Professional Documents
Culture Documents
OLEH
KELOMPOK III
TIRZA RIANY ABDUL HAMID
VICA EKA SAKTI RAHIM
MAYA C. ANTONI
NURLELA IBRAHIM
MAHMUDIN IGRISA
PUTRA REFANGGA MAMONTO
Jumlah
Distribusi
Permukaan
Batas
Anestesia
2. BTA
Lesi Kulit
Sekret
Lepramatosa
LL
Bordeline
Lepramatosa BL
Mid Bordeline
(BB)
Makula
Infiltrat difus
Papul
Nodus
Tidak terhitung, tidak
Makula
Plakat
Papul
masih
Simetris
Halus berkilat
sehat
Hampir simetris
Halus berkilat
Agak jelas
Tak jelas
berkilat
Agak jelas
Lebih jelas
Tidak jelas
Biasanya tak jelas
Banyak (ada globus)
Banyak (ada globus)
Plakat
Kubah
Punched out
Sukar
dihitung,
ada
kulit
Banyak
Biasanya negatif
Masih
bisa
dihitung,
kulit
Agak banyak
negatif
hidung
Tabel Pausibasiler
Sifat
3. LESI
Bentuk
Lepramatosa
LL
Bordeline
Lepramatosa BL
Makula
dibatasi
dibatasi infiltrat
infiltrate ; infiltrate
saja
Satu, beberapa
Jumlah
Asimetris
Mid Bordeline
(BB)
Hanya infiltrat
Satu
beberapa
variasi
atau
Kering bersisik
Distribusi
Permukaan
Batas
Anestesia
4. BTA
Lesi Kulit
Masih asimetris
Kering bersisik
jelas
jelas
Hampir selalu negatif
Halus,
agak
berkilat
tidak ada sampai
jelas
jelas
tidak jelas.
Biasanya hanya
negatif
6. PENUNJANG DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Bakterioskopik
Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari hasil
kerokan jaringan kulit atau usapan dan kerokan mukosa hidung yang
diwarnai dengan pewarnaan terhadap BTA antara lain Ziehl Neelsen .
bakterioskopik negative pada penderita bukan berarti bebas M. lepraae
b. Pemeriksaan histopatologik
Jika pemeriksaan bakterioskopik memberikan hasil negative, sedangkan
klinik masih meragukan, maka pemeriksaan penunjang dilanjutkan
dengan
biopsy
dan
pemeriksaan
histopatologik.
Keuntungan
secara
histologik.
Pemeriksaan
pada
anak
sangat
membantu.
c. Pemeriksaan serologic
Pemeriksaan serologic kusta didasarkan atas terbentuknya antibody
pada seseorang yang telah terinfeksi basil kusta.
7. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan penyakit kusta menurut Materi Pelatihan P2 Kusta bagi
Medis dan Paramedis Puskesmas, Direktorat Pemberantasan Penyakit
kuat
Untuk tangan dengan cacat yang permanen :
o Melindungi tangan yang mati rasa dengan menghindarkannya
o
tajam
Kaki yang mati rasa dan kering perlu direndam dan diolesi
setiap hari
Cara rawat diri untuk luka :
o Tangan dan kaki dengan luka yang tidak terinfeksi perlu setiap
hari direndam dengan air bersih yang dingin selama sekitar 15
menit , gosok kulit yang tebal dengan alat yang kasar tapi
tidak tajam, diolesi dengan minyak (zaitun atau minyak
kelapa), dibalut dengan bahan yang sederhana, kemudian
o
diistirahatkan
Akan tetapi bila ada luka yang mengalami infeksi seperti
bengkak dan panas segera rujuk ke rumah sakit atau
puskesmas atau ke dokter agar diberikan antibiotic.
Terbentuknya granuloma
bercak
ulserasi
Makrofag
aktif
Proses inflamasi
1-5
ak >5
an
araf
saraf
tepitepi
dengan
dengan
gangguan
gangguan
fungsi
fungsi
pada
pada
1 saraf.
>1 saraf.
