You are on page 1of 5

Pleksus mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa

terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Selain itu, terdapat serabutserabut simpatis dan parasimpatis ektrinsik yang berhubungan ke kedua pleksus mienterikus dan
submukosa. Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak bergantung
dari saraf-saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat sangat
meningkatkan atau menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut.
Pada ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitelium gastrointestinal atau dinding usus
dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik, dan (1) ke ganglia
prevertebra dari sistem saraf simpatis, (2) ke medula spinalis, dan (3) ke dalam saraf vagus
menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di dalam
dinding usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan ke usus baik dari ganglia
prevertebra maupun dari daerah basal otak.
Jenis-Jenis Neurontransmiter yang Disekresi oleh Neuron-Neuron Enterik
Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para
peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusin atau lebih zat-zat neurontransmiter
yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari
neurontransmiter yang telah kita kenal adalah (1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain
adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin, (5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8)
polipeptida intestinal vasoaktif, (9) somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12)
bombesin. Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk
dibahas disini, selain pembahasan hal berikut:
Asetilkolin paling sering merangsang aktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu
menghambat aktivitas gastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai
traktus gastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal ke
dalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari bahanbahan eksitator dan inhibitor.
Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yang dikeluarkan oleh semua serat praganglion
otonom, serat pascaganglion parasimpatis, dan neuron motorik.
Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal
Tempat pengeluaran Asetilkolin dan Norepinefrin
ASETILKOLIN
NOREPINEFRIN
Semua ujung (terminal) praganglion system Sebagian besar ujung pascaganglion simpatis
saraf otonom
Semua ujung pascaganglion parasimpatis
Medulla adrenal
Ujung pascaganglion simpatis di kelenjanr Susunan saraf pusat
keringat dan sebagian pembuluh darah di
otot rangka

Ujung neuron aferen yang mempersarafi otot


rangka (neuron motorik)
Susunan saraf pusat
Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal
Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurotransmitter terakhir yang
berbeda antara saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap jalur saraf otonom yang berjalan dari SSP
ke suatu organ terdiri dari SSP ke suatu organ terdiri dari suatu rantai yang terdiri dari dua
neuron. Badan sel neuron yang pertama di rantai tersebut terletak di SSP. Aksonnya, serat
preganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terdapat di dalam suatu ganglion di
luar SSP. Akson neuron kedua, serat pascaganglion, mempersarafi organ-organ efektor.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua divisi-sistem simpatis dan parasimpatis. Serat-serat saraf
simpatis berasal dari daerah torakal dan lumbal korda spinalis. Sebagian besar serat preganglion
simpatis berukuran sangat pendek, bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglion didalam
ganglion yang terdapat di rantai ganglion simpatis yang terletak di kedua sisi korda spinalis.
Serat pascaganglion panjang yang berasal dari rantai ganglion itu berakhir di organ-organ
efektor. Sebagian serat praganglion melewati rantai ganglion tanpa membentuk sinaps dan
kemudian berakhir di ganglion kolateral simpatis yang terletak disekitar separuh jalan antara
SSP dan organ-organ yang dipersarafi, dengan serat pascaganglion menjalani jarak sisanya.
Serat-serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah cranial dan sacral SSP. Serat-serat ini
berukuran lebih panjang dibandingkan dengan serat praganglion simpatis karena serat-serat itu
tidak terputus sampai mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau dekat dengan
organ efektor. Serat-serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ yang
bersangkutan itu sendiri.
Serat-serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmitter yang sama,
yaitu asetilkolin (Ach), tetapi ujung-ujung pasca ganglion kedua system ini mengeluarkan
neurotransmitter yang berlainan (neurotransmitter yang mempengaruhi organ efektor). Seratserat pascaganglion parasimpatis mengeluarkan asetilkolin. Dengan demikian, serat-serat itu
bersama dengan semua serat praganglion otonom, disebut serat kolinergik. Sebaliknya sebagian
besar serat pascaganglion simpatis disebut serat adrenergic, karena mengeluarkan
noradrenalin, lebih umum dikel sebagai norepinefrin. Baik asetilkolin maupun norepinefrin
juga berfungsi sebagai zat perantara kimiawi di bagian tubuh lainnya.
v Persarafan Parasimpatis
Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi kranial dan divisi sakral. Kecuali untuk
beberapa serabut parasimpatiske regio mulut dan faring dari saluran pencernaan, serabut saraf
parasimpatis kranial hampir seluruhnya di dalam saraf vagus. serabut-serabut ini memberi
inervasi yang yang luas pada esofagus, lambung, pankreas, dan sedikit usus sampai separuh
bagian pertama usus besar.

