terutama wajah disertai gatal. Efloresensi mula-mula berupa komedo dan selanjutnya menjadi pustul atau ndus dan kista Tanyakan riwayat acne di keluarga, riwayat konsumsi makanan, pola kebersihan polimorfik (terdiri atas komedo, pustul, papul, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik). Analisis komposisi asam lemak di kulit Px thdp mikroorganisme P. acnes 1. Terapi Non Farmakologi i. Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan tidak perlu dilakukan sebab tidak membuka atau membersihkan pori dan mungkin berdampak pada iritasi kulit. ii. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan kering, penting diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering selama terapi akne. iii. Jangan biarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang kotor, dapat memperburuk kondisi poripori yang tersumbat. iv. Jangan memencet atau memecahkan jerawat karena dapat meninggalkan bekas berupa jaringan parut pada kulit. v. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit usahakan untuk tetap rileks. Stres diketahui merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya akne. vi. Hindari kosmetik yang berminyak dan pelembab. ( Andra L.Zaenylein, 2008 ).
2. Terapi Farmakologis A. Pengobatan Topikal I. Benzoil Peroksida Benzoil peroksida dapat digunakan
untuk menangani akne inflamasi
superfisial (akne yang tidak dalam).Senyawa ini merupakan antibakteri nonantibiotik yang berperan sebagai bakteriostatik terhadap P.acnes. Benzoil peroksida diuraikan pada kulit oleh sistein sehingga membebaskan radikal bebas oksigen yang akan mengoksidasi protein bakteri. Senyawa tersebut meningkatkan laju pengelupasan sel epitel dan melepaskan struktur gumpalan pada folikel sehingga berdampak pada aktivitas komedolitik.Sabun, losio, krim, dan gel tersedia dalam konsenstrasi 2.5% hingga 10%.Konsentrasi 10% tidak lebih efektif secara signifikan, tetapi mungkin lebih iritan formulasi gel biasanya memiliki aktivitas yang lebih poten dibandingkan dengan losio, krim, dan sabun. Indikasi pemakaian obat ini adalah pada akne vulgaris papula dan pustula yang berat (John C.Hall, 2008). II. Tretinoin Tretionin (suatu retinoid; bentuk asam dari vitamin A) merupakan suatu zat komedolitik yang meningkatkan perombakan sel pada dinding folikuler serta menurunkan kohesivitas dari sel sehingga berdampak pada pengeluaran atau ekstruksi komedo dan penghambatan pembentukan komedo baru. Tretionin juga mengurangi jumlah lapisan sel pada stratum korneum dari sekitar 14 hingga 5 lapisan sel.Tretinoin tersedia dalam larutan 0.05%; gel 0.01% serta 0.25%; krim 0.025%, 0.05% serts 0.1%. Indikasi : Akne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh cahaya (tabir surya). Peringatan : Retinoid topikal sebaiknya dihindari pada jerawat berat yang meliputi area yang luas. Hindari kontak dengan mata, lubang hidung, mulut, membran mukosa, kulit bereksim, kulit terbakar matahari, atau
kulit luka. Obat ini sebaiknya
digunakan dengan sangat hati hati pada daerah sensitif, seperti leher, dan penumpukan pada sudut hidung juga sebaiknya dihindari.Hindari paparan terhadap sinar ultraviolet. Kontra Indikasi : Retinoid topical dikontraindikasikan terhadap anak dan juga pada wanita hamil, eksim, kulit pecah-pecah dan kulit terbakar. Efek sampan : Reaksi lokal termasuk rasa terbakar, eritmia, tersengat, pruritus, kulit kering atau terkelupas (hentikan jika bertambah parah). Sensitivitas yang meningkat terhadap cahaya ultraviolet atau sinar matahari.Telah dilaporkan adanya perubahan sementara dari pigmentasi kulit.Iritasi mata dan edema, kulit mengeras dan melepuh juga dilaporkan, tetapi jarang. Dosis : 0.025 0.1 % ( Andrea M.Hui, 2011 ) B. ANTIBAKTERI TOPIKAL Antibakteri topikal digunakan untuk jerawat dengan tingkat keparahan ringan sampai sedang. Sediaan topikal eritromisin, tetrasiklin, dan klindamisin tampak cukup berguna untuk kebanayakan pasien dengan jerawat yang lebih ringan; obat-obat ini dapat menimbulkan iritasi kulit yang ringan, tetapi jarang menimbulkan sensitisasi. Resistensi silang, terutama antara eritromisin dan klindamisin, merupakan masalah yang makin besar. a) Eritromisin Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen yang efektif untuk penanganan akne inflamasi.Produk yang dikombinasikan dengan seng dapat meningkatkan penetrasi eritromisin melalui unit pilosebasea.Pada umumnya formulasi eritromisin meliputi gel, losio, larutan serta tempelan sekali pakai pada
dengan konsentrasi 2% yang
digunakan dua kali sehari.Resistensi P.acnes terhadap eritromisin dapat dikurangi dengan menggunakan terapi kombinasi dengan benzoil peroksida (Sjarif M.Wasitaatmadja, 2009). b) Eritromisin + Tretinoin Indikasi adalah akne vulgaris keparahan sedang dengan papul, pustul, dan bentuk non inflamasi dengan komedo.Terapi ini hanya untuk pemakaian luar. Hindarkan kontak dengan mata, hidung, mulut dan membran mukosa lainnya, tidak digunakan untuk tujuan lain, hanya untuk pengobatan yang telah ditentukan, jangan gunakan preparat jerawat lainnya, kecuali atas petunjuk dokter. Produk topikal yang mengandung alkohol, seperti aftershave losion, astringent, kosmetik, atau sabun yang mempunyai sifat mengeringkan; minoksidil, topikal; obat-obat yang menyebabkan fotosensitif, seperti fluoroquinolone, fenotiazin, sulfonamida, tiazid diuretik; produk topikal lain yang mengandung peeling, seperti benzoil peroksida, resorsinol, asam salisilat, dan sulfur; antibiotika golongan makrolida karena dapat terjadi resistensi silang. Kontra Indikasi : Hipersensitif. Efek samping : Pedih atau rasa terbakar, eritema, hipogmentasi, gatal, kulit terkelupas, kulit kering. Dosis : 1 kali sehari setelah wajah dibersihkan,dioleskan pada tempat yang berjerawat (Timothy G berger, 2011). c) Asam salisilat, Sulfur, serta Resorsinol Asam salisilat, sulfur, serta resorsinol merupakan agen keratolitik serta sedikit antibakteri.Asam salisilat memiliki aksi sebagai komedolitik serta antinflamasi. Setiap agen telah ditetapkan sebagai senyawa yang
DD
aman dan efektif oleh FDA. Bahkan,
beberapa kombinasi menunjukan sifat sinergis, seperti pada sulfur dan resorcinol. Zat yang bersifat lipofilik ini mampu berpenetrasi ke dalam unit pilosebasea dan memberikan efek komeodolitik, meskipun tidak sekuat retinoid. Asam salisilat kerap digunakan sebagai terapi topikal alternatif pada pasien yang tidak dapat menggunakan retinoid maupun benzoil peroksida, atau sebagai tambahan terhadap modalitas terapi lain yang lebih efektif. Efek samping : Iritasi lokal. Dosis : Asam salisilat Dosis: 1-3%, Sulfur Dosis: 4-8 %, Resorsinol Dosis 15% a) Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulpapul yang timbul di berbagai tempat pada kulit tanpa adanya komedo, timbul mendadak, dan kadangkadang disertai demam dan dapat terjadi pada segala usia. b) True Akne lain, misalnya akne venenata dan akne komedonal oleh rangsangan fisik. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya. c) Rosasea (dulu: akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadangkadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi. Dapat disertai papul, pustul, dan nodulus, atau kista. Komedo tidak terdapat, faktor penyebab adalah makanan atau minuman panas. d) Dermatitis Perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa