You are on page 1of 51

KONSELING OBAT DENGAN INDEKS TERAPI SEMPIT

(DIGOXIN)
Obat Indeks Terapi Sempit
Obat dengan indeksi terapi sempit merupakan obat-obat dengan batas keamanan yang
sempit. Pada obat dengan indeks terapi sempit, perubahan sejumlah kecil dosis obat dapat
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan efek toksik. Oleh karena
itu, obat-obat ini memerlukan pengawasan pada level obat dalam plasma dan penyesuaian
dosis untuk mencegah timbulnya efek toksik (Kang dan Lee, 2009).
Digoksin
Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang
menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran
natrium/kalium dan meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat
meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot
jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat /meningkatkan
kontraksi otot.
Penggunaan Digoksin dimulai pada dosis 0,125-0,25 mg sehari dan tergantung
pada usia, fungsi ginjal, berat badan, dan risiko toksisitas. Dosis yang lebih rendah harus
digunakan jika pasien memenuhi salah satu kriteria berikut: berusia lebih dari 65 tahun,
bersihan kreatinin (creatinine clearance) kurang dari 60 mL/menit atau berat badan ideal
kurang dari 70 kg (154 lb). Dosis 0,125 mg perhari cukup pada sebagian besar pasien.
Rentang konsentrasi yang diinginkan untuk digoksin adalah 0,5-1,2 ng / mL (0,64-1,5
nmol / L), sebaiknya dengan konsentrasi pada atau kurang dari 0,8 ng / mL (1 nmol / L).
Toksik : konsentrasi serum dalam darah > 2,5 ng/ml
Interkasi dengan obat
Meningkatkan kadar digoksin : Karvedilol ,amiodaron, bepridil, siklosporin, diltiazem,
indometasin, itrakonazol, antibiotik, metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil,
kuinidi, verapami, Moricizine dll
Menurunkan kadar digoksin : Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon
inotropik digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat
menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine
Interkaksi obat dan makanan :
Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin
natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan hilangnya
kalium dalam tubuh)
Interaksi Digoksin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Interaksi Digoksin dengan Potassium (Kalium)
nteraksi Digoksin dengan Calcium(Ca)
Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu) : gingseng teh jawa
Informasi konseling 1
No

Nama Obat

Dosis

Rut

Jumlah

Cara

Informasi Konseling Obat

Pakai

1.

Digoksin

0,25
mg

Oral

15
tablet

3x
sehari
tablet

indikasi : Gagal jantung, aritmia

supraventrikular (terutama atrial


fibrilasi)
Aturan pakai : 3 x sehari tablet
sesudah makan .
Efek samping : Mual, Ruam kulit, Pusing
Pandangan buram ,Diare

Konseling
Pada kasus pertama Apoteker mengkonseling pasien terapi jantung .

NO/
TGL
R/ /
NO.R
/

IDENTITAS

AN. Kiswinar/ 12
thn

NAMA
OBAT

R/Fargoksin
0,25 mg

PENGG
UNAAN

JMLH

1x sehari -- Tab
tablet
pagi hari

HASIL KONSELING

Pasien tidak memiliki


riwayat alergi dan Pasien
tidak mempunyai riwayat
penyakit selain jantung

Pasien menjelaskan tidak


sedang mengkonsumsi obat
atau vitamin lain .

Dijelaskan kepada pasien


bahwa obat Digoksin
diminum 1x sehari tablet
pagi hari sesudah makan
kegunaan obat ini terapi
jantung.

Dijelaskan kepada pasien


jika menjalani pola makan
yang mengandung banyak
serat, dan seperti sayuran,
roti gandum, buah dan
sereal, sebaiknya

mengonsumsi digoxin
sebelum mengonsumsi
makanan tersebut untuk
mencegah efek samping
berat .

Dijelaskan kepada pasien


selama mengkonsumsi obat
digoksin tidak
diperkenankan
mengkonsumsi yang
mengandung kalsium
seperti susu,keju karena
dapat menginhibisi obat
digoksin

Dijelaskan kepada pasien


bahwa Bagi pasien yang
lupa mengonsumsi digoxin,
disarankan segera
meminumnya begitu
teringat jika jadwal dosis
berikutnya tidak terlalu
dekat. Jangan
menggandakan dosis
fargoxin pada jadwal
berikutnya untuk mengganti
dosis yang terlewat. Jika
lupa minum obat lebih dari
satu kali, sebaiknya segera
menghubungi dokter atau
apoteker.

Apoteker menyarankan agar


pasien mengusahakan untuk
mengonsumsi digoxin pada
jam yang sama tiap hari
untuk memaksimalisasi
efeknya

Dijelaskan efek samping


obat digoksin dapat
menyebabkan Mual ruam
kulik,pusing, Pandangan
buram Diare jika efek
samping obat ini dirasakan

semakin parah sebaiknya


bapak menghentikan
pengobatan dan
menghubungi dokter.

Apoteker menjelaskan
bahwa obat harus diminum
dengan air putih jangan
dengan susu atau pun teh.

Apoteker menjelaskan ahwa


pasien harus rutin control
untuk mengetahui pemantau
perkembangan kondisi serta
melakukan tes darah untuk
memastikan ginjal pasien
berfungsi dengan baik dan
tingkat digoxin dalam ubuh
berada dalam kadar yang
normal.

Apoteker menjelaskan
bahwa selama dalam proses
terapi digoksin pasien
dilarang mengkonsumsi
obat lain atau vitamin lain
tanpa instruksi dari dokter
atau Apoteker untuk
mencegah interkasi obat
yang dapat meningkatkan
efek samping .

Apoteker menyerankan
kepada pasien ,jika pasien
melakukan konsultasi
kembali dengan dokter yang
baru/tidak kepada dokter
sebelumnya ,dan masih
dalam proses terapi
digoksin ,beritahukan
kepada dokter tersebut
bahwa pasien dalam terapi
digoksin supaya dokter
tersebut dapat
mepertimbangkan obat
selanjutmya,untuk
menghindari terjadinya
interaksi obat yang dapat

meningkatkan efek
samping.

Selain minum obat, pola


atau gaya hidup bapak harus
diubah pola makan,
istirahat dan tidur yang
cukup, perbanyak makan
buah dan sayur, dan hindari
stress.

Tanggapan pasien baik dan


mengulang mengenai cara
penggunaan obat

Pengertian Digoxin
Digoxin adalah salah satu obat yang digunakan dalam penanganan masalah ritme jantung dan
gagal jantung kongestif. Digoxin mengendalikan detak jantung dan meningkatkan kekuatan serta
efisiensi jantung sehingga sirkulasi darah menjadi lebih baik. Akibatnya, pembengkakan pada
tangan dan pergelangan kaki juga turut reda.
Detak jantung yang tidak teratur, atau disebut dengan aritmia, bisa menyebabkan rasa sakit pada
dada, pusing, jantung berdebar, dan sulit bernapas. Digoxin akan memperlambat detak jantung
hingga normal sehingga gejala akan membaik dan jantung akan menjadi efisien kembali.
Digoxin juga berguna dalam kasus gagal jantung karena dapat memperkuat tekanan detak
jantung.
Tentang Digoxin
Jenis obat
Golongan

Cardiac glycoside atau glikosida jantung


Obat resep

Mengobati detak jantung cepat dan tidak teratur, seperti


fibrilasi atrium dan atrial flutter

Gagal jantung

Manfaat

Dikonsumsi oleh
Anak-anak dan dewasa
Bentuk
Tablet, obat cair untuk diminum, dan obat suntik
Penggunaan digoxin membutuhkan resep dokter. Pastikan untuk mengikuti resep dan petunjuk
yang disarankan oleh dokter berdasarkan kondisi kesehatan Anda.
Peringatan:

Bagi wanita hamil dan menyusui, sesuaikan dengan anjuran dokter.

Harap berhati-hati bagi penderita gangguan kelenjar tiroid dan ginjal.

Harap waspada bagi yang memiliki tingkat kalsium yang tinggi dan tingkat kalium atau
magnesium yang rendah dalam darah, serta sulit bernapas.

Selama mengonsumsi digoxin, kunjungi dokter Anda secara reguler untuk memantau
perkembangan kondisi serta melakukan tes darah untuk memastikan ginjal Anda
berfungsi dengan baik dan tingkat digoxin dalam tubuh berada dalam kadar yang normal.

Jika mengalami diare, pusing, muntah-muntah atau penglihatan mulai kabur, segera
hentikan pemakaian obat dan hubungi dokter. Anda mungkin saja sedang mengalami
keracunan akibat tingkat digoxin yang terlalu tinggi.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Digoxin
Dosis digoxin yang biasa diberikan kepada orang dewasa adalah 0,25-1,5 mg per hari. Dosis
akan disesuaikan dengan kondisi pasien, tingkat keparahan, fungsi ginjal dan respons tubuh
terhadap obat.
Mengonsumsi Digoxin dengan Benar
Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan digoxin sebelum mulai
menggunakannya. Gunakan alat tetes yang terdapat di dalam kemasan digoxin jika diresepkan
obat cair untuk diminum agar mendapatkan takaran dosis yang tepat.
Digoxin dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Tapi jika Anda menjalani pola makan
yang mengandung banyak serat, seperti sayuran, roti dari biji-bijian utuh seperti roti gandum,
buah dan sereal, sebaiknya mengonsumsi digoxin sebelum mengonsumsi makanan seperti itu.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk
mengonsumsi digoxin pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi digoxin, disarankan segera meminumnya begitu teringat
jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis digoxin pada jadwal
berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
Pastikan memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama mengonsumsi digoxin agar dokter
dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Digoxin
Sama seperti obat-obatan lainnya, digoxin berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek
samping yang bisa terjadi adalah:

Mual

Ruam kulit

Pusing

Pandangan buram

Diare

Ada beberapa efek yang diakibatkan oleh pemakaian dosis terlalu tinggi berupa kondisi yang
sama seperti disebutkan di atas. Segera temui dokter jika efek samping berkelanjutan atau
bertambah parah.

A. PENDAHULUAN

Digoxin digunakan dalam pengobatan melemahnya otot jantung pada penderita hipertensi dan
CHF (Congestive Heart Failure) yaitu volume darah yang dipompa oleh jantung kecil sehingga
tidak mencukupi kebutuhan baik oksigen maupun nutrisi bagi tubuh). So, berarti obat ini
digunkan pad kondisi life threatening (dipakai sepanjang umur hidup pasien).
Digoxin merupakan contoh obat yang memiliki masalah berkaitan dengan
bioekivalensinya. Sebagai tambahan, theraprutic windows-nya sempit artinya obat ini sangat
poten, dosisnya hanya 0,25 mg/tablet) terus profil dosis responnya yang tajam. Obat ini termasuk
kelas II dalam klasifikasi biofarmasetika yaitu obat dengan karakteristik kelarutan rendah dan
permeabilitas baik sehingga menimbulkan masalah dalam formulasinya.
Upaya peningkatan kelarutan digoxin sangat diperlukan, sehingga perubahan formulasi
sangat berpengaruh terhadap bioavaibilitasnya, padahal formulasi tiap pabrik berbeda-beda so
penting sebagai farmasis kita harus mempertimbangkan bioekivalesinya.
Perbedaan pabrik yang memproduksi tablet digoxin dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan bioavaibiltas (karnena absorbsi berbeda) dari digoxin karena raw material yang
digunkan untuk memproduksi dapat berasal dari supplier yang berbeda, sehingga memungkinkan
adanya perbedaan sifat fisikokimianya. Perbadan batch produksi juga dapat memberikan
perbadaan bioavaibilitas dari digoxin. Pabrik yang sama saja belum tentu tablet digoxin yang
diprodukssi bioekivalen kalau bahan bakunya bersal dari batch yang berbeda.
Perbedaan industri farmasi yang memproduksi tablet digoxin dapat menyebabkan
perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, sebaiknya dhindari apabila akan melakukan
penggantian atau substitusi tablet digosin ke pasien yang sudah stabil pada penggunaan digoxin
dari pabrik tertentu. Karena sangat mungkin kedua produk tersebut bio-inekivalen. Apalagi
umunya digoxin digunakan pada kondisi life threatening.

Obat dari batch atau lot yang berbeda menandakkan adanya perbedaan dalam hal formulasi
yang memungkinkan terjadinya perbedaan absorpsi, akibatnya berbeda juga bioavaibilitasnya.
Selain theraprutic window yag sempit dan profil dosis responnya tajam, sifat fisika kimia digoxin
juga menyebabkan bioavaibilitasnya sangat dipengaruhi oleh variabel formulasi dan perubahan
konsentrasi obat dalam darah akibat perubahan dari absorpsinya.
Dari gambaran di atas, maka untuk menyeleksi produk digoxin dari beberapa pabrik
merupakan proses yang krusial sehingga data BA dan BE sangat diperlukan untuk diketahui.
FDA di tahun 1974 menyaratkan BABE comparative sebagai akibat munculnya kasus
pengubahan bahan pengisi fenitoin menggunakan laktosa di Australia , yang meningkatkan
toksisitas dari fenitoin dan kasus talidomid di Eropa yang menyebabkan tertogenitas. Ceritanya
BABE comparative ini oleh FDA untuk mengeliminasi masalah bio-inekuivalensi di antara satu
produk, makanya perlu sertifikasi batch. Caranya bagaimana? Tunjukkan aja data uji disoulsinya.
Tapi ternyata ada syarat lain yaitu produk digoxin harus disertai hasil uji BA comparative pakai
cross over design sebagai akibat yang tadi, beda batch meskipun masih satu pabrik
memungkinkan terjadi perbedaan profil BA yang signifikan. Di USA, jika terjadi perubahan
formulasi yang kecil tidak perlu melakukan uji BA apabila sudah memiliki data korelasi in vivoin vitro atau SUPAC (Skilll up, Push, Approval, Change).

B. DESKRIPSI DIGOXIN
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai obat
memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama
yang lebih teratur.

Nama & Struktur Kimia


: Sinonim : (3, 5 , 12 )-3-[(O-2,6-dideoxy- -D-ribohexopyranosyl-(1?4)-O-2,6-dideoxy- - D-ribo-hexopyranosyl-(1?4)-2,6-dideoxy- -Dribo-exopyranosyl)oxy]-12,14-dihydroxy-card-20(22)-enolide. C41H64O14
Sifat Fisikokimia
: Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini
praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam
kloroform dan sangat larut dalam piridin
Keterangan
: Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis),
suatu kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin
diekstraksi dari daun Digitalis lanata
Golongan/Kelas Terapi

: Obat Kardiovaskuler

Nama Dagang

: - FaRgoxin - Lanoxin - Digoksin Sandoz

Indikasi

- Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi)


- Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter
atrium.
- Untuk mengobati gagal jantung kongestif, juga digunakan untuk mengobati fibrilasi
atrial, gangguan irama jantung pada atrium (serambi bagian atas jantung yang membiarkan
darah mengalir ke jantung).
Kontraindikasi

- Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang


disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ;
hypertropic obstructive cardiomyopathy BlokAVtingkat 2dan blok AVtotal.
- Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White. Fibrilasi
ventrikel. Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi
terhadap preparat digitalis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian:
Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila tidak diperlukan cepat,
250 500 mikrogram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
Dosis pemeliharaan : 62,5 500 microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
disesuaikan dengan fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi , tergantung pada respon denyut

jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 250 mcg sehari (dosis yang lebih
rendah diberikan pada penderita lanjut usia). Pada kondisi emergensi, loading dose (dosis
muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75 1 mg hingga paling sedikit 2 jam,
kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan melalui oral .
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi. Untuk digitalisasi cepat
dimulai 2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh.
Untuk digitalisasi lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet sehari (1/2 - 1 tablet pada usia
lanjut), tergantung pada berat badan dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harus dikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.

Peringatan dan Perhatian :


Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan
hipotiroid. Setelah pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan disesuaikan
dengan respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut,
karditis berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia,
aritmia atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma
Wolff - Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur.
Blok AV tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut
menjadi Blok AV lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus,
kecuali jika disertai gagal jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama
testlatihan. Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal
jantung atau gejala-gejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka
pemberian obat digitalis dandiuretik dihentikan.
Efek Samping :
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah,
diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk ,

bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia
intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakit kepala. Gejala toksik pada jantung :
kontraksi ventrikel prematur multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi AV,
aritmia sinus, takikardia atrium dengan berbagai derajat blokAV. Gejala neurologik :
depresi, ngantuk, rasa lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingungdan halusinasi visual.
Gangguan pada mata: midriasis, fotofobia, dan berbagai gangguan visus.Ginekomastia,
ruam kulit makulopopularatau reaksikulit yang lain.
Efek samping lainya Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk :
anoreksia, mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa
capek, mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang
terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang ,
trombositopenia.
Efek samping biasanya dalam kaitan dengan keracunan Digoxin atau kelebihan dosis dan
biasanya Digoxin dapat diterima dengan baik apabila diberikan sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan untuk gagal jantung kongestif (CHF).
Keracunan Digoxin
: Efek GI (N/V, anoreksia, diare, sakit di bagian perut)
biasanya merupakan tanda-tanda pertama dari keracunan Digoxin; Tanda-tanda lain dari
keracunan Digoxin: Efek CNS (sakit kepala, kelelahan, sakit di bagian wajah, kelemahan,
kepeningan, kebingungan mental); Gangguan penglihatan (mengaburkan penglihatan,
gangguan warna); Racun bisa menyebabkan efek CV yang serius (memperburuk gagal
jantung (HF), arrhythmias, ditemukan adanya konduksi).Hipokalemia bisa mempengaruhi
seseorang pada keracunan Digoxin. Reaksi hipersensitif yang agak jarang terjadi.
Instruksi Khusus:
Dosis rendah Digoxin (62.5 mcg/hari atau 125 mcg setiap hari lainnya) harus
digunakan pada orang yang lebih tua, pasien dengan kerusakan fungsi ginjal atau
pasien dengan massa tubuh rendah (kurus).
Dosis muatan tidak diperlukan pada pasien gagal jantung kongestif (CHF).
Hindari pada pasien dengan kardiomiopati obstruktif kecuali jika ada gagal jantung
akut, pada pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW); tidak boleh
digunakan untuk ventricular arrhythmias.
Gunakan dengan hati-hati pada kasus hambatan jantung parsial, gangguan batang sinus,
miokarditis akut, MI (myocardial infarction) akut, gagal jantung parah, penyakit
pulmonary akut, pada pasien yang menjalani cardioversion (pertimbangkan menghentikan

cardioversion dalam waktu 1-2 hari sebelum prosedur dilakukan) dan dengan obat-obatan
lain yang bisa menekan fungsi sinus dan fungsi AV nodal (misalnya, Amiodarone atau
beta-blocker).
Hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipoksia, dan hipertiroidisme bisa
mempengaruhi sensitivitas terhadap digoxin.Pengawasan tingkat digoxin hanya diperlukan
jika diduga terjadi keracunan.
C. Farmakologi
Merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme
Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu
meningkatkan kekuatan kontraki otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi
berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion
kalsium ke inta sel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf
otonom dan sensitivitas jantung terhadap neorotransmiter.
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit
Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam
Durasi :
dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan
Absorpsi :
melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat
menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%
Metabolisme :
melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin
akton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal
jantung kongestif

Bioavailabilitas:
T eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung:
T eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit:
digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 12 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam
Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )
Konsentrasi serum digoksin :
Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml
Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika terdapat
hal-hal khusus Toksik > 2,5 ng/ml

D. MEKANISME KERJA OBAT


mekanisme kerja
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar
kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara
langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif
dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan
menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat
menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang
lebih tinggi. Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis
lanata.
Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidaklangsung.
Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif).
Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus
masuk ionkalsium keintra sel.
Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan
sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar
kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara

langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif


dan menurunkan konduksi kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan
menurunkan dan menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat
menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang
lebih tinggi.
Monitoring Penggunaan Obat
Kapan mengukur konsentrasi serum digoksin : konsentrasi serum digoksin harus dimonitor
karena digoksin mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint therapy sukar ditentukan
dan toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar serum digoksin harus diukur
sedikitnya 4 jam setelah pemberian dosis intravena dan sedikitnya 6 jam setelah pemberian
dosis oral (optimal 12 24 jam setelah pemberian). Terapi awal (inisiasi): Jika loading
dose diberikan: konsentrasi serum digoksin diukur dalam 12 24 jam sesudah pemberian
loading dose awal. Kadar yang terukur menunjukkan hubungan kadar plasma digoksin dan
respon. Jika loading dose tidak diberikan : konsentrasi serum digoksin ditentukan setelah 3
5 hari terapi. Terapi pemeliharaan (maintenance ):Konsentrasi harus diukur minimal 4
jam setelah dosis IV dan paling sedikit 6 jam setelah dosis oral.Konsentrasi serum digoxin
harus diukur dalam 5-7 hari(rata-rata waktu steady state) setelah mengalami perubahan
dosis. Pemeriksaan dilanjutkan 7 14 hari setelah perubahan ke dalam dosis pemeliharaan
(maintenance)
Catatan : pada pasien dengan end-stage renal disease (gagal ginjal terminal) diperlukan
waktu 15 20 hari untuk mencapai steady state. Sebagai tambahan pasien yang menerima
obat-obat yang dapat menurunkan kalium seperti diuretik, harus dimonitor kadar kalium,
magnesium dan kalsium. Konsentrasi serum digoksin harus diukur jika terdapat kondisi
berikut : Apabila meragukan kepatuhan pasien atau mengevaluasi timbulnya respon klinik
yang jelek pada pengobatan awal.
E. INTERAKSI OBAT
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis.
Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi
digitalis. Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus
bagian bawah. Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolinpeptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi
digoksin. Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis,
berefek aditif dalam penghambatan konduksiAV.

Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik


aminoglutetimid, asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat,
sulfasalazin, neomycin, ticlopidin.
- Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas : senyawa
beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek aditif pada denyut jantung.
Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut jantung dan menghambat metabolisme
digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %),
bepridil, siklosporin, diltiazem, indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin,
klaritromisin), metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin
diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil. Moricizine
dapat meningkatkan toksisitas digoksin . Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan
digoksin, namun juga dapat meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian
suksinilkolin pada pasien bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko
aritmia. Jarang terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian
kalsium secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar
darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid, ibuprofen,
fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.
Menurunkan efek: Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik
digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat menurunkan absorpsi
digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat menurunkan kadar digoksin
dalam darah. Penicillamine dihubungkan dengan penurunan kadar digoxin dalam darah.
Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid,
asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin, neomycin,
ticlopidin.

F. INTERAKSI MAKANAN DENGAN DIGOXIN


a. Gambaran Umum
Digoxin adalah suatu obat diperoleh dari foxglove [tumbuhan], Digitalis lanata. Digoxin
digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung
dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk
membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini
termasuk obat dengan TherapeuticWindow sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic
Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit.
Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat

menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak
melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toxic/keracunan). Efek samping pada
pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan,
disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi
kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya
payudara pria)mungkin terjadi.
b. Mekanisme Kerja Digoksin
Mekanisme kerja digoxin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang menghasilkan
peningkatan sodium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran sodim/kalium dan
meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat mningkatkan penyimpanan kalsium
intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan
kalsium untuk memperkuat /meningkatkan kontraksi otot. Digoxin juga dapat dapat
menimbulkan vagally mediated slowing of AV conduction dan meningkatkan atrial ventricular
block. Half life digoxin adalah 30-50 jam.
Pasien dengan hipokalemi, second-degree AV block, third-degree AV block, dan pasien dengan
atrial fibrillation dan juga yang menderita penyakit Wolfe-Parkinson-White syndrome sebaiknya
tidak diberikan digoxin. Digoxin diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu, pasien dengan renal
insufficiency perlu dimonitor secara ketat.
c. Interaksi Makanan dengan Digoksin dan Reaksinya Terhadap Pengobatan
Secara umum, makanan akan berpengaruh terhadap absorbsi digoxin.
Absorbsi digoxin yang paling baik pada pada sediaan retikulum zat hidro-alkoholik seperti
minuman (beverage). Absorbsi dogoxin dihambat karena adanya makanan dalam saluran cerna,
melambatnya pengosongan lambung dan adanya sindroma malabsorbsi.
Kadar serum puncak digoksin dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan.
Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan
absorpsi oral digoksin.Hindari ephedra (risiko stimulasi kardiak),Hindari natural licorice
(menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkanhilangnya kalium dalam tubuh)
1. Interaksi Digoxin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Penggunaan Digoxin dapat menurunkan Mg intraseluler dan meningkatkan pengeluaran
Mg dari tubuh melalui urin. Pemberian suplemen Mg akan sangat menguntungkan.
Dianjurkan konsumsi Mg adalah 30-500 mg per hari. Dari makanan, juga dapat
ditingkatkan konsumsinya (tanpa melalui suplemen Mg). Sumber utama Mg adalah
sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan, daging, coklat, susu dan
hasil olahannya.
2. Interaksi Digoxin dengan Potassium (Kalium)

Digoxin mengganggu transport potassium dari darah menuju sel sehingga Digoxin pada
dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia fatal. Oleh karenanya pada saat
mengkonsumsi/menggunakan Digoxin, hindari konsumsi suplemen potassium atau
makanan yang mengandung potassium dalam jumlah besar seperti buah (pisang). Sumber
utama potassium adalah buah, sayuran dan kacang-kacangan. Namun banyak orang
mengkonsumsi digoxin menyebabkan diuretic. Pada kasus tersaebut, peningkatan intake
potassium dibutuhkan. Oleh karenanya harus dikomunikasikan dengan tim kesehatan
yang lain.
3. Interaksi Digoxin dengan Calcium(Ca)
Peningkatan Ca dalam plasma dapat meningkatakan toksisitas digoxin. Oleh karenanya,
hindari konsumsi makanan tinggi Ca terutama 2 jam sebelum/sesudah minum obat ini.
Sumber utama Ca adalah susu dan hasil olahannya seperti keju.
4. Interaksi digooksin dengan Makanan Berserat
Serat larut air dalam makanan dapat menurunkan absorbsi digoxin.
5. Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu)
a. Ginseng : mekanisma belum jelas, namun penggunaan bersama menyebabkan
Digoxin kurang berfungsi
b. Teh Jawa : menyebabkan diuretik, jika dikonsumi dalam jumlah besar mengakibatkan
kehilangan potassium melalui urin.
c. GFJ : menginduksi P.Glikogen transporter obat dan menurunkan AUC Digoxin.
Beberapa obat dan makanan yang dapat menurunkan absorbsi Digoxin dalam tubuh:
Antacid yang mengandung Aluminium atau Magnesium.
Beberapa obat yang menurunkan kolesterol (Cholestyramine [Prevalite Questran] dan
Colestipol [Colestid]).
Metaclopramide (Maxolon, Octamide PFS, Regulan)
Sulfasalazine (Azulfidine)
Beberapa obat antidiare yang mengandung kaolindan pectin
Bulk laxatives (seperti psyllium, Metamucil atau Citrucel)
Makanan tinggi serat (sepert Bran Muffin) atau suplemen (seperti Ensure)
Jika menggunakan beberapa obat diatas atau mengkonsumsi makanan tinggi serat bersamaan
dengan Digoxin maka Digoxin tidak bisa bekerja sewcara optimal. Menggunakan Digoxin
juga harus menghindari konsumsi Black Licorice (yang mengandung glcyrhizin). Jika
dikonsumsi bersama akan lebih mempercepat kontraksi jantung.
d. Cara Mengatasi Keracunan
Untuk mengatasi keadaan keracunan biasanya dokter memberikan KSR untuk mencegah
terjadinya penurunan kadar kalium dalam darah (hipokalemia). Keadaan hipokalemia akan
meningkatkan kepekaan sel-sel otot jantung terhadap digoxin sehingga akan meningkatkan

toksisitas digoksin. Oleh karena itu pasien juga harus dikontrol makanannya terutama yang
mengandung kalium dengan pengawasan yang tepat.
G. PENGARUH
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C . Tidak diketahui apakah digoksin dapat membahayakan
fetus jika diberikan pada wanita hamil atau mempengaruhi kapasitas reproduktif. Pemberian
digoksin pada wanita hamil hanya jika memang benar diperlukan
dan hanya jika keuntungan pada ibu lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan pada
fetus.Literatur dari BNF 50 menyebutkan diperlukan penyesuaian dosis.
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sedikit terdapat dalam air susu. Masuk dalam air susu ibu
(dalam jumlah sedikit)/compatible.
- Terhadap Anak-anak : Bayi yg baru lahir menunjukkan adanya toleransi yg bervariasi terhadap
digoksin. Bayi prematur dan immatur biasanya sensitif terhadap efek digoksin, dan dosis obat
tidak hanya diturunkan tapi harus dosis individualisasi sesuai dgn tingkat maturitasnya.

Parameter Monitoring
Konsentrasi serum digoksin, denyut jantung, EKG, fungsi ginjal
Peringatan
Infark jantung baru ; sick sinus syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada penderita lanjut
usia ; hindari hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara cepat (mual dan risiko arimia);
kerusakan ginjal ; kehamilan
Informasi Pasien
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien,
umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/
frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker atau dokter. Obat ini harus digunakan secara
teratur, biasanya pada waktu yang sama tiap hari dan biasanya pada pagi hari. Dapat digunakan
tanpa makanan. Diperlukan jumlah kalium yang cukup pada dietnya untuk menurunkan risiko
hipokalemia (hipokalemia dapat meningkatkan risiko toksisitas digoksin).Tes laboratorium
diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan. Jangan menggunakan OTC
seperti antasida, obat batuk, obat influenza, alergi kecuali atas petunjuk dokter atau
apoteker.Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.Jangan
menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Kondisi
medis awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.

Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat
Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa
jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda,
kecuali atas saran dari tenaga kesehatan. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, hubungi dokter
atau apoteker .Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan
pada orang lain.
Perubahan fungsi
Dugaan toksisitas digoksin : Pada permulaan pengobatan atau keputusan menghentikan terapi
dengan obat (amiodaron, kuinidin, verapamil) yang mana berinteraksi dengan digoksin; jika
terapi bersama quinidin dimulai, kadar digoxin harus diukur dalam 24 jam pertama sesudah
mulai terapi dengan quinidin, kemudian sesudah 7 14 hari.Adanya perubahan penyakit
(hypothyroidism).Denyut dan ritme dimonitor melalui pemeriksaan secara periodik EKG untuk
menilai baik efek terapi maupun tanda-tanda toksisitas Monitoring dengan ketat ( terutama
pasien yang menerima diuretik atau amphotericin) terhadap penurunan kadar kalium dan
magnesium dan peningkatan kalsium , hal-hal tersebut merupakan pemicu toksisitas digoksin.
Ukur fungsi ginjal. Perhatikan interaksi obat. Obervasi pasien terhadap tanda-tanda toksisitas
nonkardiak, kebingungan dan depresi.

H. DAFTAR PUSTAKA
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
MIMS Indonesia 2006/2007
Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handbook
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup rapat.
Kemasan dan Nomor Registrasi :
Botol berisi 100 tablet, No. Reg.: GKL8920908210A1
Kotak berisi 10 strip @ 10 tabLet, No.Reg.: GKL 8920908210A

A. PENDAHULUAN
Digoxin digunakan dalam pengobatan melemahnya otot jantung pada penderita hipertensi dan
CHF (Congestive Heart Failure) yaitu volume darah yang dipompa oleh jantung kecil sehingga
tidak mencukupi kebutuhan baik oksigen maupun nutrisi bagi tubuh). So, berarti obat ini
digunkan pad kondisi life threatening (dipakai sepanjang umur hidup pasien).
Digoxin merupakan contoh obat yang memiliki masalah berkaitan dengan bioekivalensinya.
Sebagai tambahan, theraprutic windows-nya sempit artinya obat ini sangat poten, dosisnya hanya
0,25 mg/tablet) terus profil dosis responnya yang tajam. Obat ini termasuk kelas II dalam
klasifikasi biofarmasetika yaitu obat dengan karakteristik kelarutan rendah dan permeabilitas
baik sehingga menimbulkan masalah dalam formulasinya.
Upaya peningkatan kelarutan digoxin sangat diperlukan, sehingga perubahan formulasi sangat
berpengaruh terhadap bioavaibilitasnya, padahal formulasi tiap pabrik berbeda-beda so penting
sebagai farmasis kita harus mempertimbangkan bioekivalesinya.
Perbedaan pabrik yang memproduksi tablet digoxin dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
bioavaibiltas (karnena absorbsi berbeda) dari digoxin karena raw material yang digunkan untuk
memproduksi dapat berasal dari supplier yang berbeda, sehingga memungkinkan adanya
perbedaan sifat fisikokimianya. Perbadan batch produksi juga dapat memberikan perbadaan
bioavaibilitas dari digoxin. Pabrik yang sama saja belum tentu tablet digoxin yang diprodukssi
bioekivalen kalau bahan bakunya bersal dari batch yang berbeda.
Perbedaan industri farmasi yang memproduksi tablet digoxin dapat menyebabkan perbedaan
yang signifikan. Oleh karena itu, sebaiknya dhindari apabila akan melakukan penggantian atau
substitusi tablet digosin ke pasien yang sudah stabil pada penggunaan digoxin dari pabrik
tertentu. Karena sangat mungkin kedua produk tersebut bio-inekivalen. Apalagi umunya digoxin
digunakan pada kondisi life threatening.
Obat dari batch atau lot yang berbeda menandakkan adanya perbedaan dalam hal formulasi yang
memungkinkan terjadinya perbedaan absorpsi, akibatnya berbeda juga bioavaibilitasnya. Selain
theraprutic window yag sempit dan profil dosis responnya tajam, sifat fisika kimia digoxin juga
menyebabkan bioavaibilitasnya sangat dipengaruhi oleh variabel formulasi dan perubahan
konsentrasi obat dalam darah akibat perubahan dari absorpsinya.
Dari gambaran di atas, maka untuk menyeleksi produk digoxin dari beberapa pabrik merupakan
proses yang krusial sehingga data BA dan BE sangat diperlukan untuk diketahui. FDA di tahun
1974 menyaratkan BABE comparative sebagai akibat munculnya kasus pengubahan bahan
pengisi fenitoin menggunakan laktosa di Australia , yang meningkatkan toksisitas dari fenitoin
dan kasus talidomid di Eropa yang menyebabkan tertogenitas. Ceritanya BABE comparative ini
oleh FDA untuk mengeliminasi masalah bio-inekuivalensi di antara satu produk, makanya perlu

sertifikasi batch. Caranya bagaimana? Tunjukkan aja data uji disoulsinya. Tapi ternyata ada
syarat lain yaitu produk digoxin harus disertai hasil uji BA comparative pakai cross over design
sebagai akibat yang tadi, beda batch meskipun masih satu pabrik memungkinkan terjadi
perbedaan profil BA yang signifikan. Di USA, jika terjadi perubahan formulasi yang kecil tidak
perlu melakukan uji BA apabila sudah memiliki data korelasi in vivo- in vitro atau SUPAC
(Skilll up, Push, Approval, Change).

B. DESKRIPSI DIGOXIN
Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan digitalis (daun-daunan yang dipakai sebagai obat
memperkuat jantung). Digoxin membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama
yang lebih teratur.
Nama & Struktur Kimia : Sinonim : (3, 5 , 12 )-3-[(O-2,6-dideoxy- -D-ribohexopyranosyl-(1?4)-O-2,6-dideoxy- - D-ribo-hexopyranosyl-(1?4)-2,6-dideoxy- -D- riboexopyranosyl)oxy]-12,14-dihydroxy-card-20(22)-enolide. C41H64O14
Sifat Fisikokimia : Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak larut
dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam
piridin
Keterangan : Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa
yang mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata
Golongan/Kelas Terapi
Obat Kardiovaskuler
Nama Dagang
- FaRgoxin - Lanoxin - Digoksin Sandoz
Indikasi
- Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi).
- Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter atrium.
- Untuk mengobati gagal jantung kongestif, juga digunakan untuk mengobati fibrilasi atrial,
gangguan irama jantung pada atrium (serambi bagian atas jantung yang membiarkan darah

mengalir ke jantung).
Kontraindikasi
- Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang
disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ;
hypertropic obstructive cardiomyopathy BlokAVtingkat 2dan blok AVtotal.
- Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White. Fibrilasi
ventrikel. Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap
preparat digitalis.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila tidak diperlukan cepat, 250
500 mikrogram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
Dosis pemeliharaan : 62,5 500 microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
disesuaikan dengan fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi , tergantung pada respon denyut
jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 250 mcg sehari (dosis yang lebih rendah
diberikan pada penderita lanjut usia). Pada kondisi emergensi, loading dose (dosis muatan)
diberikan secara infus intravena , 0,75 1 mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan
dosis pemeliharaan melalui oral .
Dewasa:
Dosis digitalisasi rata-rata 3-6 tablet sehari dalam dosis terbagi. Untuk digitalisasi cepat dimulai
2 - 3 tablet, diikuti 1 -2 tablet tiap 6-8 jam sampai tercapai digitalisasi penuh. Untuk digitalisasi
lambat dan dosis penunjang 1/2-2 tablet sehari (1/2 - 1 tablet pada usia lanjut), tergantung pada
berat badan dan kecepatan bersihan kreatinin.
Dosis harus dikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun :
025 mg/kg BB sehari dalam dosis tunggalatau terbagi.
Peringatan dan Perhatian :
Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan rendah.usia lanjut, hipokalemia dan
hipotiroid. Setelah pemberian selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan disesuaikan dengan
respon pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui.
Hati-hati pemberian pada penderita gagal jantung yang menyertai glomerulonefritis akut, karditis
berat, gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat, hipokalsemia, hipomagnesemia, aritmia
atrium yang disebabkan keadaan hipermetabolik, penyakit nodus SA, Sindroma Wolff Parkinson - White, perikarditis konstriktif kronik, bayi neonatus dan bayi prematur. Blok AV
tidak lengkap pada pasien dengan serangan Stokes - Adams dapat berianjut menjadi Blok AV
lengkap. Jangan digunakan untuk terapi obesitas atau takikardia sinus, kecuali jika disertai gagal
jantung.
Digoksin dapat menimbulkan perubahan ST-T yang pgsitjf semu pada EKG selama testlatihan.
Anoreksia, mual, muntan dan aritmia dapat merupakan gejala penyerta gagal jantung atau gejalagejala keracunan digitalis. Bila timbul keracunan digitalis maka pemberian obat digitalis
dandiuretik dihentikan.
Efek Samping

Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual , muntah, diare,
nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk , bingung, delirium,
halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia
pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
Dapat terjadi anoreksia, mual, muntah dan sakit kepala. Gejala toksik pada jantung : kontraksi
ventrikel prematur multiform atau unifocal,takikardia ventrikular, desosiasi AV, aritmia sinus,
takikardia atrium dengan berbagai derajat blokAV. Gejala neurologik : depresi, ngantuk, rasa
lemah, letargi, gelisah, vertigo, bingungdan halusinasi visual. Gangguan pada mata: midriasis,
fotofobia, dan berbagai gangguan visus.Ginekomastia, ruam kulit makulopopularatau reaksikulit
yang lain.
Efek samping lainya Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia,
mual , muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek, mengantuk
, bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang terjadi rash, isckemia
intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang , trombositopenia.
Efek samping biasanya dalam kaitan dengan keracunan Digoxin atau kelebihan dosis dan
biasanya Digoxin dapat diterima dengan baik apabila diberikan sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan untuk gagal jantung kongestif (CHF).
Keracunan Digoxin: Efek GI (N/V, anoreksia, diare, sakit di bagian perut) biasanya merupakan
tanda-tanda pertama dari keracunan Digoxin; Tanda-tanda lain dari keracunan Digoxin: Efek
CNS (sakit kepala, kelelahan, sakit di bagian wajah, kelemahan, kepeningan, kebingungan
mental); Gangguan penglihatan (mengaburkan penglihatan, gangguan warna); Racun bisa
menyebabkan efek CV yang serius (memperburuk gagal jantung (HF), arrhythmias, ditemukan
adanya konduksi).Hipokalemia bisa mempengaruhi seseorang pada keracunan Digoxin. Reaksi
hipersensitif yang agak jarang terjadi.
Instruksi Khusus:
Dosis rendah Digoxin (62.5 mcg/hari atau 125 mcg setiap hari lainnya) harus
digunakan pada orang yang lebih tua, pasien dengan kerusakan fungsi ginjal atau
pasien dengan massa tubuh rendah (kurus).
Dosis muatan tidak diperlukan pada pasien gagal jantung kongestif (CHF).
Hindari pada pasien dengan kardiomiopati obstruktif kecuali jika ada gagal jantung
akut, pada pasien dengan sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW); tidak boleh
digunakan untuk ventricular arrhythmias.
Gunakan dengan hati-hati pada kasus hambatan jantung parsial, gangguan batang sinus,
miokarditis akut, MI (myocardial infarction) akut, gagal jantung parah, penyakit pulmonary akut,
pada pasien yang menjalani cardioversion (pertimbangkan menghentikan cardioversion dalam
waktu 1-2 hari sebelum prosedur dilakukan) dan dengan obat-obatan lain yang bisa menekan
fungsi sinus dan fungsi AV nodal (misalnya, Amiodarone atau beta-blocker).
Hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipoksia, dan hipertiroidisme bisa mempengaruhi
sensitivitas terhadap digoxin.Pengawasan tingkat digoxin hanya diperlukan jika diduga terjadi
keracunan.
C. Farmakologi

Merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme Digoksin
melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan
kekuatan kontraki otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan
enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inta sel. Efek tidak langsung
yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap
neorotransmiter.
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit
Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam
Durasi :
dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan
Absorpsi :
melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat
menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%
Metabolisme :
melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin
akton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal
jantung kongestif
Bioavailabilitas:
T eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung:
T eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit:
digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 12 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam
Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )
Konsentrasi serum digoksin :
Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml
Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika terdapat halhal khusus Toksik > 2,5 ng/ml
D. MEKANISME KERJA OBAT
mekanisme kerja
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium
intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara langsung menekan
konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan konduksi
kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan menurunkan
kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan

meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang lebih tinggi. Digoksin merupakan
prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata.
Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaitu efek langsung dan tidaklangsung. Efek langsung
yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi
berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus masuk ionkalsium
keintra sel. Efektidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan
sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja dengan
meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium
intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular : Secara langsung menekan
konduksi AV node sehingga meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan konduksi
kecepatn - efek inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan menurunkan
kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan sensitifitas dan
meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang lebih tinggi.
Monitoring Penggunaan Obat
Kapan mengukur konsentrasi serum digoksin : konsentrasi serum digoksin harus dimonitor
karena digoksin mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint therapy sukar ditentukan dan
toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar serum digoksin harus diukur sedikitnya 4 jam
setelah pemberian dosis intravena dan sedikitnya 6 jam setelah pemberian dosis oral (optimal 12
24 jam setelah pemberian). Terapi awal (inisiasi): Jika loading dose diberikan: konsentrasi
serum digoksin diukur dalam 12 24 jam sesudah pemberian loading dose awal. Kadar yang
terukur menunjukkan hubungan kadar plasma digoksin dan respon. Jika loading dose tidak
diberikan : konsentrasi serum digoksin ditentukan setelah 3 5 hari terapi. Terapi pemeliharaan
(maintenance ):Konsentrasi harus diukur minimal 4 jam setelah dosis IV dan paling sedikit 6 jam
setelah dosis oral.Konsentrasi serum digoxin harus diukur dalam 5-7 hari(rata-rata waktu steady
state) setelah mengalami perubahan dosis. Pemeriksaan dilanjutkan 7 14 hari setelah perubahan
ke dalam dosis pemeliharaan (maintenance)
Catatan : pada pasien dengan end-stage renal disease (gagal ginjal terminal) diperlukan waktu 15
20 hari untuk mencapai steady state. Sebagai tambahan pasien yang menerima obat-obat yang
dapat menurunkan kalium seperti diuretik, harus dimonitor kadar kalium, magnesium dan
kalsium. Konsentrasi serum digoksin harus diukur jika terdapat kondisi berikut : Apabila
meragukan kepatuhan pasien atau mengevaluasi timbulnya respon klinik yang jelek pada
pengobatan awal.
E. INTERAKSI OBAT
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar digitalis. Diuretik,
kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah terjadi intoksikasi digitalis.
Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial di usus bagian bawah.
Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin. Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin,
neomisina, kolestiramin, beberapa obat kanker, menghambat absorpsi digoksin. Simpatomimetik,
meningkatkan resiko aritmia. Beta - bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam
penghambatan konduksiAV.
Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid,
asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin, neomycin,
ticlopidin.
- Dengan Obat Lain :

Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas : senyawa betablocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek aditif pada denyut jantung.
Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut jantung dan menghambat metabolisme
digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %),
bepridil, siklosporin, diltiazem, indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin,
klaritromisin), metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin
diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil. Moricizine
dapat meningkatkan toksisitas digoksin . Spironolakton dapat mempengaruhi pemeriksaan
digoksin, namun juga dapat meningkatkan kadar digoksin secara langsung. Pemberian
suksinilkolin pada pasien bersamaan dengan digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko
aritmia. Jarang terjadi kasus toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian
kalsium secara parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar
darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid, ibuprofen,
fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe, trimethoprim.
Menurunkan efek: Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik digoksin.
Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat menurunkan absorpsi digoksin.
Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain) dapat menurunkan kadar digoksin dalam darah.
Penicillamine dihubungkan dengan penurunan kadar digoxin dalam darah.
Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik aminoglutetimid,
asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium, sukralfat, sulfasalazin, neomycin,
ticlopidin.
F. INTERAKSI MAKANAN DENGAN DIGOXIN
a. Gambaran Umum
Digoxin adalah suatu obat diperoleh dari foxglove [tumbuhan], Digitalis lanata. Digoxin
digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung
dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk
membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini
termasuk obat dengan TherapeuticWindow sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic
Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit.
Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat
menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak
melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toxic/keracunan). Efek samping pada
pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan,
disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi
kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya
payudara pria)mungkin terjadi.
b. Mekanisme Kerja Digoksin
Mekanisme kerja digoxin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang menghasilkan
peningkatan sodium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran sodim/kalium dan
meningkatkan kalsium intracellular. Hal tersebut dapat mningkatkan penyimpanan kalsium
intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan
kalsium untuk memperkuat /meningkatkan kontraksi otot. Digoxin juga dapat dapat
menimbulkan vagally mediated slowing of AV conduction dan meningkatkan atrial ventricular
block. Half life digoxin adalah 30-50 jam.

