You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal,
dengan pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari
abses cukup variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran
fistulous. Lokasi klasik abses anorectal tercantum dalam urutan penurunan frekuensi
adalah sebagai berikut: perianal 60%, ischiorectal 20%, intersphincteric 5%,
supralevator 4%, dan submukosa 1%.1
Kejadian puncak dari abses anorektal adalah di dekade ketiga dan keempat
kehidupan. Pria lebih sering terkena daripada wanita, dengan dominasi lakiperempuan 2:01-3:01. Sekitar 30% dari pasien dengan abses anorektal laporan
riwayat abses serupa yang baik diselesaikan secara spontan atau intervensi bedah
diperlukan.1
Terjadinya abses perianal pada bayi juga cukup umum. Mekanisme yang tepat
adalah kurang dipahami tetapi tidak tampaknya berkaitan dengan sembelit.
Untungnya, kondisi ini cukup jinak pada bayi, jarang memerlukan intervensi operasi
pada pasien ini selain drainase sederhana.1
Fistula perianal merupakan sebuah hubungan yang abnormal antara epitel dari
kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal adalah bentuk kronik
dari abses anorektal yang tidak sembuh yang membentuk traktus akibat inflamasi.
Prevalensi fistel perianal sebanyak 8,6 kasus tiap 100.000 populasi. Pada pria 12,3%
sedangkan pada wanita berkisar 5,6 % pada 100.000 populasi. Rasio pada pria dan
1

wanita adalah 1,8:1 dengan umur rata-rata penderita adalah 38 tahun. Sebagian besar
fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar
40% pasien dengan abses akan terbentuk fistula. Hampir semua fistel perianal
disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan
fistel mempunyai satu muara di kripta diperbatasan anus dan rektum dan lubang lain
di perineum kulit perianal. Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena
fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula
termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post
operasi akan mengalami kekambuhan).1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.1.1. Embriologi
Embriologi dari traktus digestistivus dimulai sejak minggu
keempat kehamilan. Primitive gut dari traktus digestivus ini berasal
dari endoderm, yang kemudian akan membagi menjadi 3 segmen,
yaitu foregut, midgut, dan hindgut. Midgut dan hindgut berperan
dalam pembentukan colon, rectum, dan anus. 2
Midgut akan berkembang menjadi small intestine, colon
ascenden, dan colon tranversus proksimal. Bagian-bagian tersebut
mendapat vaskularisasi dari arteri mesenterika superior. Pada minggu
keenam kehamilan, midgut akan mengalami herniasi keluar dari
kavum abdomen, dan kemudian mengalami rotasi 270 derajat
berlawanan arah jarum jam di sekitar arteri mesenterika superior untuk
kembali ke posisi akhir di dalam kavum abdomen pada minggu
kesepuluh. 2
Hindgut berkembang menjadi colon tranversus distal, colon
descenden, rektum, dan anus proksimal, yang semuanya mendapat
vaskularisasi dari arteri mesenterika inferior. Pada minggu keenam
kehamilan, bagian paling distal dari hindgut, yaitu kloaka, akan terbagi
oleh septum urorectal menjadi sinus urogenital dan rectum. 2

