You are on page 1of 6

TUGAS

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK ASMA


BRONKHIALE, BRONKHITIS KRONIS,
BRONKIEKTASIS DAN EMFISEMA PARU

DISUSUN OLEH :
AZIZAH RIDWAN

110.2009.050

PEMBIMBING :
Dr. Hami Zulkifli Abbas, Sp.PD, FINASIM, MH.Kes
Dr. Syibli, Sp.PD
Dr. Sunhadi, MM SDM

Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Arjawinangun
10 JUNI 2013 18 AGUSTUS 2013

PEMERIKSAAN DALAM BRONKIEKTASIS, ASMA BRONKIAL, EMFISEMA


PARU DAN BRONKITIS KRONIS

1. ASMA BRONKHIALE
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran pernapasan akibat adanya hiperresponsif
saluran nafas sehingga terjadi spasme saluran nafas sehingga terjadi keterbatasan aliran udara
yang reversibel dan gejala pernapasan. Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang
termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan suatu
penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang meningkat dari trakea dan bronkus terhadap
berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas yang disebabkan
oleh penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. 1,3,5
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan adanya gejala yang episodik dan berulang berupa batuk, sesak
napas, mengi, rasa berat di dada dan gejala yang muncul umumnya berkaitan dengan cuaca.
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat alergi pada keluarga dan riwayat
penyakit asma yang diderita oleh anggota keluarga lainnya. 1,3,5
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Pada
pemeriksaan fisik yang mungkin ditemukan yaitu terjadi peningkatan tekanan darah,
frekuensi pernapasan,denyut nadi. Ekspirasi memanjang diserta ronki kering (mengi). 3,5
Pemeriksaan Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, IgE), Sputum (eosinofil, spiral Cursshman, kristal Charcot
Leyden) 2
Pemeriksaan Penunjang

Spirometri adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru.
Uji Provokasi Bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara objektif
hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma.
Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang memberikan
gejala serupa seperti :
gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas, pneumothoraks, pneumomediastinum.
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
memperlihatkan adanya kelainan. 2,3,5

2. BRONKHITIS KRONIK

Bronkitis kronik adalah suatu manifestasi klinis yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
bronkus dan ditandai dengan pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus yang
bermanifestasi sebagai batuk kronis dengam sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut. 3,4
Anamnesis
Pada anamnesis ditmukan adanya batuk yang produktif dengan sekret purulen berwarna
kehijauan. Terdapat produksi mukus yang berlebih sehingga menyebabkan terjadinya sesak
nafas. Biasanya ditemukan faktor predisposisi seperti riwayat merokok dalam jangka waktu
yang lama. 2,3
Pemeriksaaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik di stadium awal, umumnya pasien tidak terdapat kelainan. Pada tahap
selanjutnya, ditemukan adanya batuk dengan sekret yang banyak dan purulen. Terdapat
adanya sesak nafas, sianosis perioral dan kuku pasien. Terdapat adanya suara wheezing
(mengi) dengan ekspirasi yang memanjang. Terdengan suara hipersonor pada perkusi dada
dengan fremitus yang melemah. Gambaran barrel chest dapat ditemukan yang menunjukan
adanya hiperinflasi. 2,3,4
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada pasien ini umumnya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
peningkatan dari leukosit, hemoglobin dan hematokrit. Pada analisa gas darah, ditemukan
adanya hipoksia dan hiperkapnia. Pada pemeriksaan spirometri ditemukan penurunan
kapasitas vital paru dan volume ekspirasi kuat. Pada pemeriksan radiologi ditemukan adanya
peningkatan corakan bronkovaskular dan penebalan dinding bronkial.
Pemeriksaan Penunjang

Tes fungsi paru-paru


Gas darah arteri
Rontgen thoraks: foto thoraks pada bronkhitis kronis memperlihatkan tubular shadow
berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan
corakan paru yang bertambah 2,3,4

3. BRONHIEKTASIS
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan
distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversibel.
Kelainan ini disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi
elemen-elemen elastis, otot-otot polos bronkus, tulang rawan dan pembuluh-pembuluh darah.
Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus
sedang umumnya jarang. 1,2,3

Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan adanya batuk kronis dengan produksi sputum, adanya hemoptisis
pneumonia berulang yang ditandai dengan timbulnya demam berulang dan sesak nafas
disertai adanya suara mengi akibat obstruksi bronkus. 2,3
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda fisis umum yang dapat ditemukan meliputi sianosis, jari tabuh. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronki basah halus yang jelas pada lobus bawah paru
yang terkena dan menetap dari waktu ke waktu. Suara ronki ini menghilang sesudah pasuen
mengalami drainase postural dan timbul lagi dalam waktu yang lain. Dapat ditemukan pula
adanya retraksi dinding dada, berkurangnya gerakan dada dan suara wheezing (mengi) pada
bronkus yang terkena. 2,3,4
Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium pada pasien ini umumnya tidak khas. Dapat ditemukan adanya anemia
yang menunjukan infeksi kronis dan leukositosis yang menunjukan adanya infeksi supuratif.
Perlu dicurigasi adanya infeksi sekunder apabila misalnya dijumpai sputum pada hari-hari
sebelumnya warnanya putih jernih, yang berubah menjadi warna kuning atau hijau. Bila
dijumpai hal ini, perlu dilakukan kultur sputum untuk pemilihan jenis antibiotik yang tepat.
2,3,4

Pemeriksaan Penunjang
Gambaran radiologi yang khas yaitu adanya kista-kista kecil dengan fluid level mirip seperti
gambaran sarang tawon (honey comb appearance) pada daerah yang terkena. Gambaran ini
akan jelas pada bronkogram. Pada pemeriksaan faal paru ditemukan adanya penurunan PaO 2
yang menunjukan adanya abnormalitas regional distribusi ventilasi yang berpengaruh pada
perfusi paru. 2,3

4.

EMFISEMA PARU

Emfisena adalah penyakit paru yang ditandai dengan adanya destruksi progresif septum
alveolar dan kapiler, yang menyebabkan jalan napas dan ruang udara yang membesar, recoil
elastik paru yang menurun, dan jalan napas yang semakin mudah mengalami kolaps.
Emfisema terjadi karena adanya defisiensi enzim alfa-1 antitripsi yang menyebabkan
hilangnya septum alveolar sehinga terjadi hiperinflasi dari alveolar. 3,4,5

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan adanya postur tubuh pasien yang kurus dengan kulit
pucat dan terkadang ditemukan adanya penurunan diafragma atau diafragma yang datar.
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang bertambah berat. 4,5

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan gambaran dada barrel chest yaitu gambaran dada yan
mencembun yang menunjukkan adanya hiperinflasi paru. Pada inspeksi ditemukan pasien
dalam keadaan sesak, keadaan dada barrel chest dengan penafasan yang cepat. Pada
auskultasi ditemukan peurunan suara nafas. Pada perkusi ditemukan suara hipersonor. Pada
palpasi ditemukan adanya penurunan fremitus taktil dan fremitus vokal. 4,5
Pemeriksaan Penunjang

Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma,


peningkatan ruang udara retrosternal, dan penurunan tanda vaskular atau bulla
Pemeriksaan Fungsi Paru : untuk menentukan penyebab dari dyspnea, menentukan
abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau retriksi, mengevaluasi efek
dari terapi, misalnya : bronchodilator
TLC (Jumlah limfosit total) : menurun pada pasien emfisema
Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema
FEV 1 / FVC : ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital
(FVC) menurun pada bronchitis dan asma
ABGs (Arterial Blood Gas) : menunjukkan proses penyakit kronis , seringkali PaO2
menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi
sering kali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan
sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma)
Darah komplit : Peningkatan hemoglobin dapat terjadi pada pasien emfisema berat. 3,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, L. Sistem Penapasan dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Editor: Santoso, I. B. EGC. Jakarta 2001. Hal 563 570.
2. Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke 2. Airlangga
University Press. Surabaya 2002. Hal 263 300.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Interna Publishing. Jakarta 2003. Hal 73 5.
4. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jakarta 2006. Hal 978 87.
5. McFadden ER. Penyakit Asma dalam Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Editor: Isselbacher KJ et al. EGC. Jakarta 2000. Hal 1311-18.

You might also like