Professional Documents
Culture Documents
ANALISIS PENGUKURAN
Ralat (Uncertainties), Perambatan ralat (Propagation of
Error), Pencocokan Kuadrat tekecil (Least Square Fitting),
dan Analisis Grafik
1. Pengukuran
1.1 Ralat dalam Pengukuran
Dalam dunia ideal pengukuran selalu sempurna. Papan kayu dapat dipotong
berukuran 2 x 3 meter persegi tepat. Balok aluminium bermassa 4 kilogram. Semua
pengukuran bernilai eksak, perhitungan hasil ukur menjadi sangat sederhana.
Namun sayangnya eksperimen dilakukan dalam dunia real, bukan dunia ideal.
Dalam dunia real pengukuran tidak pernah sempurna. Alat ukur memiliki
keterbatasan, tidak precisi dan tidak akurat.
Ketidaksempurnaan yang inheren di dalam pengukuran eksperimental disebut ralat
(uncertainty/ketidakpastian). Ralat harus disertakan setiap pengukuran dilakukan.
Notasi untuk menyatakan hasil ukur beserta ralatnya adalah:
(estimasi terbaik ralat) satuan
eksak, namun semata-mata hanya untuk alasan praktis. Ralat disini merupakan ralat
tidak langsung, atau implisit (implied). Untuk pengukuran yang mengadung ralat tak
langsung, maka ralat sesungguhnya didefinisikan dengan tempat desimal signifikan
terkecilnya. Contoh, jika suatu buku menyatakan bahwa percepatan gravitasi bumi g
= 9.80146 m/s2, maka ralat tak langsungnya adalah 0.00001 m/s2 sehingga kita
dapat menuliskan:
g g = (9.80146 0.00001) m/s2.
2.
Kesesuaian
dan
ketidaksesuaian
(Agreements and Discrepancies)
Salah satu hal yang penting untuk dilakukan jika telah memperoleh hasil
pengukuran adalah membandingkan dengan hasil ukur yang lain. Ada dua tipe
pembandingan hasil ukur yaitu: (1) membandingkan dengan hasil yang telah
standar; dan (2) melakukan beberapa pengukuran kemudian membandingkan antar
hasil pengukuran tersebut. Untuk kedua kasus ini dibutuhkan perjanjian apakah
dibandingkan dengan hasil standar ataukah dibandingkan dengan hasil ukur yang
lain. Secara numerik juga dibutuhkan seberapa dekat satu hasil ukur terhadap hasil
ukur yang lain.
Dua pengukuran dikatakan sesuai jika keduanya memiliki nilai bersama;
yaitu jangkau ralat yang overlaping.
Overlaping dari jangkau ralat bisa total sehingga dalam hal ini hasil pengukuran
memiliki nilai taksiran dan ralat terbaik, atau secara parsial, dalam hal ini hanya
beberapa nilai yang sama antara kedua hasil ukur.
sesuai
sesuai
tak sesuai
X Y
100%
Y
Catatan: jika kita akan menentukan ketaksesuaian maka yang dipakai hanya nilai
estimasi terbaiknya dan bukan ralatnya.
Z
Jika anda akan membandingkan dua hasil eksperimental yang anda lakukan, maka
gunakanlah data yang pertama sebagai standar dan kemudian hitunglah
ketaksesuaian data kedua terhadap data pertama.
Contoh:
Dengan penimbangan, pemanasan untuk mengeluarkan air, dan kemudian
menimbang lagi, seorang murid menentukan persentase air di dalam hidrat dari
SrCl2 sebanyak 40.8%. Berapa persen ralatnya jika rumus ikatan kimia
sesungguhnya adalah SrCl2 .6H2O?
Persentase riil air dalam hidrat:
6H 2 O
108
100%
x 100% 40.3%.
SrCl 2 .6H 2O
268
40.3 - 40.8
x 100% 1%
40.3
Hitung persen kesalahan dari setiap penentuan kandungan berikut yang dikerjakan
di laboratorium:
1. Massa molar CO2 is 43.79 g/mol.
2. Kapasitas panas Cd is 0.197 J/g.C. (Nilai teoritis 0.231 J/g.C)
3. Konstanta ionisasi CH3COOH adalah 1.85 x 10-5. (Nilai teoritis 1.75 x 10-5)
4. Titik lebur timah 244 C. (Nilai teoritis 232 C).
Persentase kesalahan =
Gambar 3. Penggambaran perbedaan precisi dan akurasi. (a) Precisi tetapi tidak
akurat, (b) Akurat tetapi tidak precisi.
3. Perambatan ralat
Di laboratorium kita membutuhkan penggabungan beberapa hasil
pengukuran seperti penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun
hasil pengukuran terdiri dari 2 bagian yaitu taksiran dan ralat. Untuk bagian nilai
estimasi, operasi dijalankan sebagaimana biasa, namun untuk ralat data tidak
dilakukan seperti operasi biasa. Oleh karena itu digunakan perambatan ralat dengan
asumsi jika nilai estimasi digabungkan maka ralatnya menjadi bertambah. Disini
akan ditunjukkan bagaimana menggabungkan hasil ukur dan ralatnya. Perambatan
ralat yang biasa dipakai sudah benar, sedangkan yang ditampilkan disini adalah
nilai terjelek dari perambatan ralat. Sebenarnya hal ini tidak selalu tepat karena
tidak pasti masing-masing hasil ukur menghasilkan ralat. Cara yang benar adalah
dengan mengambil akar-jumlah kuadrat dari ralat. Namun cara ini sangat komplek.
Oleh karena itu di bawah ini diberikan aturan aljabar yang disertai dengan ralat.