Bagian distal dari kanalis anal berasal dari ektoderm dan


menerima vaskularisasi dari arteri pudendalis interna. Linea dentata
merupakan batas antara endodermal hindgut dengan ektodermal distal
kanalis anal. 2
2.1.2. Anorektal
Rektum memiliki panjang 12-15 cm. Pada rektum terdapat 3
lipatan yaitu submukosa, valves of Houston, yang masuk hingga ke
lumen rectum. Pada bagian posterior terdapat fascia presacral yang
memisahkan rektum dengan pleksus venosus sakralis dan saraf-saraf
pelvikus. Setinggi S4, fascia retrosakral, atau yang disebut juga fascia
Waldeyer, akan kearah anterior dan inferior yang kemudian melekat
pada lapisan propria di anorektal junction. 2
Pada bagian anterior, terdapat fascia Denonvilier yang
memisahkan rektum dengan prostat dan vesicula seminalis (pada pria),
sedangkan pada wanita fascia ini memisahkan rektum dengan vagina.
Terdapat linea dentata atau pectinate yang membatasi transisi dari
epitel kolumnar mukosa rektum dengan epitel skuamousa dari
anoderm. Daerah mukosa 1-2 cm proksimal dari linea dentata
memiliki epitel kolumnar, kuboidal, dan squamous. Daerah ini disebut
dengan anal transition zone. Linea dentata ini dikelilingi oleh
lipatan mukosa longitudinal, yang disebut dengan columna
morgagni, dimana pada lokasi ini terdapat kripta anal. Kripta anal
inilah yang merupakan sumber abses kriptoglandular. 2

Gambar 2.1. Anatomi Anal Canal


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 2
Pada rektum bagian distal, lapisan otot polos bagian dalam
menebal dan membentuk sphincter anal interna. Sphincter interna ini
dikelilingi oleh jaringan subkutan, superfisial, dan sphincter profunda
eksterna.

Sphincter

analis

profunda

eksterna

ini

merupakan

perpanjangan dari muskulus puborektal. Musculus puborektalis,


iliococcygeus, dan pubococcygeus membentuk musculus levator ani
pada dasar panggul.1

Gambar 2.2 Otot-otot daerah kanal anal


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 2
2.1.3. Vaskularisasi

Gambar 2.3 Vaskularisasi Kolon - Arteri


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery2
Bagian superior dari rektum mendapat vaskularisasi dari arteri
rektalis superior, yang merupakan cabang dari arteri mesenterika
inferior. Arteri rektalis medius muncul darii arter iliaka interna, namun
keberadaan dan ukuran dari arteri ini sangatlah bervariasi. Arteri
rektalis inferior muncul dari arteri pudendalis interna, yang merupakan

cabang dari arteri iliaka iterna. Pada tiap-tiap ujung dari arteri-arteri
tersebut terdapat banyak sekali pembuluh darah kolateral yang saling
berhubungan. Hal inilah yang menyebabkan pada rektum relatif tidak
terjadi iskemia. 2

Gambar 2.4 Vaskularisasi Rektum - Arteri


Gambar dikutip dari Gray's Anatomy for Students 5
Aliran vena rektum paralel dengan arterinya. Vena rektalis
superior akan mengalirkan darah ke sistem portal melalui vena
mesenterika inferior. Vena rektalis medial akan mengalirkan darah ke
vena iliaka interna, sedangkan vena rektalis inferior akan mengalirkan
darah ke vena pudendalis interna, dan terkadang juga ke vena iliaca
interna. Juga terdapat plekus submukosal pada kolumna morgagni
yang membentuk pleksus hemorrhoidal, yang nantinya akan
mengalirkan darah ke vena-vena yang disebut diatas. 2

Gambar 2.5 Vaskularisasi Aliran Vena


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 2
Aliran limfe dari rektum mengikuti aliran darahnya. Aliran dari
rektum bagian superior dan medius akan diarahkan ke limfonoduli
mesenterika inferior, sedangkan aliran limfe dari rektum bagian
inferior akan dialirkan ke 2 arah. Ke superior akan diarahkan ke
limfonoduli mesenterika inferior, dan ke lateral akan ke limfonoduli
iliaka interna. Kanalis anal memiliki aliran limfe yang agak rumit.
Sebelah proksimal dari linea dentata akan dialirkan ke limfonoduli
mesenterika inferior dan iliaka interna. Sedangkan sebelah distal dari
linea dentaa akan dialirkan sebagian besar ke limfonoduli inguinal,
namun ada juga sebagian kecil yang dialirkan ke limfonoduli
mesenterika inferior dan iliaka interna.