Pasien dengan hipokalemi, second-degree AV block, third-degree AV block, dan pasien dengan
atrial fibrillation dan juga yang menderita penyakit Wolfe-Parkinson-White syndrome sebaiknya
tidak diberikan digoxin. Digoxin diekskresi melalui ginjal, oleh karena itu, pasien dengan renal
insufficiency perlu dimonitor secara ketat.
c. Interaksi Makanan dengan Digoksin dan Reaksinya Terhadap Pengobatan
Secara umum, makanan akan berpengaruh terhadap absorbsi digoxin.
Absorbsi digoxin yang paling baik pada pada sediaan retikulum zat hidro-alkoholik seperti
minuman (beverage). Absorbsi dogoxin dihambat karena adanya makanan dalam saluran cerna,
melambatnya pengosongan lambung dan adanya sindroma malabsorbsi.
Kadar serum puncak digoksin dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan.
Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan pektin menurunkan
absorpsi oral digoksin.Hindari ephedra (risiko stimulasi kardiak),Hindari natural licorice
(menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkanhilangnya kalium dalam tubuh)
1. Interaksi Digoxin dengan suplemen Magnesium (Mg)
Penggunaan Digoxin dapat menurunkan Mg intraseluler dan meningkatkan pengeluaran Mg dari
tubuh melalui urin. Pemberian suplemen Mg akan sangat menguntungkan. Dianjurkan konsumsi
Mg adalah 30-500 mg per hari. Dari makanan, juga dapat ditingkatkan konsumsinya (tanpa
melalui suplemen Mg). Sumber utama Mg adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan
kacang-kacangan, daging, coklat, susu dan hasil olahannya.
2. Interaksi Digoxin dengan Potassium (Kalium)
Digoxin mengganggu transport potassium dari darah menuju sel sehingga Digoxin pada dosis
yang cukup tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia fatal. Oleh karenanya pada saat
mengkonsumsi/menggunakan Digoxin, hindari konsumsi suplemen potassium atau makanan
yang mengandung potassium dalam jumlah besar seperti buah (pisang). Sumber utama potassium
adalah buah, sayuran dan kacang-kacangan. Namun banyak orang mengkonsumsi digoxin
menyebabkan diuretic. Pada kasus tersaebut, peningkatan intake potassium dibutuhkan. Oleh
karenanya harus dikomunikasikan dengan tim kesehatan yang lain.

3. Interaksi Digoxin dengan Calcium(Ca)


Peningkatan Ca dalam plasma dapat meningkatakan toksisitas digoxin. Oleh karenanya, hindari
konsumsi makanan tinggi Ca terutama 2 jam sebelum/sesudah minum obat ini. Sumber utama Ca
adalah susu dan hasil olahannya seperti keju.
4. Interaksi digooksin dengan Makanan Berserat
Serat larut air dalam makanan dapat menurunkan absorbsi digoxin.
5. Interaksi makanan dengan Herb (tanaman/jamu)
a. Ginseng : mekanisma belum jelas, namun penggunaan bersama menyebabkan
Digoxin kurang berfungsi
b. Teh Jawa : menyebabkan diuretik, jika dikonsumi dalam jumlah besar mengakibatkan
kehilangan potassium melalui urin.
c. GFJ : menginduksi P.Glikogen transporter obat dan menurunkan AUC Digoxin.
Beberapa obat dan makanan yang dapat menurunkan absorbsi Digoxin dalam tubuh:
Antacid yang mengandung Aluminium atau Magnesium.
Beberapa obat yang menurunkan kolesterol (Cholestyramine [Prevalite Questran] dan
Colestipol [Colestid]).

Metaclopramide (Maxolon, Octamide PFS, Regulan)


Sulfasalazine (Azulfidine)
Beberapa obat antidiare yang mengandung kaolindan pectin
Bulk laxatives (seperti psyllium, Metamucil atau Citrucel)
Makanan tinggi serat (sepert Bran Muffin) atau suplemen (seperti Ensure)
Jika menggunakan beberapa obat diatas atau mengkonsumsi makanan tinggi serat bersamaan
dengan Digoxin maka Digoxin tidak bisa bekerja sewcara optimal. Menggunakan Digoxin juga
harus menghindari konsumsi Black Licorice (yang mengandung glcyrhizin). Jika dikonsumsi
bersama akan lebih mempercepat kontraksi jantung.
d. Cara Mengatasi Keracunan
Untuk mengatasi keadaan keracunan biasanya dokter memberikan KSR untuk mencegah
terjadinya penurunan kadar kalium dalam darah (hipokalemia). Keadaan hipokalemia akan
meningkatkan kepekaan sel-sel otot jantung terhadap digoxin sehingga akan meningkatkan
toksisitas digoksin. Oleh karena itu pasien juga harus dikontrol makanannya terutama yang
mengandung kalium dengan pengawasan yang tepat.
G. PENGARUH
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C . Tidak diketahui apakah digoksin dapat membahayakan
fetus jika diberikan pada wanita hamil atau mempengaruhi kapasitas reproduktif. Pemberian
digoksin pada wanita hamil hanya jika memang benar diperlukan
dan hanya jika keuntungan pada ibu lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan pada
fetus.Literatur dari BNF 50 menyebutkan diperlukan penyesuaian dosis.
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sedikit terdapat dalam air susu. Masuk dalam air susu ibu
(dalam jumlah sedikit)/compatible.
- Terhadap Anak-anak : Bayi yg baru lahir menunjukkan adanya toleransi yg bervariasi terhadap
digoksin. Bayi prematur dan immatur biasanya sensitif terhadap efek digoksin, dan dosis obat
tidak hanya diturunkan tapi harus dosis individualisasi sesuai dgn tingkat maturitasnya.
Parameter Monitoring
Konsentrasi serum digoksin, denyut jantung, EKG, fungsi ginjal
Peringatan
Infark jantung baru ; sick sinus syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada penderita lanjut
usia ; hindari hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara cepat (mual dan risiko arimia);
kerusakan ginjal ; kehamilan
Informasi Pasien
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien,
umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/
frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker atau dokter. Obat ini harus digunakan secara
teratur, biasanya pada waktu yang sama tiap hari dan biasanya pada pagi hari. Dapat digunakan
tanpa makanan. Diperlukan jumlah kalium yang cukup pada dietnya untuk menurunkan risiko
hipokalemia (hipokalemia dapat meningkatkan risiko toksisitas digoksin).Tes laboratorium
diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan. Jangan menggunakan OTC
seperti antasida, obat batuk, obat influenza, alergi kecuali atas petunjuk dokter atau
apoteker.Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.Jangan
menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Kondisi
medis awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.
Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat

Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa
jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda,
kecuali atas saran dari tenaga kesehatan. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, hubungi dokter
atau apoteker .Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan
pada orang lain.
Perubahan fungsi
Dugaan toksisitas digoksin : Pada permulaan pengobatan atau keputusan menghentikan terapi
dengan obat (amiodaron, kuinidin, verapamil) yang mana berinteraksi dengan digoksin; jika
terapi bersama quinidin dimulai, kadar digoxin harus diukur dalam 24 jam pertama sesudah
mulai terapi dengan quinidin, kemudian sesudah 7 14 hari.Adanya perubahan penyakit
(hypothyroidism).Denyut dan ritme dimonitor melalui pemeriksaan secara periodik EKG untuk
menilai baik efek terapi maupun tanda-tanda toksisitas Monitoring dengan ketat ( terutama
pasien yang menerima diuretik atau amphotericin) terhadap penurunan kadar kalium dan
magnesium dan peningkatan kalsium , hal-hal tersebut merupakan pemicu toksisitas digoksin.
Ukur fungsi ginjal. Perhatikan interaksi obat. Obervasi pasien terhadap tanda-tanda toksisitas
nonkardiak, kebingungan dan depresi.

H. DAFTAR PUSTAKA
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
MIMS Indonesia 2006/2007
Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handbook
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, dalam wadah tertutup rapat.
Kemasan dan Nomor Registrasi :
Botol berisi 100 tablet, No. Reg.: GKL8920908210A1
Kotak berisi 10 strip @ 10 tabLet, No.Reg.: GKL 8920908210A

DIGOKSIN
Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang
memiliki efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung).
Selain itu, digoksin juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas syaraf
otonom dan sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
NAMA DAN STRUKTUR KIMIA
Digoksin (digoxin) adalah salah satu jenis glikosida jantung yang diekstraksi dari
tanaman foxglove, Digitalis lanata. Digoksin memiliki rumus molekul C41H64O14
dengan bobot molekul 780,938 g/mol. Rumus struktur digoksin adalah sebagai
berikut:

4-[(3S,5R,8R,9S,10S,12R,13S,14S)-3-[(2S,4S,5R,6R)-5-[(2S,4S,5R,6R)-5-[(2S,4S,5R,6R)-4,5-dihydroxy-6-methyl-oxan-2-yl]oxy-4-hydroxy-6-methyloxan-2-yl]oxy-4-hydroxy-6-methyl-oxan-2-yl]oxy-12,14-dihydroxy-10,13-dimethyl-1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,15,16,17tetradecahydrocyclopenta[a]phenanthren-17-yl]-5H-furan-2-one

DESKRIPSI DAN STABILITAS


Digoksin berbentuk kristal putih atau serbuk dan memiliki rasa pahit. Digoksin
praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol encer, dan sangat sedikit
larut dalam propilen glikol 40%. pH digoksin injeksi adalah 6,6-7,4.
Digoksin akan stabil bila disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya pada
suhu 15-25 derajat celcius. Digoksin injeksi dapat bercampur dengan larutan infus.
INDIKASI

Digoksin sebagai glikosida jantung digunakan untuk digitalisasi dan terapi


pemeliharaan. Digoksin juga digunakan secara intravena (IV) untuk digitalisasi
cepat pada kondisi darurat.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Cara Pemberian
Digoksin umumnya diberikan secara oral sebagai dosis harian tunggal. Sedangkan
untuk bayi dan anak kurang dari 10 tahun, dosis harian sebaiknya diberikan dalam
dosis terbagi. Guna tercapainya konsentrasi serum puncak yang lebih tinggi yang
belum terbentuk, maka dosis harian terbagi direkomendasikan bagi pasien dengan
kriteria berikut:
1. Bayi dan anak dengan umur kurang dari 10 tahun
2. Pasien yang memerlukan dosis harian 300 mcg atau lebih
3. Pasien dengan riwayat atau beresiko terhadap toksisitas dalam penggunaan
glikosida jantung
4. Pasien tanpa masalah kepatuhan terapi, jika pasien cenderung melanggar
kepatuhan maka dosis harian tunggal lebih direkomendasikan
Jika terapi oral kurang efektif atau karena diperlukannya efek terapi yang cepat,
maka digoksin dapat diberikan melalui injeksi IV. Namun terapi oral harus segera
menggantikan injeksi IV bila telah memungkinkan. Untuk injeksi IV, digoksin harus
dilarutkan terlebih dahulu setidaknya 5 menit atau dilarutkan dengan 4 kali lipat
atau lebih besar dari volume dengan menggunakan air untuk injeksi, dekstrosa 5%,
atau NaCl 0,9% dengan lama pemberian sekurang-kurangnya 5 menit. Penyuntikan
digoksin dengan volume pengenceran kurang dari 4 kali volume awal dapat
menyebabkan presipitasi digoksin. Pelarutan digoksin harus dilakukan secara
perlahan. Infus intravena lambat lebih direkomendasikan daripada pemberian
secara cepat. Infus IV cepat digoksin dapat menyebabkan penyempitan arteriolar
sistemik dan koroner, yang dapat berakibat fatal, pemberian digoksin ini harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Jika pengukuran dosis
digoksin yang sangat kecil dengan menggunakan jarum suntik tuberkulin, maka ini
akan berpotensi overdosis. Pencampuran digoksin dengan obat lain dalam satu
jarum suntik, atau dengan pemberian simultan sangat tidak direkomendasikan.
Meskipun digoksin dapat juga diberikan melalui injeksi intramuskular (IM), namun
cara pemberian ini kurang direkomendasikan karena sering menyebabkan iritasi
lokal yang parah disamping timbulnya rasa nyeri, disamping itu pemberian secara
IV dapat menghasilkan efek yang lebih cepat dan dapat diprediksi. Pemberian
injeksi IM tidak memberikan keuntungan dibanding injeksi IV, kecuali jika injeksi IV
dikontraindikasikan. Jika terpaksa obat harus diberikan melalui injeksi IM, maka obat
harus diberikan jauh ke dalam otot dengan disertai pijatan dari tempat suntikan,
dengan volume penyuntikan tidak boleh lebih dari 2 mL pada satu sisi tempat
penyuntikan. Terapi digoksin oral seyogyanya segera menggantikan terapi injeksi
tersebut.