Parasimpatis sakral bersal darisegmen sakral kedua, ketiga, dan keempat dari medula spinalis
serta berjalan melalui saraf pelvis ke seluruh bagian distal usus besar dan sepanjang anus. Arean
sigmoid, rektum, dan anus diperkirakan mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik
daripada nagian usus yang lain. Fungsi serabut ini terutama untuk menjalankan reflak defekasi.
Neuron-neuron postganglionik dari sistem parasimpatis gastrointestinal terletak terutama di
pleksus mienterikus dan pleksus submukosa. Perangsangan saraf parasimpatis ini menimbulakan
peningkatan umum dari aktivitas seluruh sistem saraf enterik. Hal ini kemudian akan
memperkuat aktivitas sebagian besar fungsi gastrointestinal.
v Persarafan Simpatis
Serabut-serabut simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal bersal dari medula spinalis
antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar serabut preganglionik yang mempersarafi usus,
sesudah meninggalkan medula, memasuki rantai simpatis yang terlatak di sisi lateral kolumna
spinalis, dan banyak dari serabut ini kemudian berjalan melalui rantai ke ganglia yang terletak
jauh seperti ganglion seliaka dan berbagai ganglion mesenterica. Kabanyakan badan neuron
simpatik postganglionik berada di ganglia ini, dan serabut-serabut post ganglionik lalu menyebar
melalui saraf simpatis postganglionik ke semua bagian usus. Sistem simpatis pada dasarnya
menginervasi seluruh traktus gastrointestinal, tidak hanya meluas dekat dengan rongga mulut dan
anus, sebagaimana yang berlaku pada sistem parasimpatis. Ujung-ujung saraf simpatis sebagian
besar menyekresikan norepinefrin dan juga epinefrin dalam jumlah sedikit.
Pada umumnya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh
sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap
yang kecil melalui pengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk menghambat otot polos traktus
intestinal (kecuali otot mukosa yang tereksitasi oleh norepinefrin), dan (2) pada tahap yang besar
melalui pengaruh inhibisi dari norepinefrin pada neuron-neuron pada seluruh sistem saraf
enterik.
Perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menginhibisi peregerakan motor usus begitu
hebat sehingga dapat benar-benar menghentikan pergerakan makanan melalui traktus
gastrointestinal.
Efek sistem saraf otonom pada pada berbagai organ
ORGAN
Saluran
pencernaan

Jenis reseptor simpatis

, 2 (organ-organ)

HASIL PRAKTIKUM
Pengaruh epinefrin

Efek stimulasi simpatis

motilitas (gerakan)

Efek stimulasi
parasimpatis

motilitas

Pengaruh asetilkolin

PEMBAHASAN
Selain sistem saraf enterik, kontrol pada traktus gastrointestinal juga dipengaruhi oleh saraf
ekstrinsik, yaitu sistem saraf otonom. Jalur saraf otonom terdiri dari suaru rantai dua neuron,
dengan neurontransmiter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
Dalam hal ini serabut saraf simpatis memiliki hasil kerja yang berlawanan dari serabut saraf
parasimpatis. Serabut saraf parasimpatis berguna untuk meningkatkan aktivitas traktus
gastrointestital dalam percobaan ini adalah pergerakan atau motilitas usus. Sedangkan serabut
saraf simpatis bekerja dengan efek yang berlawanan yaitu menghambat aktivitas traktus
gastrointestinal. Pada masing-masing serabut mengsekresikan neurontransmiter yang berbeda
untuk menghasilkan efek tersebut. Asetilkolin pada saraf parasimpatis dan Epinefrin pada saraf
simpatis.
Dari hasil praktikum diatas dapat terlihat bahwa dengan pemberian larutan epinefrin akan
menghasilkan penurunan frekuensi dan amplitudo jika dibandingkan dengan kontrolnya. Hal ini

dapat terjadi karena epinefrin memberikan efek simpatis pada otot usus sehingga menghasilkan
penurunan motilitas usus.
Sedangkan pada pemberian larutan asetilkolin akan terlihat adanya peningkatan frekuensi dan
amplitudo dari peregangan usus. Karena asetilkolin merupakan neurotransmitter yang dihasilkan
pada pasca ganglion saraf parasimpatis yang berpengaruh terhadap peningkatan motilitas usus.
KESIMPULAN

Pemberian larutan epinefrin akan menurunkan motilitas usus.

Pemberian larutan asetilkolin akan meningkatkan motilitas usus.

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, N. Kamus kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta; EGC. 2002

Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta; EGC. 2001

Guyton, AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta; EGC. 2007

Despopoulos. Agamemnon. Stefan Sibernagl. Color atlas of physiology. 5th Edition. New
York; Thieme Stuttgart. 2003

Ganong, WF. Review of medical physiology. 20th Edition. USA; McGraw-Hill. 2001

Like this:
Like
Be the first to like this.
Posted in Uncategorized

4 Responses to PENGARUH EPINEFRIN DAN ASETILKOLIN TERHADAP


OTOT USUS

You might also like