2.1.4. Innervasi
Daerah anorektal mendapat persarafan simpatis dari serabut
saraf L1-L3, yang bergabung dengan pleksus preaortikus. Serabut
saraf preaortikus tersebut akan berjalan di bawah aorta dan
membentuk pleksus hipogastrikus. Pleksus ini akan bergabung dengan
serabut saraf parasimpatis dan membentuk plekus pelvikus. 2
Serabut saraf parasimpatis yang disebut juga nervi erigentes,
berasal dari S2-S4, akan bergabung dengan serabut saraf simpatis
untuk membentuk pleksus pelvikus. Gabungan dari serabut saraf
simpatis dan parasimpatis ini akan menginervasi daerah anorektum
dan beberapa organ urogenital.2

Gambar 2.6 Innervasi


Gambar dikutip dari Gray's Anatomy for Students 5
Sphincter anal interna mendapat inervasi simpatis dan
parasimpatis, dimana kedua jenis serabut saraf tersebut
menghambat kontraksi sphincter. Sphincter anal externa dan

musculus puborektal mendapat inervasi oleh cabang rektalis


inferior dari nervus pudendalis interna. Musculus levator ani
mendapat inervasi dari nervus pudendalis interna dan cabang
langsung dari S3-S5. 2
Kanal anal mendapat inervasi sensoris dari cabang
rektal inferior dari nervus pudendalis. Bagian anorektum yang
memiliki sensasi adalah kanal anal yang terletak di bawah linea
dentata. 2
2.2. Definisi
Abses perianal meruakan merupakan infeksi jaringan lunak di sekitar
kanalis analis, dengan pembentukan rongga abses. Keparahan dan kedalaman
abses cukup variable dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan
saluran fistula (fistula tract). Fistula perianal adalah suatu hubungan yang
abnormal antara epitel dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal.
Fistula perianal merupakan bentuk kronik dari abses anorektal yang tidak
sembuh sehingga membentuk traktus.3
2.3. Klasifikasi
Sebagian besar fistula berasal dari infeksi dari glandula anal pada linea
dentata dan jalur fistula yang terbentuk tergantung dari anatominya. Pada
sebagian besar kasus yang ada, fistula akan menembus fascia dan jaringan
lemak, terutama daerah intersphincter antara sphincter interna dengan
sphincter externa menuju ke fascia ischiorectal, dan menembus kulit perineal.
Pada beberapa kasus, dapat pula terjadi penyebaran sirkumferensi ke fossa

10

ischiorektal, dengan melewati ke sisi kontralateral melalui posterior rektum


(horseshoe fistula).4
Fistula dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan anatomisnya
(menurut Parks dan kawan-kawan):4
1. Intersphincteric
Fistula

yang

terletak

pada

daerah

intersphincteric.

Fistula

intersphincteric meliputi hampir 70% dari seluruh kejadian fistula anal. Pada
kebanyakan kasus, proses infeksi berjalan langsung ke anal margin, tetapi ada
beberapa varian dari fistula tipe ini yang lebih jarang terjadi dan
membutuhkan penanganan yang lebih kompleks, misalnya pada keadaan
dimana terjadi perjalanan ke atas di dinding rectum (dengan/tanpa perineal
opening). Pada kasus yang jarang dapat pula terjadi fistula intersphincteric di
colon.4

Gambar 2.7 Intersphincteric fistula with simple low tract


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 1
2. Transsphincteric
Fistula yang menghubungkan daerah intersphincteric dengan fossa
ischiorectal melalui perforasi dari sphincter eksternal. Pada fistula

11

transsphincteric (25%), jalur fistula mengarah transversal dari sphincter


external ke fossa ischiorectal dan berakir pada kulit perineal. Jika jalur fistula
tersebut menembus otot pada level bawah, maka fistula tersebut tidak ada
komplikasi dan mudah diterapi. Namun bila fistula tersebut menembus bagian
atas dari sphincter (high blind track), maka lebih sulit diterapi. Pada
pemeriksaan colok dubur, kita dapat merasakannya pada dinding rektum dan
dokter ahli bedah dapat membuat jalur buatan ke rektum dengan forceful
probing.4