Dosis
Pertimbangan Umum
Pedoman dosis yang diberikan didasarkan pada respon rata-rata pasien dan
berbagai variabel substansial yang dapat diamati pada pasien. Penentuan dosis
harus didasarkan pada kondisi klinis masing-masing pasien. Dokter umumnya
mendasarkan pemilihan dosis berdasarkan konsentrasi serum digoksin.
Radioimmunoassay dapat digunakan untuk memantau efek khasiat dan toksisitas
dari digoksin.
Digoksin memiliki indeks terapi sempit, sehingga penentuan dosis harus sangat
berhati-hati. Dosis biasa adalah dosis rata-rata yang pada beberapa pasien
memerlukan modifikasi dengan memperhatikan kebutuhan dan respon tiap individu,
kondisi umum, status kardiovaskular, fungsi ginjal, berat badan dan usia pasien,
kondisi penyakit penyerta, obat-obatan lain, dan faktor-faktor lain yang mungkin
mengubah farmakodinamika dan farmakokinetika digoksin, dan konsentrasi plasma
digoksin. Perbedaan ketersediaan hayati digoksin pada pemberian oral, IV atau IM
harus diperhatikan saat pasien beralih dari satu rute pemberian ke rute pemberian
lainnya. Tidak ada perbedaan yang berarti pada ketersediaan hayati sediaan oral
digoksin baik yang berbentuk tablet maupun eliksir, kedua bentuk sediaan tersebut
dapat digunakan secara bergantian. Namun saat rute pemberian digoksin diubah
dari oral atau IM ke IV, maka dosis digoksin harus dikurangi sekitar 20-25%.
Pertimbangan Pengurangan Dosis pada Pasien dengan Pemantauan EKG
Pemantauan fungsi jantung dengan EKG harus dilakukan selama terapi digoksin
pada kondisi:
1. Terapi digoksin diberikan secara intravena
2. Terapi digoksin diberikan secara oral dalam waktu lama
3. Bila terapi digoksin diberikan pada pasien dengan resiko reaksi negatif
terhadap digoksin seperti pada pasien dengan penyakit jantung atau ginjal
yang berat
Dosis glikosida jantung, termasuk digoksin harus dikurangi pada kelompok pasienpasien berikut:
1. Pasien dengan hipokalemia
2. Pasien dengan hipotiroid
3. Pasien dengan kerusakan miokard yang luas
4. Pasien dengan gangguan konduksi
5. Pasien geriatri, terutama bila disertai penyakit arteri koroner

6. Dosis digoksin individual harus diberikan pada pasien yang juga menerima
terapi quinidin, karena eliminasi dan volume distribusi digoksin kemungkinan
akan menurun
Dosis bagi Pasien Gagal Jantung Kongestif
Pada kondisi ini digoksin dapat diberikan baik secara digitalisasi cepat ataupun
digitalisasi lambat yang berfrekuensi pada dosis maupun frekuensi pemberiannya.
1. Digitalisasi cepat (hanya jika diperlukan secara medis), loading dose digoksin
harus diberikan dengan memperhatikan proyeksi penyimpanan digoksin
dalam tubuh. Dosis pemeliharaan harian harus mengikuti loading dose, dan
dihitung sebagai prosentase dari loading dose. Puncak penyimpanan digoksin
dalam tubuh umumnya sebesar 8-12 mcg/Kg BB yang akan memberikan efek
terapi dengan resiko toksisitas mimimum pada pasien dengan gagal jantung
kongestif, irama sinus normal, dan fungsi ginjal yang normal.
2. Digitalisasi lambat, terapi ini harus dimulai dengan dosis pemeliharaan harian
yang tepat yang memungkinkan penyimpanan digoksin dalam tubuh secara
perlahan. Konsentrasi steady-state umumnya akan dicapai dalam waktu 5
kali waktu paruh obat pada setiap pasien tergantung pada kondisi ginjal
pasien. Umumnya memerlukan waktu 1-3 minggu.
Loading Dose (Untuk Digitalisasi Cepat)
Loading dose adalah pemberian obat dalam dosis terbagi dengan pemberian awal
sekitar 50% dari total dosis, dan diikuti dengan fase pemberian berikutnya sebesar
25% pada interval 6-8 jam setelah pemberian pertama baik pada pemberian secara
oral, IM maupun IV. Loading dose ini harus disertai dengan pemantauan klinis
pasien terlebih bila dilakukan penambahan dosis. Jika berdasarkan respon klinisnya
pasien memerlukan perubahan dosis, maka dosis pemeliharaannya dihitung
berdasarkan jumlah loading dose yang sebenarnya, yaitu dosis totalnya.
Biasanya dosis inisiasi oral sebesar 500-750 mcg (0,5-0,75 mg) digoksin tablet, atau
400-600 mcg (0,4-0,6 mg) digoksin kapsul cair menghasilkan efek terdeteksi
setelah 0,5-2 jam dan terjadi efek maksimal pada waktu 2-6 jam. Dosis tambahan
sekitar 125-375 mcg tablet digoksin atau 100-300 mcg digoksin kapsul cair bila
perlu dapat diberikan secara hati-hati pada 6-8 jam setelah pemberian dosis inisiasi
hingga diperoleh respon klinis yang memadai. Pasien dengan berat badan 70 Kg
umumnya mendapatkan respon klinis yang memadai pada dosis 750-1250 mcg
digoksin tablet atau setara dengan 600-1000 mcg digoksin kapsul cair.
Dosis inisiasi IV umumnya adalah 400-600 mcg (0,4-0,6 mg) yang segera akan
menghasilkan efek terdeteksi setelah 5-30 menit pemberian dan mencapai efek
maksimum setelah 1-4 jam setelah pemberian pada pasien dewasa. Dosis
tambahan 100-300 mcg digoksin dapat diberikan secara hati-hati setelah 6-8 jam
setelah pemberian dosis inisiasi hingga diperoleh respon klinis yang memadai. Dosis
IV digoksin pada pasien dewasa dengan berat badan 70 Kg adalah sekitar 600-1000
mcg.

Dosis Pemeliharaan
Dosis pemeliharaan harian berfungsi untuk menggantikan digoksin yang
tereliminasi dari tubuh pasien, maka dosis tersebut dapat diperkirakan dengan
mengalikan prosentase eliminasi dengan penyimpanan tubuh (loading dose) yang
menghasilkan respon klinis memadai. Pasien dengan fungsi ginjal normal umumnya
mengeliminasikan sekitar 30% dosis harian total, sedangkan pasien anurik
umumnya mengeliminasikan sekitar 14% dari total dosis harian digoksin.
Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa umumnya adalah 125-500 mcg
sekali sehari, dosis harus dititrasi sesuai umur, berat badan, dan fungsi ginjal. Dosis
pemeliharaan umumnya dimulai dengan dosis 250 mcg sekali perhari pada pasien
dewasa dengan usia kurang dari 70 tahun dengan fungsi ginjal normal, dosis dapat
ditingkatkan setiap 2 minggu sesuai dengan respon klinis. Sedangkan dosis
pemeliharaan oral dengan kapsul cair umumnya sebesar 150-350 mcg setiap hari
pada pasien dengan bersihan kreatinin lebih dari 50 ml/menit. Dosis pemeliharan
digoksin IV biasanya 125-350 mcg sekali perhari pada pasien dengan bersihan
kreatinin 50 ml/menit atau lebih.
Dosis pada Pasien Dewasa dengan Fibrilasi Atrial
Penyimpanan digoksin tubuh lebih dari 8-12 mcg/Kg diperlukan untuk sebagian
besar pasien gagal jantung koroner dan irama sinus normal untuk mengendalikan
laju ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial.
Dalam pengobatan pasien dengan fibrilasi atrial kronis, dosis digoksin harus dititrasi
ke dosis minimum untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada ventrikel.
Dosis Pediatrik
Dosis pada neonatus terutama bayi prematur harus dititrasi secara sangat berhatihati karena kemungkinan klirensnya menurun. Bayi dan anak umur dibawah 10
tahun umumnya secara proporsional memerlukan dosis yang lebih besar dari anak
umur lebih dari 10 tahun dan orang dewasa yang dihitung berdasarkan berat badan
atau luas permukaan tubuh. Anak usia lebih dari 10 tahun memerlukan dosis
dewasa dengan perhitungan berat badan anak-anak. Kapsul cair tidak
direkomendasikan penggunaannya pada neonatus dan anak-anak.
Dosis pemeliharaan pada anak usia 2-5 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah
10-15 mcg/Kg BB, anak usia 5-10 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah 7-10
mcg/Kg BB, sedangkan anak usia lebih dari 10 tahun dengan fungsi ginjal normal
adalah 3-5 mcg/Kg BB. Dosis digitalisasi IV umumnya adalah 80% dari dosis tablet
atau eliksir.
Dosis Geriatrik
Pada pasien geriatrik dosis harus dikurangi terlebih bila pasien menderita penyakit
jantung koroner. Usia lanjut dapat menjadi indikator adanya penurunan fungsi

ginjal. Dosis pemeliharaan pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun umumnya
dimulai dengan dosis 125 mcg sekali sehari peroral (daam bnetuk tablet).
Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Hati
Tak ada penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi hati
Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Ginjal
Dosis digoksin pada pasien dengan insufisiensi ginjal (bersihan kreatinin kurang dari
10 ml/menit, maka penyesuaian dosis ditentukan berdasarkan konsentrasi puncak
penyimpanan digoksin dalam tubuh (6-10 mcg/Kg BB) karena penurunan fungsi
ginjal ini akan mempengaruhi pola distribusi dan eliminasi digoksin.
Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa dengan gangguan fungsi ginjal
dapat dimulai dengan 125 mcg sekali sehari (tablet) atau 62,5 mcg pada pasien
yang ditandai mengalami kerusakan ginjal, dosis dapat ditingkatkan setiap 2
minggu sesuai dengan respon klinis.

FARMAKOKINETIK
Absorpsi
Setelah pemberian dosis oral baik dalam bentuk tablet maupun eliksir, sekitar 6085% digoksin akan diabsorpsi. Digoksin dalam sediaan kapsul cair akan diabsorpsi
sekitar 90-100%. Absorpsi terutama terjadi pada usus kecil yang kemungkinan
melalui proses nonsaturable. Penundaan pengosongan lambung atau adanya
makanan mungkin akan memperlambat penyerapan digoksin tetapi tidak
mengurangi tingkat penyerapannya. Penyerapan digoksin dari saluran cerna akan
mengalami penurunan hanya jika digoksin diberikan bersama makanan tinggi serat.
pH lambung tidak menghalangi penyerapan digoksin. Penyerapan digoksin dapat
terganggu akibat keadaan malabsorpsi. Gastrektomi parsial dan by pass jejunoileal
akan sedikit mengubah pola absorpsi digoksin.
Konsentrasi plasma digoksin bervariasi pada iap-tiap individu dengan dosis tertentu
dapat mengakibatkan efek terapeutik pada seseorang, namun dapat juga
menghasilkan efek toksik pada orang lain. Ambilan digoksin dari otot jantung pada
bayi hampir 2 kali lebih besar dibandingkan pada orag dewasa. Untuk mengetahui
konsentrasi plasma digoksin pada pasien maka sampel darah harus diambil pada 68 jam setelah pemberian digoksin.Konsentrasi plasma yang menghasilkan efek
terapeutik pada orang dewasa umumnya sekitar 0,5-2 ng/mL, sedangkan pada
pasien dengan fibrilasi atrial memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu sekitar
2-4 ng/mL akibat adanya pelambatan laju ventrikel. Pada orang dewasa kecuali
dengan fibrilasi atrial toksisitas dapat terjadi pada kondisi plasma yang stabil lebih
dari 2 ng/mL. Neonatus umumnya mampu mentolerir konsentrasi plasma yang lebih
tinggi dibanding orang dewasa.

