mengindikasikan adanya SN
sekunder.
Radiografi
Pemeriksaan ultrasonografi atau venografi ginjal sekiranya dicurigai
Hiperlipidemia
d Hipokalsemia
Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena:
1
Hipovolemia
Malnutrisi
Gagal ginjal
2.6.
Penatallaksanaan Nefrotik Syndrome
2.6.1. Penatalaksanaan Farmakologi
1 Terapi Corticosteroid
Terapi kortikosteroid dinilai palinga efektifdalam penanganan nefrotik
syndrome. Kortikosteroid langsung diberikan ketika pertama kali diagnose
ditegakkan. Kortikosteroid biasanya jenis prednisone diberikan per oral dengan
dosis 60 mg/m2/ hari selama 6 minggu di term pertama lalu dosis 40 mg/m2/hari
untuk 6 minggu kedua. Penilitian menganjurkan treatmen kortikosteroid minimal
dilakukan selama 3 bulan. Pada kebanyakan pasien dalam 7 hingga 21 hari akan
berkurang beberapa gejala seperti penurunan proteinuria, tidak adanya
immunoglobulin G di urin, penurunan hipertensi, hematuria, biasanya akan lebih
baik setelah penggunaan prednisone. Pada anak dengan MCNS beberapa akan
mengalami relaps atau kekambuhan sehingga membutuhkan treatmen steroid
dengan dosis yang lebih banyak. Dosis atau penggunaan steroid yang berlebih
Terapi Immunosupresant
Terapi Diuretik
leukosit/ sel darah putih, dan pantau TTV juga perhatikan bila terjadi
tanda-tanda infeksi pada kulit yang mengalami edema
2. Mencegah Kerusakan Kulit
Kaji keadaan kulit klien secara rutin, putar posis anak secara berkala
supaya tidak mengalami penekanan pada area edema, atau juga untuk
mencegah dekubitus akibat penekanan yang lama pada area kulit yang
menonjol karena tulang seperti area tumit atau scapula. pastikan area kulit
selalu bersih serta kering untuk menghindari tempat untuk tumbuhnya
kuman/ mikroorganisme terutama di area edema yang biasanya lembab
akibat penguapan air dan keringat dari dalam kulit. anjurkan klien untuk
meenggunakan pakaian yang menyerap keringat misalnya yang berbahan
katun dan tipis.
3. Nutrisi dan kebutuhan cairan
anak dengan nefrotik syndrome bisa jadi mengalami anorexia yang
disebabkan oleh penekanan edema area abdomen (ascites) ke area
lambung sehungga menimbulkan perasaan kenyang, oleh karena itu
perawat harus mampu melakukan modifikasi bagi klien anak yang
mengalami kesulitan makan salah satunya dengan cara membuat tampilan
makanan semenarik mungkin untuk meningkatkan nafsu makan anak.
Selain itum anak juga dianjurkan makan sedikit tapi sering.
Untuk masalah cairan berikan retriksi cairan sesuai dengan derajat
edema yang dialami oleh klien karena bila klien mendapatkan asupan
cairan berlebih dikhawatirkan akan membuat cairan semakin menumpuk
didalam tubuh. Selain itu pertahankan diet rendah natrium/ sodium, tidak
hanya mengurangi makanan yang asin namun juga orang tua mampu
memilah makanan yang mengandung MSG atau pengawet yang
mengandung banyak sodium. Diet tinggi protein juga mampu diberikan
pada klien dengan kondisi ketika klien sudah mengalami perbaikan fungsi
ginjal dilihat dari keseimbangan intake dan output.
PATOFISIOLOGI
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1.
Trigger case
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dibawa ke unit kesehatan anak dalam
keadaan edema anasarka. Menurut penuturan ibunya, sekitar 1 bulan yang lalu
klien mengalami bengkak pada periorbita terutama pada saat bangun tidur muka
sembab, dan mengeluh pusing. Hasil anamnesa riwayat kesehatan: sejak 1 tahun
yang lalu klien mengeluh bengkak bengkak diseluruh tubuh sampai dengan
kelopak mata. Karena keluhannya ini klien dibawa ke RS Majalaya dan
dinyatakan bocor ginjal. Klien control 3 bulan terakhir namun tidak ada
perbaikan, kemudian klien dibawa ke RS Al-Ihsan sejak 2012 dan diberi tablet
berwarna hijau yang diminum 3 x 2 selama 2 bulan. Selanjutnya 4 tablet/hari
selang sehari, keluhan tidak berubah, klien lalu dibawa ke RSHS. Pola BAK
sebelum sakit 3-5 x sehari. Saat ini berkemih mulai berkurang baik dari segi
frekuensi dan jumlah urin yang dikeluarkan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
asites (+), TD 130/90 mmHg, HR 112 x//menit, RR 30 x/menit, rasio insp:eksp
1:1, antropometri: BB: 32,5 kg, TB: 121,5 cm, lingkar perut 68 cm, suhu 360C.