Morbus Hansen
MK : Resiko infeksi
N. ulnaris N. Medianus
N. Proneus
Stimulasi
sitokin:
prostaglandi
n
Stimulas
i
histamin
N. Tibia posterior
Resepto
G3
r nyeri
termoregulat
or
Kekuatan pergelangan kaki <<
paralisis
Paralisis
jari kaki MK :Gg
MK :
citra
Kepercayaan
Mek. Koping tak
Nyeri
tubuh
diri <<
efektif
Drop foot
M. HDR penatalaksanaan
Claw hand/claw finger
Claw toes
Lagoptalmus
S. Sensorik
fibrosis
MK : Pk Anemia
Penebalan saraf
hipoalbumia
Anestesia
MK : Intoleran aktivitas
gg. GI
peradanga
n
MK :
Tubuh
Intoleran
lemas
MK: Pola
napas
tidak
sesak
efektif
Keterangan gambar :
Ditandai warna biru adalah diagnose yang kami ambil.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a) Kaji biodata pasien untuk melengkapi rekam medis pasien dan untuk
memudahkan dalam melakukan asuhan keperawatan. Usia dan jenis
kelamin merupakan data dasar yang penting. Tempat tinggal pasien
sangat penting karena kusta paling sering terjadi di daerah dengan
tingkat social-ekonomi yang rendah dan insidennya meningkat pada
daerah tropis / sub tropis. Kaji pula secara lengkap, jenis pekerjaan
klien untuk mengetahui tingkat sosial-ekonomi, resiko trauma pekerjaan
dan kemungkinan kontak dengan penderita kusta.
b) Keluhan utama. Pasien sering datang ke tempat pelayanan kesehatan
dengan keluhan adanya bercak putih
diminum?
Pada
beberapa
kasus,
reaksi
obat
juga
dapat
menimbulkan perubahan warna kulit dan reaksi alergi yang lain. Perlu
juga ditanyakan apakah keluhan ini pertama kali dirasakan. Jika sudah
beberapa kali dirasakan, obat apakah yang pernah diminum? Teratur
atau tidak?
d) Riwayat penyakit dahulu. Salah satu factor penyebab penyakit kusta
adalah daya tahan tubuh yang menurun. Akibatnya M. Leprae dapat
masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu perlu dikaji adakah riwayat
penyakit kronis atau penyakit lain.
e) Riwayat penyakit keluarga. Penyakit kusta bukan penyakit turunan,
tetapi jika ada anggota keluarga atau tetangga menderita penyakit kusta.
Resiko tinggi kusta baik yang masih hidup ataupun yang sudah
f)
meninggal.
Riwayat psikososial. Kusta terkenal sebagai penyakit yang sangat
menakutkan dan menjijikkan. Ini disebabkan adanya deformitas atau
kecacatan yang ditimbulkan oleh karena itu perlu dikaji konsep diri
serta respon masyarakat terhadap klien.
g) Kebiasaan sehari-hari. Pada saat melakukan anamnesis tentang pola
kebiasaan
sehari-hari.
Perawat
perlu
mengkaji
status
gizi
pola
adanya
ruam,
hipopigmentasi/hiperpigmentasi
serta
eritomatosa dengan permukaan yang kasar atau licin dengan batas yang
kurang jelas. Pada tipe tuberkuloid dapat ditemukan gangguan saraf
kulit. Yang disertai dengan penebalan syaraf, adanya nyeri tekan akibat
adanya jaringan fibrosa, anhidrisi, dan kerontokan rambut. Pada tipe
lepromatus, dijumpai hidung pelana dan wajah singa. Selain itu kaji juga
adanya kelainan otot berupa atrofi disuse otot yang ditandai dengan
kelumpuhan otot-otot.
Diikuti adanya kekakuan sendi atau kontraktur sehingga terjadi
clow hand , drop foot dan drop hand. Kaji juga adanya osteomielitis serta
pemendekkan kerusakan tulang. Kaji pula adanya kelainan mata akibat
kelumpuhan. Inspeksi mata kering kereatitis, ulkus kornea, iritis
iridosiklik dan berakhir dengan kebutaan. Kaji adanya ginekomastia
Palpasi
Temukan adanya penebalan serabut saraf, macula anastetika,
pada tipe T dan macula non anestetika pada tipe L. Serta permukaan
yang kering dan kasar . lakukan pemeriksaan sederhana, untuk
menunjang kepastian diagnosis penyakit kusta serta untuk mengetahui
adanya anesthesia pada lesi.