Setelah pemberian digoksin oral dosis tunggal 500-750 mcg akan menghasilkan
onset setelah 0,5-2 jam setelah pemberian dengan efek maksimum tercapai setelah
2-6 jam setelah pemberian, Sedangkan pada pemberian IM dosis tunggal 1000 mcg,
onset dihasilkan setelah 30 menit dengan efek maksimum pada 4-6 jam setelah
pemberian. Pada pemberian IV 400-600 mcg dalam dosis tunggal menghasilkan
onset pada 5-30 menit dan efek maksimum terjadi pada 1-4 jam. Efek digoksin
dapat bertahan selama 3-4 hari.
Distribusi
Pada konsentrasi plasma terapeutik, sekitar 20-30% digoksin terikat pada protein
plasma.Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat memiliki volume distribusi yang
lebih kecil dibandingkan pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Metabolisme
Umumnya hanya sedikit digoksin yang akan mengalami metabolisme, namun
tingkat metabolisme ini dapat bervariasi dan berakibat fatal pada beberapa pasien.
Sebagian kecil metabolisme terjadi dihati, dan metabolisme juga dapat terjadi oleh
bakteri dilumen usus setelah pemberian oral atau setelah eliminasi empedu pada
pemberian IV. Digoksin mengalami reaksi pembelahan bertahap dari gugus gula
untuk membentuk digoksigenin-bisdigitoxosida, digoksigenin-monodigitoxosida, dan
digoksigenin, metabolit tersebut bersifat menurunkan kardioaktivitas digoksin.
Digoksin juga mengalami pengurangan cincin lakton membentuk dihidrodigoksin
yang kemudian juga mengalami pembelahan bertahap pada gugus gulanya.
Eliminasi
Waktu paruh distribusi (t1/2) digoksin setelah pemberian IV adalah sekitar 30 menit
baik pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal maupun normal. Pada pasien
dengan fungsi ginjal normal waktu paruh eliminasinya sekitar 34-44 jam. Waktu
paruh eliminasi berkepanjangan akan terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal. Pada pasien anephrik waktu paruh eliminasi dapat mencapai 4,5 hari atau
lebih. Waktu paruh eliminasi digoksin akan menurun pada pasien dengan overdosis
akut. Waktu paruh eliminasi meningkat pada pasien hipotiroid dan menurun pada
pasien hipertiroid. Pada pasien tak terdigitalisasi, yang menerima dosis
pemeliharaan tanpa loading dose yang telah mencapai konsentrasi steady-state
akan mengalami peningkatan waktu paruh eliminasi yaitu sekitar 4-5 kali waktu
paruh eliminasi atau sekitar 7 hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal.
Eliminasi harian pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar 30%, dan
14% pada pasien anurik. Prosentase eliminasi harian digoksin dapat dihitung
dengan persamaan:
%Eliminasi = 14 + (bersihan kreatinin (ml/menit)/5)
Penggunaan persamaan diatas harus ekstra hati-hati karena bersihan kreatinin
tidak akurat menggambarkan fungsi ginjal dan bersihan digoksin total dari dalam
tubuh pasien.

SEDIAAN DIGOKSIN
Digoksin tersedia dalam bentuk tablet, eliksir, kapsul cair, dan injeksi.

Contoh sediaan injeksi digoksin

Contoh sediaan tablet digoksin

Contoh sediaan eliksir drop digoksin untuk anak-anak dan bayi

Contoh sediaan eliksir digoksin

Contoh sediaan kapsul lunak digoksin


Sumber: AHFS, Wikipedia, dan Penelusuran Google

Terapi Obat Digoksin


This entry was posted in Obat Pharmacy and tagged Digoksin on March 15, 2016 by Zolla
Verbianti Suwita

Digoksin termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara


MTC [Minimum Toxic Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv
Concentration] mempunyai jarak yang sempit). Artinya, rentang antara kadar
dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat
menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus
tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik.

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan


pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien
sudah memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling salah satunya
yaitu pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit,
seperti digoksin.
Digoksin adalah glikosida jantung yang berefek inotropik positif
(meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung)
Cara Kerja digoksin, digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang
berasal dari Digitalis lanata. Mekanisme kerja digoksin melalui 2 cara, yaitu
efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan
kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi
berdasarkan penghambatan enzim Na+, K+ -ATPasedan peningkatan arus
masuk ionkalsium ke intra sel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin
terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap
neurotransmiter.
Indikasi dari digoksin yaitu untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium,
takikardia atrium proksimal dan flutter atrium
Regimen dosis digoksin harus benar-benar diperhatikan, regimen dosis
meliputi besaran dosis, interval serta lama penggunaan obat. Jika dosis
terlalu besar maka konsentrasi obat dalam plasma akan tinggi sehingga
berpotensi melewati MTC, serta jika interval terlalu pendek maka
dikhawatirkan konsentrasi obat dalam plasma juga akan tinggi.
Efek samping pada pemakaian digoksin dosis tinggi yaitu gangguan
susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan

saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit
seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu
membesarnya payudara pria mungkin terjadi.
Digoksin umumnya dieliminasi di urin, sehingga fungsi ginjal harus
diperhatikan, jika pasien mengalami gangguan fungsi ginjal maka dosis
harus diturunkan. Penurunan dosis digoksin juga perlu dilakukan pada pasien
dengan hipokalemia, hipotiroid, kerusakan miokard yang luas, gangguan
konduksi, pasien geriatri (terutama bila disertai penyakit arteri koroner) dan
pasien pediatri.
Dosis digoksin individual harus diberikan pada pasien yang juga menerima
terapi quinidin, karena eliminasi dan volume distribusi digoksin kemungkinan
akan menurun
Jika digoksin diresepkan dalam bentuk sediaan obat cair, maka digunakan
alat tetes yang terdapat di dalam kemasan digoksin agar mendapatkan
takaran dosis yang tepat.
Penggunaan digoksin diusahakan pada jam yang sama tiap hari untuk
memaksimalisasi efeknya, serta harus dipastikan ada jarak waktu yang
cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi digoksin, disarankan segera
meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat.
Jangan menggandakan dosis digoksin pada jadwal berikutnya untuk
mengganti dosis yang terlewat.
Selain itu, interaksi obat digoksin perlu diperhatikan, baik interaksi dengan
obat maupun dengan makanan.
Obat yang berinteraksi dengan digoksin diantaranya yaitu:
Kuinidin, verapamil, amiodarondan propafenon dapat meningkatkan kadar
digitalis.
Diuretik, kortikosteroid, dapat menimbulkan hipokalemia, sehingga mudah
terjadi intoksikasi digitalis.
Antibiotik tertentu menginaktivasi digoksin melalui metabolisme bakterial
di usus bagian bawah.

Propantelin, difenoksilat, meningkatkan absorpsi digoksin.


Antasida, kaolin-peptin, sulfasalazin, neomisina, kolestiramin, beberapa
obat kanker, menghambat absorpsi digoksin.
Simpatomimetik, meningkatkan resiko aritmia.
Beta bloker, kalsium antagonis, berefek aditif dalam penghambatan
konduksi AV.
Sedangkan penggunaan digoksin dengan obat yang dapat merusak ginjal
harus dihindari karena digoksin umumnya dikeluarkan lewat urin, maka akan
terjadi akumulasi obat yang dapat menimbulkan efek toksik. Contoh:
digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal
(aminoglikosida, siklosporin).
Untuk pasien dengan gangguan fungsi hati, dosis digoksin tidak perlu
disesuaikan.
Selain interaksi dengan obat lain, juga perlu diperhatikan interaksi obat
dengan makanan, karena akan ikut mempengaruhi kerja obat dalam tubuh.
Konsentrasi digoksin dapat menurun jika digunakan bersama makanan yang
mengandung serat (fiber) atau makanan kaya akan pektin karena
menurunkan absorpsi oral digoksin.
Penggunaan digoksin juga dapat menurunkan Mg intraseluler dan
meningkatkan pengeluaran Mg dari tubuh melalui urin. Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian suplemen Mg. Dianjurkan konsumsi Mg adalah 30-500 mg
per hari. Dari makanan, juga dapat ditingkatkan konsumsinya (tanpa melalui
suplemen Mg). Sumber utama Mg adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, bijibijian dan kacang-kacangan, daging, coklat, susu dan hasil olahannya.
Digoksin mengganggu transport potassium dari darah menuju sel sehingga
digoksin pada dosis yang cukup tinggi dapat menyebabkan hiperkalemia
fatal. Oleh karenanya pada saat menggunakan Digoksin, pasien harus
menghindari konsumsi suplemen potassium atau makanan yang
mengandung potassium dalam jumlah besar seperti buah (pisang). Sumber
utama potassium adalah buah, sayuran dan kacang-kacangan. Namun

banyak orang mengkonsumsi digoksin menyebabkan diuretic. Pada kasus


tersebut, peningkatan intake potassium dibutuhkan.
Pemantauan fungsi jantung dengan EKG pada saat penggunaan digoksin
perlu dilakukan pada terapi digoksin diberikan secara intravena, terapi
digoksin diberikan secara oral dalam waktu lama dan bila terapi digoksin
diberikan pada pasien dengan resiko reaksi negatif terhadap digoksin seperti
pada pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang berat.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan saat pemberian digoksin kepada pasien
yaitu:
pemberian digoksin melalui IV harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih, karena jika terjadi kesalahan dapat
berakibat fatal
harus ditanyakan kepada pasien jika ada alergi terhadap senyawa digitalis,
juga perlu informasi dari pasien apakah pasien pernah menggunakan obat
digitalis dalam rentang 2 minggu sebelum pemberian digoksin
penyesuaian dosis saat pemberian digoksin diganti dari IV ke oral
perhatikan jika terjadi gejala-gejala toksisitas digoksin
digoksin termasuk obat golongan C dalam kehamilan sehingga
penggunaannya harus diawasi
Digoksin tidak boleh digunakan pada penderita dengan riwayat intoleransi
dan hipersensitifitas terhadap preparat digitalis, aritmia supra ventrikular
yang disebabkan sindroma Wolff Parkinson Whiteserta fibrilasi ventrikel.
Pada penderita fibrilasi ventrikel kronis jika harus menggunakan digoksin
maka dosis digoksin harus digunakan dosis minimum.
Jika terjadi toksisitas digoksin yang mengancam jiwa pasien maka antidotum
(penawar racun) yang diberikan tersedia dalam bentuk imunoterapi
antidigoksin dengan fragmen Fab yang dimurnikan dari antiserum

antidigoksin yang diperoleh dari domba (DIGIBIND).