Gambar 2.8 Uncomplicated transsphincteric fistula


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 1
3. Suprasphincteric
Menyerupai transsphincteric, tetapi jalurnya mengelilingi sphincter
external dan menembus levator ani. Fistula suprashincteric lebih jarang (4%)
dan lebih sulit untuk diterapi. Jalur fistula ini pertama-tama akan naik ke

12

intersphincteric plane, sebelum ke arah lateral melewati atas dari


puborektalis, kemudian ke arah bawah melewati fossa ischiorectal menuju ke
kulit perineal. Pada beberapa kasus, fistula tersebut dapat mengalami ekstensi
ke pelvis dan sejajar dengan rectum (high blind track). Pada kasus ini,
indurasi dapat dipalpasi dari dinding rektum. 4

Gambar 2.9 Uncomplicated suprasphincteric fistula


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 1
4. Extrasphincteric
Fistula dengan jalur menembus kulit perineal dan terletak di luar
kompleks sphincter. Fistula ekstrasphincteric merupakan kasus yang sangat
jarang (1%) dan terapinya juga berbahaya. Jalur fistula ini menembus kulit
perineal ke dinding rektum dengan menembus levator ani. Jalur dari fistula ini

13

seluruhnya di luar dari apparatus sphincter. Penyebab dari fistula ini dapat
oleh karena trauma, baik external maupun internal (duri ikan), karsinoma,
ataupun Crohns disease. Terapi untuk fistula jenis ini sangat sulit, lama, dan
biasanya membutuhkan kolostomi.4

Gambar 2.10 Extrasphincteric fistula secondary to anal fistula


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 1
2.4. Etiologi
Abses dan fistula Perirectal merupakan gangguan anorektal yang
timbul didominasi dari obstruksi kriptus dubur. Infeksi dari hasil sekresi
kelenjar sekarang statis di nanah dan pembentukan abses dalam kelenjar
dubur. Biasanya, abses bentuk awalnya dalam ruang intersphincteric dan
kemudian menyebar di sepanjang ruang potensial yang berdekatan.3

14

Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau


penyaliran abses anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu
muara di kripta di perbatasan anus dan rektum dan lubang lain di perineum
kulit perianal. Kadang fistel disebabkan

colitis yang disertai proktitis,

seperti TBC, amubiasis, atau morbus crohn. Fistel dapat terletak di subkutis,
submukosa, antarsfingter atau menembus sfingter. Mungkin fistel terletak
anterior, posterior, lateral. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip
sepatu kuda. Umumnya fistel ditemukan tunggal atau kadang-kadang
ditemukan kompleks.3
Hipotesis yang paling jelas adalah kriptoglandular. Fistula perianal
merupakan

abses anorektum tahap akhir yang telah didrainase dan

membentuk traktus. Kanalis anal mempunyai 6-14 kelenjar kecil yang


terproyeksi melalui sfingter anal dan menuju kripta pada linea dendata.
Kelenjar

dapat

terinfeksi

dan

menyebabkan

penyumbatan

dan

terperangkapnya feses dan bakteri dalam kelenjar. Penyumbatan ini juga


dapat terjadi setelah trauma, pengeluaran feses yang keras, atau inflamasi.
Apabila kripta tidak kembali membuka ke kanalis anal maka akan terbentuk
abses di dalam rongga intersfingteric. Abses lama kelamaan akan
meninggalkan jalan keluar dengan meninggalkan fistula.3
Aturan Goodsall dapat membantu untuk mengantisipasi keadaan
anatomi dari fistula perianal. Fistel dengan lubang kripta di sebelah anterior
umumnya berbentuk lurus. Fistel dengan lubang yang berasal dari kripta di
sebelah dorsal umumnya tidak lurus tetapi bengkok ke depan karena radang
15

dan pus terdorong ke anterior disekitar m.pubrorektalis dan dapat


membentuk satu lubang perforasi atau lebih di sebelah anterior.3
.5.

