Professional Documents
Culture Documents
System ini dilakukan dengan cara menyebar mata uangnya ke dalam sekeranjang mata
uang. Nilai ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan tertentu.
e. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)
Dalam system ini, negara menetapkan dan mengumumkan suatu nilai tukar tertentu atas
mata uangnya dan menjaga nilai tukar dengan cara membeli atau menjual valuta asing
dalam jumlah yang tidak terbatas dalam nilai tukar tersebut. Bagi negara yang memiliki
ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering
mengalami gangguan alam, menetapkan nilai tukar tetap merupakan suatu kebijakan
yang beresiko tinggi.
Sejarah Perkembangan Nilai Tukar Indonesia
Berdasarkan sejarah, negara Indonesia telah menerapkan tiga system nilai tukar, yaitu:
a. Sistem nilai tukar tetap/fixed exchange rate (1970-1978)
Sistem nilai tukar tetap adalah penentuan nilai tukar valuta asing yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Dalam system ini, pemerintah melakukan berbagai langkah dan
kebijakan untuk mengatur nilai tukarnya dalam harga tertentu. Fluktuasi pergerakan
harga yang akan terjadi akan diredam oleh pemerintah. Intervensi yang dilakukan
pemerintah adalah dalam bentuk pembelian mata uang asing apabila terdapat kelebihan
penawaran. Sebaliknya apabila terjadi kelebihan permintaan, maka pemerintah akan
menjual cadangan devisa yang dimiliki.
Pemerintah Indonesia pernah menerapkan system ini dengan menerbitkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 1964 tentang Peraturan Lalu Lintas Devisa. Pada masa
tersebut, Pemerintah Indonesia menetapkan nilai tukar rupiah sebesar Rp250,00 per 1
US$, sementara nilai tukar mata uang asing lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang
ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
b. Sistem mengambang terkendali/managed floating rate (1978-Juli 1997)
Dalam system ini, nilai tukar mata uang diserahkan pada mekanisme pasar namun
pemerintah akan melakukan intervensi dengan tujuan untuk menhindari gejolak fluktuasi
yang terlalu tajam. Pemerintah akan melakukan intervensi ketika nilai tukar mata uang
telah mencapai batas-batas tertentu. Intervensi ini dilakukan dengan cara:
Dirty floating, yaitu pemerintah akan melakukan intervensi dengan cara menjual atau
membeli valuta asing, atau
Clean floating, yaitu pemerintah akan melakukan intervensi secara tidak langsung,
seperti mengatur tingkat suku bunga bank.
Pemerintah Indonesia pernah menerapkan system ini. Pada masa itu, nilai tukar rupiah
didasarkan pada kebijakan sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini
diterapkan bersamaan dengan dilakukannya devaluasi rupiah di tahun 1978. Dengan
system ini, Bank Indonesia menetapkan nilai tukar indikasi (pembatas) dan membiarkan
nilai tukar bergerak dengan rentang tertentu. Bank Indonesia akan melakukan intervensi
apabila nilai tukar bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah dari rentang tersebut.
c. Sistem nilai tukar mengambang/floating exchange rate (14 Agustus 1997-sekarang)
Dalam system ini, besarnya nilai tukar rupiah diserahkan pada mekanisme pasar tanpa
adanya campur tangan dari pemerintah. Tinggi rendahnya nilai tukar mata uang
ditentukan oleh besarnya tingkat permintaan dan penawaran terhadap mata uang itu
sendiri. Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika semakin
melemah. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah memutuskan untuk menghapus
rentang intervensi (system nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menerapkan
system nilai tukar mengambang bebas. Hal ini dilakukan Pemerintah dalam rangka
mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang dan dimaksudkan untuk
mengurangi kegiatan intervensi Bank Indonesia terhadap rupiah dan memantapkan
pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.
2. Harga Minyak Mentah Indonesia
Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) merupakan basis harga
minyak mentah yang digunakan dalam APBN. ICP merupakan harga rata-rata minyak
mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indicator perhitungan bagi
hasil minyak. ICP ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi setiap semester.
Sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya, sampai dengan dengan saat ini terdapat 50
jenis minyak mentah Indonesia yang masing-masing mempunyai harga berbeda. 50 jenis
ICP tersebut pada dasarnya terbagi atas tiga kelompok, yaitu:
a. 8 jenis minyak mentah (SLC, Cinta, Widuri, Duri, Attaka, Belida, Arjuna, dan
Senipah Condensate): harganya berdasarkan formula ICP yang mengacu pada
publikasi APPI, RIM, dan PLATTS.
Dalam jurnalnya yang berjudul Impact of Fluctuations in Crude Oil Prices on The
Jordanian Public Budget for Period of 1995-2003, Bash menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa pengaruh harga minyak mentah terhadap anggaran public, antara lain:
a. Penurunan harga minyak mentah akan menyebabkan pendapatan masyarakat menurun.
Hal tersebut akan menyebabkan anggaran sector public menjadi deficit.
b. Peningkatan harga minyak mentah juga akan menyebabkan peningkatan pengeluaran
public yang akan meningkatkan deficit pada anggaran sector public.
c. Fluktuasi harga minyak mentah dan fluktuasi deficit anggaran sector public adalah
menuju satu arah yang sama.
d. Terdapat dampak yang signifikan secara statistic antara harga minyak mentah dengan
anggaran sector public di Yordania. Hal ini berarti bahwa peningkatan harga minyak
mentah akan berkontribusi pada peningkatan deficit anggaran sector public Yordania.
Referensi:
2. Bash, M. H. (2015). "IMPACT OF FLUCTUATIONS IN CRUDE OIL PRICES ON THE
JORDANIAN PUBLIC BUDGET FOR THE PERIOD OF 1995-2013." European
Scientific Journal 11(19).
3. Frank, F. and F. Modigliani (1996). Capital Markets, Prentice Hall.
4. Howe, J. S., et al. (1993). "International listings and risk." Journal of International Money
and Finance 12(1): 99-110.
5. Triyono, T. (2008). "Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar
Amerika."publikasiilmiah.ums.ac.id
6.