You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. (Dorland, 1998: 185).
Kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada
seluruh lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
4. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
1

5. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan.

Pada golongan sosial ekonomi rendah

umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi


imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi.

Hal ini karena pada pria non

sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan


smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
C. PATOFISIOLOGI
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK) / Squamosa Columner Junction
(SCJ)
Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan
squamosa) berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen
yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus herpes
simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk
menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan
prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi
dimulai di daerah Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput
2

lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan


tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio
yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
1. Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2. Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks
dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN).
CIN ada tiga tingkatan yaitu:
a. CIN I

: displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan


sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.

b. CIN II

: displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih


rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas
sel epitel ketiga.

c. CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua
lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
D. PATHWAYS
hygiene (-)

sos-ek rendah

hub. sexual
usia dini, frekuensi sering

laki-laki

perempuan

nutrisi kurang

tdk circumcici

smegma

imunitas (-)

jumlah partus

perubahan sel cervix

infeksi virus

Papiloma

Herpes simplek

Kandioma
Radang
3

invasiv ke sel saraf


Perubahan porsio
Perubahan Cervix
Ca. Cervix
Pembesaran
massa

Terapi
Radiologi

Efek radioterapi

Histerektomi

Kemoterapi

Gastro
intestinal

Alopesia

Peristaltic
usus

Gangguan
body image

Integrumen
Puritus

Gangguan
integritas
kulit

Diare

Anemia
Penurunan
suplay O2

Intoleransi aktivitas

Penipisan
sel
Pem.darah
terbuka
Perdarahan

Supresi
saraf

Metastase
Paru

nyeri

Gangguan
rasa
nyaman
:
Syok
nyeri
hipovolemik
Penurunan
imunitas

Resti
infeksi

ginjal

Krisis situasi
pelvic

Peningkatan
tekanan intra
abdomen

Cemas

Nusea /
Vomitus

Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap
lanjut, tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. Perdarahan spontan
2. Perdarahan saat defekasi keluhan
3. Perdarahan berbau busuk yang khas

4.

Nyeri diatas pubis


dan sekitar
panggul

5. Perdarahan yang dialami segera setelah coitus.


6. Keputihan yang purulen, berbau.
7. Anemia.
8. Cepat lelah.
9. Kehilangan berat badan.
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah yang dianjurkan oleh IFGO
(International Federation of Obstetrics and Ginecology)
Tingkat 0 : carcinoma in situ.
Selaput basal masih utuh : disebut juga carcinoma ekstra epitel.
Tingkat 1 : carcinoma terbatas pada cervix.
Tingkat 1a : carcinoma micro invasive.
Proses telah menembus selaput basal tapi tidak lebih dari 3 mm.
Dari selaput tersebut dan tidak banyak tempat (papil invasive tak
banyak) dan tidak terdapat sel ganas di pembuluh darah / limfe
Tingkat 1b : Proses masih terbatas pada portio tapi suhdah terjadi sel tumor
ganas yang lebih jauh dari 1a.
Tingkat 1b : proses tidak nyata secara klinis tapi secara histopalogic sudah
terjadi invasi sel tumor ganas.
Tingkat 2

: Ca. Menyebar ke 2/3 bagian atas vagina dan pada uterus

Tingkat 2a : Proses sedah menyebar ke vagina dalam batas 2/3 proximal


sedangkan parametrium masih bebas dari proses.
Tingkat 2b : Proses sudah meluas sampai parametrium tapi belum masuk
dinding panggul.
Tngkat 3

: Ca. telah menyebar ke dinding pervic1/3 bagian bawah vagina

Tingkat 3a : proses sudah meluas 1/3 distal vagina proses parametria tidak
meluas mencapai dinding panggul
5

Tingkat 3b : proses sudah mencapai dinding pada panggul dan tidak terdapat
daerah terbebas antara portio dan proses pada dinding panggul
tersebut.
Tingkat 4

: Ca. telah menyebar ke organ lain.