Patofisiologi
Sebagaimana disebutkan di atas, abses dan fistula mewakili perirectal
gangguan anorektal yang muncul didominasi dari obstruksi kriptus dubur.
Anatomi normal menunjukkan di mana saja 4-10 kelenjar dubur dikeringkan
oleh kriptus masing pada tingkat linea dentata. Kelenjar dubur biasanya
berfungsi untuk melumasi lubang anus. Obstruksi dubur kriptus hasil dalam
stasis sekresi kelenjar dan, ketika kemudian terinfeksi, supurasi dan
pembentukan abses dalam hasil kelenjar dubur. Abses biasanya terbentuk di
ruang intersphincteric dan dapat menyebar di sepanjang ruang berbagai
potensi.3
Organisme umum terlibat dalam pembentukan abses termasuk
Escherichia coli, spesies Enterococcus, dan spesies Bacteroides, namun, tidak
ada bakteri tertentu telah diidentifikasi sebagai penyebab unik dari abses.
Penyebab kurang umum dari abses perianal yang harus dipertimbangkan
dalam diagnosis diferensial meliputi TBC, karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, actinomycosis, venereum limfogranuloma, penyakit Crohn,
trauma, leukemia, dan limfoma. Ini dapat mengakibatkan pengembangan
atipikal fistula-in-ano atau fistula rumit yang gagal untuk merespon
perawatan bedah konvensional. 3

16

Seiring membesarnya abses, abses dapat menyebar ke beberapa arah.


Abses perianal adalah manifestasi paling umum dan muncul sebagai
pembengkakan yang nyeri di ambang analis. Menyebar melalui sphincter
eksternal di bawah tingkat puborectalis menghasilkan abses iskiorektalis.
Abses ini dapat menjadi sangat besar dan mungkin tidak terlihat di daerah
perianal. Pemeriksaan digital rektal dapat ditemukan pembengkakan yang
nyeri di lateral fossa iskiorektalis. Abses Intersfingterik terjadi di ruang
intersfingterik dan sangat sulit untuk didiagnosa, sering membutuhkan
pemeriksaan di bawah anestesi. Abses pelivik dan supralevator jarang terjadi
dan mungkin hasil dari perpanjangan abses intersfingterik atau iskiorektalis
ke atas, atau perpanjangan abses intraperitoneal ke bawah. 3
2.6. Gejala Klinis
Pasien

dengan

abses

perianal

biasanya

mengeluhkan

ketidaknyamanan perianal kusam dan pruritus. Nyeri perianal mereka sering


diperburuk oleh gerakan dan tekanan perineum meningkat dari duduk atau
buang air besar. Pemeriksaan fisik menunjukkan eritematosa, kecil,
didefinisikan dengan baik, berfluktuasi, subkutan massa di dekat lubang
anus.3
Pasien dengan abses iskiorektalis sering hadir dengan demam
sistemik, menggigil, dan sakit parah dan kepenuhan perirectal konsisten
dengan sifat lebih maju dari proses ini. Tanda-tanda eksternal yang minimal
dan dapat mencakup eritema, indurasi, atau fluctuancy. Pada pemeriksaan

17

dubur digital (DRE), massa, berfluktuasi indurated mungkin ditemui.


Penilaian fisik yang optimal dari suatu abses iskiorektalis mungkin
memerlukan anestesi untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang
dinyatakan akan membatasi tingkat pemeriksaan.3
2.7. Diagnosis
Pasien mungkin datang dengan keluhan keluarnya cairan yang
persisten dari lubang fistula. Pada pemeriksaan colok dubur bidigital,
umumnya fistula dapat diraba antara telunjuk di anus (bukan di rektum) dan
ibu jari pada kulit perineum. Fistula tersebut akan teraba sebagai tali setebal
kurang lebih 3mm. Jika fistula agak lurus, dapat disonde sampai sonde keluar
di kripta asalnya.6
Indurasi pada jalur fistula mungkin dapat dipalpasi. Lubang eksternal
biasanya lebih mudah diidentifikasi, sedangkan pada lubang internal
biasanya lebih sulit. Goodsalls rule dapat digunakan sebagai panduan untuk
menentukan lokasi dari lubang internal.2