Dosispenetralisirnya didasarkan atas perkiraan total dosis obat tertelan atau
beban total tubuh digoksin yang dapat diberikan secara intravena dalam
larutan garam lebih dari 30 sampai 60 menit.
Peran yang tepat dari digoksin dalam terapi masih kontroversial terutama
karena perbedaan pendapat pada risiko versus keuntungandari penggunaan
obat ini secara rutin pada pasien dengan gagal jantungsistolik. Digoksin
terbukti menurunkan jumlah pasien gagal jantung yang dirawat inap tetapi
tidak menunjukkan kemajuan atau peningkatan kelangsungan hidup bagi
penderita gagal jantung. Selain itu, digoksin dikaitkan dengan peningkatan
risiko untuk konsentrasi terkait toksisitas dan efek samping yang banyak.
Pasien perlu memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama
mengonsumsi digoksin agar dokter dapat memonitor perkembangan kondisi
pasien.
KESIMPULAN
Digoksin merupakan obat dengan indeks terapi sempit sehingga
pengaturan dosis obat untuk pasien harus diperhatikan agar tidak
menimbulkan toksisitas
Konseling yang perlu diberikan kepada pasien yaitu terkait dosis, waktu
penggunaan, serta pemahaman kepada pasien tentang gejala-gejala
toksisitas dari digoksin
Pemberian digoksin kepada pasien gangguan ginjal harus diatur dosisnya
karena digoksin umumnya dieleminasi lewat ginjal
Pemberian digoksin kepada pasien geriatri, dilihat dari fungsi ginjal pasien,
karena pada pasien geriatri ada kemungkinan penurunan kemampuan fungsi
ginjal

Penyesuaian dosis juga dibutuhkan untuk penggantian pemberian obat


digoksin secara IV ke oral
Digoksin berinteraksi dengan makanan sehingga sebaiknya diberikan
setelah makan
Penggunaan digoksin pada saat kehamilan harus diawasi
Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien:
apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap senyawa digitalis
apakah pasien menggunakan obat digitalis dalam 2 minggu terakhir
Hal-hal yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan:
pemberian digoksin secara IV harus hati-hati dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih
pada pasien dengan pemberian digoksin secara IV, diberikan secara oral
dalam waktu lama atau pemberian digoksin untuk pasien gangguan ginjal
berat, maka perlu dipantau fungsi jantung pasien dengan EKG
DAFTAR PUSTAKA
AHFS Drug Information
A to Z Drug Facts
Sweetman, Sean. 2009. Martindale 36ed. London: RPS Publishing

Digoksin
Deskripsi, Golongan/kelas terapi, Nama Dagang, , Indikasi, Dosis, Cara Pemberian dan Lama
Pemberian, Farmakologi, Stabilitas penyimpanan, Kontraindikasi, efek samping, Interaksi,
Mekanisme, Bentuk Sediaan, Peringatan, Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus, Informasi Pasien,
Monitoring Penggunaan Obat Digoksin (Digoxin)

(Ilustrasi)
Deskripsi
- Nama &
Struktur Kimia

Sinonim : (3, 5 , 12 )-3-[(O-2,6-dideoxy- -D-ribohexopyranosyl-(1?4)-O-2,6-dideoxy- - D-ribo: hexopyranosyl-(1?4)-2,6-dideoxy- -D- riboexopyranosyl)oxy]-12,14-dihydroxy-card-20(22)-enolide.


C41H64O14

- Sifat
Fisikokimia

Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini


praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut
:
dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam
piridin

- Keterangan

Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu


: kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus pada
miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata

Golongan/Kelas Terapi
Obat Kardiovaskuler
Nama Dagang

- Fargoxin

- Lanoxin

- Digoksin Sandoz

Indikasi
Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi)
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila tidak diperlukan
cepat, 250 500 mikrogram sehari (dosis yang lebih tinggi harus dibagi).
Dosis pemeliharaan : 62,5 500 microgram sehari (dosis yang lebih tinggi harus
dibagi). disesuaikan dengan fungsi ginjal dan pada atrial fibrilasi , tergantung pada
respon denyut jantung; dosis pemeliharaan biasanya berkisar 125 250 mcg
sehari (dosis yang lebih rendah diberikan pada penderita lanjut usia). Pada kondisi
emergensi, loading dose (dosis muatan) diberikan secara infus intravena , 0,75 1
mg hingga paling sedikit 2 jam, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan melalui
oral .
Farmakologi
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit
Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam
Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan
Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat
menyebabkan absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi
jumlah yang diabsorpsi
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%
Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui
reduksi cincin lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan
adanya gagal jantung kongestif
Bioavailabilitas:
T eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung:
T eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit:
digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 12 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam
Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )
Konsentrasi serum digoksin :
Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml
Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika
terdapat hal-hal khusus
Toksik > 2,5 ng/ml
Stabilitas Penyimpanan
Lindungi sediaan elixir dan injeksi dari cahaya; pelarut yang compatibel : D5W,
D10W, NS, aqua pro injeksi ( untuk melarutkan empat kali lipat atau lebih)
Kontraindikasi
Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias
yang disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular

atau fibrilasi ; hypertropic obstructive cardiomyopathy


Efek Samping
Biasanya berhubungan dengan dosis yang berlebih, termasuk : anoreksia, mual ,
muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capek,
mengantuk , bingung, delirium, halusinasi, depresi ; aritmia, heart block ; jarang
terjadi rash, isckemia intestinal ; gynecomastia pada penggunaan jangka panjang ,
trombositopenia.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450: substrat CYP3A4 (minor):Meningkatkan efek/toksisitas :
senyawa beta-blocking (propanolol), verapamil dan diltiazem mempunyai efek
aditif pada denyut jantung. Karvedilol mempunyai efek tambahan pada denyut
jantung dan menghambat metabolisme digoksin. Kadar digoksin ditingkatkan oleh
amiodaron (dosis digoksin diturunkan 50 %), bepridil, siklosporin, diltiazem,
indometasin, itrakonazol, beberapa makrolida (eritromisin, klaritromisin),
metimazol, nitrendipin, propafenon, propiltiourasil, kuinidin dosis digoksin
diturunkan 33 % hingga 50 % pada pengobatan awal), tetrasiklin dan verapamil.
Moricizine dapat meningkatkan toksisitas digoksin . Spironolakton dapat
mempengaruhi pemeriksaan digoksin, namun juga dapat meningkatkan kadar
digoksin secara langsung. Pemberian suksinilkolin pada pasien bersamaan dengan
digoksindihubungkan dengan peningkatan risiko aritmia. Jarang terjadi kasus
toksisitas akut digoksin yang berhubungan dengan pemberian kalsium secara
parenteral (bolus). Obat-obat berikut dihubungkan dengan peningkatan kadar
darah digoksin yang menunjukkan signifikansi klinik : famciclovir, flecainid,
ibuprofen, fluoxetin, nefazodone, simetidein, famotidin, ranitidin, omeprazoe,
trimethoprim.
Menurunkan efek: Amilorid dan spironolakton dapat menurunkan respon inotropik
digoksin. Kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin, dan metoklopramid dapat
menurunkan absorpsi digoksin. Levothyroxine (dan suplemen tiroid yang lain)
dapat menurunkan kadar digoksin dalam darah. Penicillamine dihubungkan
dengan penurunan kadar digoxin dalam darah.
Interaksi dengan obat-obat berikut dilaporkan menunjukkan signifikansi klinik
aminoglutetimid, asam aminosalisilat, antasida yang mengandung alumunium,
sukralfat, sulfasalazin, neomycin, ticlopidin.
- Dengan Makanan :
Kadar serum puncak digoksin dapt diturunkan jika digunakan bersama dengan
makanan. Makanan yang mengandung serat (fiber) atau makanan yang kaya akan
pektin menurunkan absorpsi oral digoksin.
Hindari ephedra (risiko stimulasi kardiak)
Hindari natural licorice (menyebabkan retensi air dan natrium dan meningkatkan
hilangnya kalium dalam tubuh)
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko : C . Tidak diketahui apakah digoksin dapat
membahayakan fetus jika diberikan pada wanita hamil atau mempengaruhi
kapasitas reproduktif. Pemberian digoksin pada wanita hamil hanya jika memang
benar diperlukan dan hanya jika keuntungan pada ibu lebih besar daripada resiko
yang ditimbulkan pada fetus.Literatur dari BNF 50 menyebutkan diperlukan
penyesuaian dosis.
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sedikit terdapat dalam air susu. Masuk dalam
air susu ibu (dalam jumlah sedikit)/compatible.

- Terhadap Anak-anak : Bayi yg baru lahir menunjukkan adanya toleransi yg


bervariasi terhadap digoksin. Bayi prematur dan immatur biasanya sensitif
terhadap efek digoksin, dan dosis obat tidak hanya diturunkan tapi harus dosis
individualisasi sesuai dgn tingkat maturitasnya.
- Terhadap Hasil Laboratorium : Parameter Monitoring
Konsentrasi serum digoksin, denyut jantung, EKG, fungsi ginjal
Bentuk Sediaan
Peringatan
Infark jantung baru ; sick sinus syndrome; penyakit tiroid ; dosis dikurangi pada
penderita lanjut usia ; hindari hipokalemia ; hindari pemberian intravena secara
cepat (mual dan risiko arimia); kerusakan ginjal ; kehamilan
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Informasi Pasien
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti
kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang
berkaitan dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker
atau dokter. Obat ini harus digunakan secara teratur, biasanya pada waktu yang
sama tiap hari dan biasanya pada pagi hari. Dapat digunakan tanpa makanan.
Diperlukan jumlah kalium yang cukup pada dietnya untuk menurunkan risiko
hipokalemia (hipokalemia dapat meningkatkan risiko toksisitas digoksin).Tes
laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan.
Jangan menggunakan OTC seperti antasida, obat batuk, obat influenza, alergi
kecuali atas petunjuk dokter atau apoteker.Jangan menghentikan pemakaian obat
ini tanpa berkonsultasi dengan dokter.Jangan menggunakan obat melebihi jumlah
yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Kondisi medis awal pasien
harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.
Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter
yang merawat Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah
ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat
berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga
kesehatan. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, hubungi dokter atau apoteker
.Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan
pada orang lain.
Mekanisme Aksi
Gagal jantung kongestif: menghambat pompa Na/K ATP0-ase yang bekerja
dengan meningkatkan pertukaran natrium-kalsium intraselular sehingga
meningkatkan kadar kalsium intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia
supraentrikular : Secara langsung menekan konduksi AV node sehingga
meningkatkan periode refractory efektif dan menurunkan konduksi kecepatn - efek
inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan menurunkan
kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi dapat menurunkan
sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum konsentrasi digoksin yang
lebih tinggi.
Monitoring Penggunaan Obat
Kapan mengukur konsentrasi serum digoksin : konsentrasi serum digoksin harus
dimonitor karena digoksin mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint
therapy sukar ditentukan dan toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar

serum digoksin harus diukur sedikitnya 4 jam setelah pemberian dosis intravena
dan sedikitnya 6 jam setelah pemberian dosis oral (optimal 12 24 jam setelah
pemberian). Terapi awal (inisiasi): Jika loading dose diberikan: konsentrasi serum
digoksin diukur dalam 12 24 jam sesudah pemberian loading dose awal. Kadar
yang terukur menunjukkan hubungan kadar plasma digoksin dan respon. Jika
loading dose tidak diberikan : konsentrasi serum digoksin ditentukan setelah 3 5
hari terapi. Terapi pemeliharaan (maintenance ):Konsentrasi harus diukur minimal
4 jam setelah dosis IV dan paling sedikit 6 jam setelah dosis oral.Konsentrasi
serum digoxin harus diukur dalam 5-7 hari(rata-rata waktu steady state) setelah
mengalami perubahan dosis. Pemeriksaan dilanjutkan 7 14 hari setelah
perubahan ke dalam dosis pemeliharaan (maintenance)
Catatan : pada pasien dengan end-stage renal disease (gagal ginjal terminal)
diperlukan waktu 15 20 hari untuk mencapai steady state. Sebagai tambahan
pasien yang menerima obat-obat yang dapat menurunkan kalium seperti diuretik,
harus dimonitor kadar kalium, magnesium dan kalsium. Konsentrasi serum
digoksin harus diukur jika terdapat kondisi berikut : Apabila meragukan kepatuhan
pasien atau mengevaluasi timbulnya respon klinik yang jelek pada pengobatan
awal.
Perubahan fungsi
Dugaan toksisitas digoksin : Pada permulaan pengobatan atau keputusan
menghentikan terapi dengan obat (amiodaron, kuinidin, verapamil) yang mana
berinteraksi dengan digoksin; jika terapi bersama quinidin dimulai, kadar digoxin
harus diukur dalam 24 jam pertama sesudah mulai terapi dengan quinidin,
kemudian sesudah 7 14 hari.Adanya perubahan penyakit
(hypothyroidism).Denyut dan ritme dimonitor melalui pemeriksaan secara periodik
EKG untuk menilai baik efek terapi maupun tanda-tanda toksisitas Monitoring
dengan ketat ( terutama pasien yang menerima diuretik atau amphotericin)
terhadap penurunan kadar kalium dan magnesium dan peningkatan kalsium , halhal tersebut merupakan pemicu toksisitas digoksin. Ukur fungsi ginjal. Perhatikan
interaksi obat. Obervasi pasien terhadap tanda-tanda toksisitas nonkardiak,
kebingungan dan depresi
Daftar Pustaka
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
MIMS Indonesia 2006/2007
Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handbook
[Dinkes Tasikmalaya]

You might also like