Tingkat 4a : proses telah mencapai mukosa rectum dan atau vu / sudah


keluar dari panggul kecil, metastasis juga belum terjadi
Tingkat 4b : terjadi metastasis jauh.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sitologi / Pap Smear.
Keuntungan : murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest.
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Koloskopi.
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio,
sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak
terlihat.
4. Kolpomikroskopi.
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi.
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi.

Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya.

Konisasi dilakukan bila hasil sitologi

meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.


H. TERAPI
1. Irradiasi.

Dapat dipakai untuk semua stadium.

Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.

Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

Dosis :
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks.
Komplikasi Irradiasi :

Kerentanan kandungan kencing.

Diare.

Perdarahan rectal.

Fistula vesico atau rectovaginalis.

2. Operasi.

Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II.

Operasi histerektomi vagina yang radikal.

3. Kombinasi.
Irradiasi dan pembedahan.
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya

vaskularisasi,

odema.

Sehingga

tindakan

operasi

berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula,


disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
4. Cytostatika.
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 %
dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

I. PENCEGAHAN
1. Personal Higiene yang baik, terutama daerah genitalia
2. Penggunaan obat yang terkontrol
3. Gaya hidup yang baik
4. Circumcici bagi pasangan
5. lingkungan yang baik
6. Pap smears atau cervical smears

Untuk wanita yang aktiv sexualitasnya, satu tahun sekali.

Untuk wanita yang biasa, mulai umur 18 tahun, tiap 2 tahun sekali.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.

PENGKAJIAN
a)

Identitas klien.

b) Keluhan

utama.

Perdarahan dan keputihan.


c)

Riwayat penyakit sekarang.

d) Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan


yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau
keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan
hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
e)

Riwayat penyakit terdahulu.

f)

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah


mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.

g) Riwayat penyakit keluarga.


h) Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.

i)

Riwayat

psikososial

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah


dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
j)

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi.
- perdarahan.
- keputihan
2. Palpasi.
- nyeri abdomen.
- nyeri punggung bawah.

k) Pemeriksaan Dignostik
- Sitologi / Pap Smear.
- Schillentest.
- Koloskopi.
- Kolpomikroskopi.
- Biopsi.
- Konisasi.
2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra abdomen.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi.

3.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intra abdomen.
Tujuan : nyeri berkurang.
Kriteria hasil : klien tidak gelisah dan ekspresi wajah tidak tegang.
10

Intervensi :

Kaji skala nyeri dan intensitas nyeri.


Rasional : untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Awasi dan pantau tanda-tanda vital.


Rasional : klien mengetahui penyebab nyeri.

Ajarkan klien relaksasi nafas dalam dan masase daerah sekitar nyeri.
Rasional : mengurangi rasa nyeri.

Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang.


Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi
nyeri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia.
Tujuan : agar kebutuhan klien terpenuhi.
Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, pasien tidak lemah dan pucat.
Intervensi :

Jelaskan nutrisi untuk penyembuhan pasien.


Rasional : meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan makan.

Anjurkan porsi makan dengan porsi kecil tapi sering dan menarik.
Rasional : dapat meningkatkan selera makan dan kebutuhan terpenuhi.

Anjurkan pasien untuk mengurangi minum disela-sela makan.


Rasional : minum dapat mengakibatkan cepat kenyang, stok nutrisi
yang masuk kurang.

Temani dan bantu klien makan.


Rasional : dapat meningkatkan motivasi klien untuk menghabiskan
makan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi.


Tujuan : agar integritas kulit dapat dipertahankan.
Kriteria hasil : kulit tampak utuh atau bersih.
Intervensi :

Jaga kebersihan kulit.

11

Rasional : mencegah transmisi mikroorganisme.

Pertahankan hidrasi adekuat.


Rasional : elastisasi kulit tetap terjaga.

Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker.


Rasional : efek merah, gatal-gatal dapat terjadi pada area radiasi.

Jelaskan pada pasien untuk menghindari menggaruk.


Rasional : mencegah iritasi.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology.
Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Monica Ester, Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of Nurses,
English University Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.
Muchtar Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi: 2.
Jakarta : EGC.

12

13

You might also like