Hasil Laboratorium
Hb
13 gr%
Ht
44 %
Protein total
6,0
Albumin
2,1
Kolesterol total
345
Trigliserida
172
BUN
30 mg%
Serum kreatinin
0,9 mg%
URIN
Albumin urin
++++
Warna urin
Kuning
Kejernihan
Keruh
pH urin
6,5
BJ urin
1,010
Glukosa urin
Negative
Keton urin
Nitrit urin
Urobilinogen
0,1
3.2.
Analisis kasus
kelopak mata
pasien mengeluh pusing
pancaran mengeluh berkemih kurang baik dari segi frekuensi maupun
jumlah
B. Data Objektif :
pasien edema anasarka, asites (+)
RR 30/X menit,adanya penekanan pada paru paru karena asites yang
menyebabkan ekspansi paru menjadi berkurang sehingga co2 dalam paru
TD meningkat.
klien datang dengan keluhan edema anasarka hal ini di sebabkan karena
adanya retensi cairan akibat hipoalbumin, ketika hipoalbumin, tekanan
onkotik menurun sehingga adanya perpindahan cairan dari intravaskuler
ke intestitial.
BAB IV
PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
4.1. Pengkajian.
a Identitas pasin
b keluhan utama: bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak
c
mata
Riwayat Kesehatan Sekarang : Sejak 1 tahun yang lalu klien
mengeluh bengkak bengkak seluruh tubuh sampai dengan kelopak
mata. Keluhan bertambah parah saat bangun tidur disertai pusing.
: compos mentis
Inspeksi
Palpasi
: asites (+)
Perkusi
:-
Auskultasi
:-
TTV
Nilai
Normal
Interpretasi
TD 130/90 mmHg
120/80 mmHg
Naik
HR 112 x/menit
80-100 x/menit
Tinggi
RR 30 x/menit
12-24 x/menit
Tinggi
4:5
cepat
suhu 360C
36,5 37,5
Rendah
Antropometri
Nilai
Normal
Interpretasi
BB: 32,5 kg
16,4
Overwight (penumpukan
cairan)
TB: 121,5 cm
103,3
Diatas rata-rata
lingkar perut 68 cm
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Interpretasi
Hb
13 gr%
13.5-18.0
Rendah
gram/dL
Ht
44 %
40-54%
Normal
Protein total
6,0
6.6 8.7
Rendah
Albumin
2,1
3.4 4.8
Rendah
Kolesterol total
345
<200
Tinggi
Trigliserida
172
50- 150
Tinggi
BUN
30 mg%
15 40
Normal
Serum kreatinin
0,9 mg%
0.5 1.5
Normal
Albumin urin
++++
<++
Kerusakan glomerulus
Warna urin
Kuning
kuning
Normal
Kejernihan
Keruh
Tidak keruh
Ada protein
pH urin
6,5
4,8 7,4
Normal
BJ urin
1,010
1,0015
URIN
tinggi
1,0025
Glukosa urin
Negative
Negative
Normal
Keton urin
Sampah
Metabolism lemak
metabolism
lemak
Nitrit urin
Nitrat
(+ Normal
menandakan
infeksi)
Urobilinogen
0,1
0,1 1,0
Permeabilitas kapiler
Filtrasi glomerulus
Proteinuria
Hypoalbuminemia
RR 30x/mnt
Tekanan onkotik
Tekanan hidrostatik
Shift cairan dari intrasel ke
intertistial
Edema
Kelebihan volume cairan
4.3.
4.4.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa utama : kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi
ginjal di tandai dengan edema anasarka.
intervensi keperawatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
kelebihan volume cairan dapat tertasi dengan kriteria hasil : adanya
keseimbangan cairan,berkurangnya edema dan berat badan klien stabil
No
1.
Intervensi
Pertahankan catatan intake & output Karena
Rasional
dapat membantu
2.
3.
yang akurat
adanya penurunan kelebihan cairan
Pasang urine kateter bila diperlukan
Monitor hasil laboratotium yang sesuai Karena dengan mengkaji luas edema juga
4.
5.
pengetahuan
6.
7.
(dibatasi)
Kolaborasi pemberian diuretik
Pemberian
kortikosteroid
dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.5.
4.6.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer. 2002. Buku Keperawatan Medikal Bedah Ed 8
Vol 2. Jakarta : EGC
Hockenberry,Marilyn and David Wilson. 2008. Wongs Nursing care
of infants and children. Canada : Elsvier
Wilson, David, dkk. 2009. Buku ajar keperawatan Pediatrik. Jakarta :
Buku Kdokteran : EGC
Panduan penulisan Dx Keperawatan. NOC, NIC-UAP-2011