18

Gambar 2.11 Goodsalls Rule


Gambar dikutip dari Schwartzs Principle of Surgery 2
Pada umumnya, fistula dengan lubang eksternal di sebelah anterior
dihubungkan oleh jalur yang pendek dan radial. Sedangkan fistula dengan
lubang eksternal di posterior memiliki jalur fistula yang berbentuk
curvilinear ke posterior midline. Namun terdapat beberapa pengecualian,
yaitu pada keadaan dimana lubang eksternal anterior berjarak lebih dari 3cm
dari anal margin, biasanya fistula tersebut memiliki jalur ke arah posterior
midline. 2
2.8. Penatalaksanaan
Pada

kebanyakan

pasien

dengan

abses

anorektal,

terapi

medikamentosa dengan antibiotik biasanya tidak diperlukan. Namun, pada


pasien dengan peradangan sistemik, diabetes, atau imunitas rendah, antibiotik
wajib diberikan.3

19

Abses anorektal harus diobati dengan drainase sesegera mungkin


setelah diagnosis ditegakkan. Jika diagnosis masih diragukan, pemeriksaan di
bawah anestesi sering merupakan cara yang paling tepat baik untuk
mengkonfirmasi diagnosis serta mengobati. Pengobatan yang tertunda atau
tidak memadai terkadang dapat menyebabkan perluasan abses dan dapat
mengancam nyawa apabila terjadi nekrosis jaringan yang besar, atau bahkan
septikemia. Antibiotik hanya diindikasikan jika terjadi selulitis luas atau
apabila pasien immunocompromised, menderita diabetes mellitus, atau
memiliki penyakit katub jantung.

Namun, pemberian antibiotik secara

tunggal bukan merupakan pengobatan yang efektif untuk mengobati abses


perianal atau perirektal.3
Kebanyakan abses perianal dapat didrainase di bawah anestesi lokal
di kantor, klinik, atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar
maupun pada lokasinya yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam
ruang operasi. Insisi dilakukan sampai ke bagian subkutan pada bagian yang
paling menonjol dari abses. Eksisi Dog ear" yang timbul setelah insisi
dipotong untuk mencegah penutupan dini. Luka dibiarkan terbuka dan Sitz
bath dapat dimulai pada hari berikutnya.3

20

Ga
Gambar 2.12 Drainase Abses Perianal
Gambar dikutip dari perianal abcess emedice Medscape 3

Gambar 2.13 Skema Penatalaksanaan Abses Perianal


Gambar dikutip dari perianal abcess emedice Medscape 3
Penatalaksanaan pada pasien dengan fistel perianal adalah dengan
konservatif dan pembedahan. Terapi konservatif medikamentosa dengan
pemberian analgetik, antipiretik serta profilaksis antibiotik jangka panjang
untuk mencegah fistula rekuren. Pembedahan yang dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi artinya fistel dibuka dari lubang asalnya
21

sampai ke lubang kulit. Luka dibiarkan terbuka sehingga menyembuh mulai


dari dasar per sekundam intentionem. Luka biasanya akan sembuh dalam
waktu agak singkat. Kadang dibutuhkan operasi dua tahap untuk
menghindari terpotongnya sfingter anus.3
Terapi pembedahan:

Fistulotomi
Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,
dibiarkan terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Fistulotomy
merupakan tindakan bedah untuk mengobati anal fistula dengan cara
membuka saluran yang menghubungkan anal canal dan kulit
kemudian mengalirkan pus keluar. Fistulotomy dikerjakan bila
saluran fistula melewati spingter ani, dan bila tidak melewati spingter
ani maka dilakukan Fistulectomy. 3

Teknik Operasi:
Posisi pasien litotomi atau knee chest :
1. Dilakukan anestesi regional atau general
2. Sebelum melakukan operasi sangat penting untuk meraba adanya jaringan
fibrotik saluran fistel di daerah perianal maupun dekat linea dentata, sehingga
dapat ditentukan asal dari fistel