Uji kulit. Uji ini paling sering dilakukan dengan mudahnya
sehingga semua petugas dapat melakukannya. Penggunaan jarum
untuk mengetahui adanya rasa sakit dilakukan dengan meminta
pasien
adanya rasa pada kulit dengan adanya rasa jika disentuh kapas
tepi
motorik
adanya
kelemahan
atau
dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan
pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut buku saku diagnosis keperawatan NANDA NIC NOC , Nancy
Ahern, 2013
1) Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan proses
inflamasi penyakit kusta
2) Gangguan konsep diri
(citra
diri)
yang
berhubungan
dengan
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
:
Domain
: 11 Keamanan dan perlindungan
Kelas
: 2. Cedera fisik
Nomor
: 00046
Kerusakan integritas kulit: lesi yang berhubungan dengan proses
inflamasi penyakit kusta
Tujuan
3. Evaluasi warna sisi luka dan jaringan yang terjadi inflamasi. perhatikan
adakah
penyebaran
pada
jaringan
sekitar,
ada
atau
tidak
adanya
penyembuhan
Rasional : Mengevaluasi keefektifan sirkulasi dan perkembangan inflamasi
serta mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari tekanan
Rasional: Tekanan pada lesi bisa maenghambat proses penyembuhan
5. Lakukan advis dokter untuk memberikan obat sesuai dosis
Rasional : terapi dibutuhkan pasien dalam proses penyembuhan
6. Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi TKTP
Rasional : diet TKTP dapat membantu dalam proses pembentukan
jaringan dan sel baru
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan luka, serta cara
mencegah penularan
Rasional : membantu mempermudah serta mengarahkan keluarga dan
pasien dalam perawatan, juga dalam mencegah terjadinya penularan ke
jaringan lain atau pada keluarga.
Dianosa 2
Domain
: 6 Persepsi Diri
Kelas 3
: citra tubuh
Nomor diagnose
: 00118
Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan dan
kehilangan fungsi tubuh
Tujuan
Kriteria Hasil
penampilannya.
Memasukkan perubahan dalam konsep diri tanpa harga diri negative
Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
Klien dapat mengidentifikasi aspek positif diri
Klien menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistic tanpa
menyimpang
Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.
Rasional : untuk menjalin rasa percaya
2. Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan,
pengobatan, kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
Rasional : agar pasien merasa ada harapan yang kuat untuk sembuh.
3. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara ia
merasakan , berpikir, dan memandang dirinya.
Rasional : agar pasien tidak terbebani sendiri dengan keadaan yang dialaminya.
4. Terima dan akui ekspresi frustasi, ketergantungan dan kemarahan.
Perhatikan
perilaku
menarik
diri.
membantu
perbaikan
5. hindari mengkritik.
Rasional : agar pasien tidak minder sewaktu bersosialisasi.
6. jaga privasi dan lingkungan individu.
Rasional : agar pasien merasa nyaman
7. tingkatkan interaksi social klien.
Rasional : agar pasien merasa nyaman ketika berhubungan social dengan
orang lain.
8. berikan informasi yang dapat dipercaya dan kejelasan informasi.
Rasional : agar klien mengerti tindakan untuk menanggulangi masalah
kesehatannya.
9. dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
Rasional : agar klien merasa nyaman dan tidak terbebani karena masalah
kesehatannya.
10.Berikan penguatan positif
Diagnosa 3 :
Domain : 11 Keamanan dan Perlindungan
Kelas : 2 Cedera fisik
No : 00035
Resiko cedera berhubungan dengan anestesi atau hilang rasa sakit akibat
neuritis
Tujuan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes, (1998), Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Kusta, Cetakan ke-XII,
Depkes Jakarta
2. Mansjoer, Arif, (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media
Aeuscualpius, Jakarta.
3. Juall, Lynda,(1995) Rencana Asuhan Keperawatan Dan Dokumentasi Keperawatan
Edisi II, EGC. Jakarta,
4. A. Kosasih, (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi V. Jakarta : FKUI
5. Menaldi, 2003. Infeksi Kulit pada Bayi dan Anak. Jakarta : FKUI
6. Ahern, 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC NOC. Jakarta : EGC
7. http://puskesmaskutasatu.com