Penjumlahan: Ralat pengukuran akhir merupakan jumlah dari ralat pengukuran
awalnya.
Hal ini dapat diturunkan dengan mudah dengan asumsi bahwa ralat sangat lebih
kecil daripada nilai estimasi terbaiknya. Dengan demikian jika kedua suku ruas kiri
dikalikan maka suku AB dapat diabaikan. Dengan menyusun kembali akan
memberikan hasil pada ruas kanan. Jika kita kana mengalikan tiga pengukuran
sekaligus maka hasilnya menjadi:
dan seterusnya. Catatan: persamaan di atas secara matematis jika salah satu A atau
B nol maka hasilnya tak terdefinisikan. Dalam keadaan demikian asumsi bahwa ralat
lebih kecil dari nilai estimasi terbaiknya tidak benar sehingga harus dipastikan
benar bahwa suku-sukunya tidak demikian baru menghitungnya.
Pembagian: ralat pada pengukuran akhir diperoleh dengan menjumlahkan
persentase ralat pengukuran awal dan kemudian mengalikan jumlah tersebut
dengan pembagian hasil ukurnya.
Dalam contoh ini ralat akhir umumnya disumbang oleh ralat pengukuran t yang
tampak dari persentase ralatnya yaitu t/t~1.22% sedangkan untuk D,
D/D~0.20%. Maka jika kita ingin memperbaiki ralat dari kecepatan rata-rata maka
pertama-tama yang kita perbaiki adalah cara mengukur waktu, misalnya dengan
mengukur membeli stop watch yang lebih baik sebelum membeli meteran yang
baik.
Catatan: selama proses perhitungan maka tempat desimal dipertahankan, baru
setelah sampai pada hasil akhir maka dibulatkan.
Operasi aljabar yang lain adalah:
Inversi:
C = (A2 + B2)1/2
Jika C = rA + sB, dengan r dan s konstanta, maka
C = [(rA)2 + (sB)2]1/2
Jika C = f(ABC), dimana f(ABC) berarti suatu fingsi dalam variabel A, B, and C,
maka
2
C
C
C
2
2
2
A
B
C
A
B
C
C = C[(A/A)2 + (nB/B)2]1/2
4. Pembulatan pengukuran
Semua yang dijelaskan di atas merupakan cara memperoleh dan
menganalisis hasil ukur di laboratorium. Bagian ini akan membahas bagaimana
menyajikan hasil akhir secara benar. Ada dua konsep mayor.
Angka signifikan adalah jumlah angka pengukuran yang memiliki arti
Karena kita tahu bahwa semua pengukuran memiliki keterbatasan, maka ada satu
tempat desimal pada setiap pengukuran yang memiliki tingkat akurasi tertinggi.
Sebagi contoh, jika kemampuan baca anda hanya 0.1 g maka tak ada faedahnya
membuat estimasi hingga 433.33333g. Kita hanya akan melaporkan yang kita tahu
sehingga cara yang benar untuk menuliskan estimasi terbaik adlah 433.3g. Estimasi
terbaik ini memiliki 4 angka signifikan.
Pembulatan dapat diselesaikan sehingga estimasi terbaik dan ralatnya
sesuai pada bagian tempat desimalnya.
Tidak ada gunanya menulis keduanya dalam tempat desimal yang berbeda. Contoh,
hasil pengukuran dapat dituliskan (433.33330.1)g atau (4330.1)g keduanya
mengandung pesan mengenai akurasi pengukuran anda.
Angka signifikan merupakan semua digit dalam besaran Fisika yang memiliki
arti atau sesuai dengan akurasi pengukuran besaran Fisika tersebut. Angka nol yang
berada pada titik desimal tidak memiliki signifikansi. Setiap pengukuran memiliki
sejumlah angka signifikan.
10
2) Jika MENGALIKAN atau MEMBAGI besaran, maka jumlah angka signifikan pada
hasil akhir sama seperti jumlah angka penting dari besaran yang paling tidak
precisi yang dikalikan atau dibagi. Contoh:
2.6 x 31.7 = 82 bukan 82.42; 5.3/748 = 0.0071 bukan 0.007085561
angka yang paling tidak signifikan pada bilangan pembilang atau penyebut
adalah 2 angka signifikan sehingga hasil baginya juga harus 2 angka signifikan
bukan 7 angka signifikan)
Jika menambahkan atau mengurangkan dua bilangan maka jumlah tempat desimal
harus dipertimbangkan. Demikian pula jika mengalikan atau membagi dua bilangan
maka jumlah angka penting harus dipertimbangkan.
4.2 Pembulatan
Misalkan dicari luas area A A dari bujur sangkar panjang l l = (2.708
0.005) m dan lebar w w = (1.05 0.01) m. Pertama kita lihat berapa angka
penting untuk estimasi terbaik bagi A. Dalam hal ini A = lw, dan karena l memiliki 4
angka penting dan w memiliki 3 angka penting. Maka A hanya dibatasi 3 angka
penting.
Lihat bahwa pada saat proses perhitungan boleh saja menulis berpaun akngka
penting, namun pada akhirnya kita hanya akan menulis 3 angka penting. Karena
dengan menyertakan angka penting lain dalam perhitungan tersebut menjadikan
pembulatkan tidak salah. Pertama kita membulatkan estimasi terbaik yaitu 2.843
m2 menjadi 2.84 m2 dan kemudian kita membulatkan ralat sesuai dengan tempat
desimal dari nilai terukur. Dalam hal ini kita membulatkan 0.03233 m2 menjadi 0.03
m2. Akhirnya kita tulis:
A A=(2.84 0.03) m2.
11