22

3. Dengan

tuntunan

rektoskopi

dicari

internal

opening

dengan

cara

memasukkan methilen blue yang dapat dicampuri perhidrol


4. Bila internal opening belum terlihat dilakukan sondage secara perlahan
dengan penggunaan sonde tumpul yang tidak kaku kedalam fistula dan ujung
sonde diraba dengan jari tangan operator yang ditempatkan dalam rektum
5. Bila internal opening telah ditemukan, dengan tuntunan sonde, dapat
dilakukan fistulotomi yaitu dengan cara insisi fistula searah panjang fistula
dan dinding fistula dilakukan curettage untuk pemeriksaan patologi. Hati-hati
jangan sampai memotong sfingter eksterna.
6. Luka operasi ditutup dengan tampon. 3

Fistulektomi
Jaringan granulasi

harus

dieksisi

keseluruhannya

untuk

menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah

membiarkannya terbuka. 3
Seton
Benang atau karet diikatkan melalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara
gradual untuk memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose
Seton, dimana benang Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi
dan benang akan ditolak oleh tubuh dan terlepas sendiri setelah

beberapa bulan. 3
Advancement Flap

23

Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi keberhasilannya tidak

terlalu besar. 7
Fibrin Glue
Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam
saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh
tubuh. Penggunaan

fibrin

glue memang tampak menarik karena

sederhana, tidak sakit, dan aman, namun keberhasilan

jangka

panjangnya tidak tinggi, hanya 16%. 7


Pasca Operasi:
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama
setelah operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat
inap beberapa hari. Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah
ataupun cairan dari luka operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu
buang air besar. Perawatan luka pasca operasi meliputi sitz bath (merendam
daerah pantat dengan cairan antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin.
Obat-obatan yang diberikan untuk rawat jalan antara lain antibiotika,
analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak terganggu dan
pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat kembali
menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.
4

24

2.9. Komplikasi
Fistula anorektal terjadi pada 30-60% pasien dengan abses anorektal.
Fistula Anorectal muncul sebagai akibat obstruksi dari kripta anal dan atau
kelenjar anal, yang teridentifikasi dengan adanya drainase dari kanal anal
atau dari kulit disekitar perianal. Penyebab lainnya dari fistula perianal
merupakan multi

faktor, termasuk penyakit divertikular, inflammatory

bowel disease, keganasan dan infeksi, seperti tuberkulosis dan actinomikosis.


3

BAB III
KESIMPULAN

Abses perianal meruakan merupakan infeksi jaringan lunak di sekitar kanalis


analis, dengan pembentukan rongga abses. Keparahan dan kedalaman abses cukup

25

variable dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistula
(fistula tract). Fistula perianal adalah suatu hubungan yang abnormal antara epitel
dari kanalis anal dan epidermis dari kulit perianal. Fistula perianal merupakan bentuk
kronik dari abses anorektal yang tidak sembuh sehingga membentuk traktus.
Hampir semua fistel perianal disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses
anorektum, sehingga kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan
anus dan rektum dan lubang lain di perineum kulit perianal. Kadang fistel disebabkan
colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus crohn. Fistel dapat
terletak di subkutis, submukosa, antarsfingter atau menembus sfingter. Mungkin fistel
terletak anterior, posterior, lateral. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip
sepatu kuda. Umumnya fistel ditemukan tunggal atau kadang-kadang ditemukan
kompleks.
Kebanyakan abses perianal dapat didrainase di bawah anestesi lokal di kantor,
klinik, atau unit gawat darurat. Pada kasus abses yang besar maupun pada lokasinya
yang sulit mungkin memerlukan drainase di dalam ruang operasi. Prognosis pada
pasien dengan fistel perianal adalah fistel dapat kambuh bila lubang dalam tidak turut
dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel tidak turut dibuka atau kulit sudah menutup
luka sebelum jaringan granulasi mencapai permukaan.

26

You might also like