Professional Documents
Culture Documents
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Pernyataan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................5
E. Kerangka Pemikiran......................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................8
I.
Definisi..........................................................................................................8
II. Patogenesis....................................................................................................8
III. Epidemiologi................................................................................................9
IV. Diagnosis DBD...........................................................................................11
V. Manifestasi Klinis.......................................................................................12
VI. Klasifikasi demam berdarah........................................................................13
VII. Diagnosis....................................................................................................14
VIII. Siklus Hidup..............................................................................................16
IX. Pencegahan DBD.......................................................................................19
BAB 3 METODE...................................................................................................29
I.
Alat..........................................................................................................31
b.
Jenis Data................................................................................................31
c.
Cara Kerja................................................................................................31
BAB 4 HASIL........................................................................................................33
I.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kalangan anak-anak.
Berdasarkan data yang ada, Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Jumlah kasus DBD meningkat di Asia
Tenggara pada periode 1996-2006. Penyebaran DBD berkaitan dengan letak
geografis yaitu di daerah tropis maupun subtropis dan penyebarannya yang
paling luas berada di Asia Tenggara.
vektor
terpadu
kepada
komunitas
masyarakat.
Untuk
kurang. Hal ini dapat terjadi karena kurang tertariknya masyarakat dalam
penyuluhan kesehatan tentang DBD.
Berdasarkan fakta yang terjadi perlu adanya survei tentang perilaku
masyarakat mengenai DBD untuk melihat sampai dimana perilaku masyarakat
tentang DBD dan evaluasi program yang ada serta mengidentifikasi strategi yang
efektif untuk meningkatkan perilaku masyarakat tentang DBD, khususnya di
wilayah kerja Puskesmas Serongga.
B. Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas disusun permasalahan penelitian
sebagai berikut:
Bagaimana gambaran perilaku masyarakat di Desa Tegalrejo yang
berkaitan terhadap faktor resiko terjadinya penyakit DBD ?
C. Tujuan
Mengetahui perilaku masyarakat di Desa Tegalrejo tentang penyakit
DBD yang merupakan salah satu Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Serongga.
D. Manfaat
a. Mini Project ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran
kepada Puskesmas Perawatan Serongga tentang perilaku masyarakat
mengenai penyakit DBD, untuk penyempurnaan sistem dan kebijakan
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD.
b. Dapat memberikan manfaat kepada masyarakat mengenai pengetahuan
penyakit DBD dan meningkatkan kesadaran terhadap pencegahan
terjadinya penyakit DBD.
c. Dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya dimana data
penelitian dan analisisnya dapat dipakai sebagai bahan masukan dalam
menggali dan mengembangkan lagi secara lebih sistematis dan terperinci
untuk kepentingan dan tujuan yang berbeda.
E. Kerangka Pemikiran
DBD ditandai dengan empat manifestasi klinis yaitu : demam tinggi,
fenomena hemoragik, hepatomegali, dan dapat disertai dengan kegagalan
sirkulasi. Penyakit ini biasanya disebarkan oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi
virus dengue. Nyamuk ini adalah nyamuk tropis dan bertelur di air yang
menggenang.
Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu (Oransky, 2006) :
(1) Lingkungan, memiliki pengaruh dan peranan terbesar. Lingkungan sangat
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi 2 kategori, yaitu berhubungan
dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan
aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim, perumahan, dan
sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar
manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
(2) Perilaku, merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidaknya lingkungan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku
manusia itu sendiri. Disamping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat
istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku lain yang
melekat pada dirinya.
(3) Pelayanan kesehatan, merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat
yang memerlukan peleyanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi
oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan.
(4) Keturunan, merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Denue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne
Virus (Arboviroses) dan sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan sangat berhubungan dengan kasus berat.
II.
Patogenesis
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti,
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain
nyamuk yang terutama ditemukan pada kelenjar liurnya dalam waktu 8-10
hari ( extrinsic incubation period ) sebelum dapat ditularkan kembali
kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
III.
Epidemiologi
Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk famili Stegomyia.Aedes
aegypty adalah nyamuk yang menggigit di siang hari. Nyamuk ini
merupakan vektor yang penting dan biasanya berada di daerah tropis
dimana dia berkembang biak di tempat penyimpanan air, bak mandi dan
tempat penampungan air hujan
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran
kasus DBD sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk yang
tinggi, (2) Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, (3) Tidak
adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4)
Peningkatan sarana transportasi. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus
dengue dipengaruhi beberapa faktor antara lain : status imunitas pejamu,
kepadatan vektor nyamuk, dan kondisi geografis setempat.
Dari Gambar 1 tampak siklus epidemik terjadi setiap sembilansepuluh tahunan. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya
perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di
luar
faktor-faktor
lain
serta
serta
Gambar 2. Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 2009
Sumber : Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, 2010
Bila dilihat, distribusi kasus berdasarkan jenis kelamin pada tahun
Diagnosis DBD
Perubahan
patofisiologi
pada
infeksi
dengue
menentukan
10
V.
Manifestasi Klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue
juga merupakan suatu self limiting disease yang akan berakhir dalam 2-7
hari. Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild
undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, DBD, dan DSS (Dengue
Syok Syndrome)
Anak-anak dengan DBD umumnya menunnjukkan peningkatan
suhu tiba-tiba yang disertai dengan kemerahan wajah dan gejala
konstitusional non-spesifik yang menyerupai Demam Dengue , seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala dan nyeri otot atau tulang dan sendi.
Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring sering
ditemukan pada pemeriksaan. Nyeri konjungtiva mungkin terjadi. Suhu
biasanya tinggi (> 390C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang, suhu
mungkin setinggi 40-41 0C. fenomena perdarahan paling umum adalah tes
tourniquet positif, mudah memar, dan perdarahan pada sisi pungsi vena.
Tampak pada kebanyakan kasus adalah petechiae halus menyebar pada
ekstremitas, aksilla, wajah, dan palatum lunak, yang biasa terlihat selama
fase demam awal. Epistaksis dan perdarahan gusi sering terjadi.
Hepar biasanya dapat diraba pada awal fase demam dan bervariasi
dalam bentuk dan ukuran hanya teraba 2-4 cm dibawah margin kostal.
Perbesaran hepar paling sering ditemukan pada kasus-kasus syok. Hepar
nyeri tekan tapi ikterik tidak selalu terlihat. Tahap kritis dari perjalanan
penyakit dicapai pada fase akhir demam.
Spektru
Manifestasi klinis
m klinis
Demam
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi
Dengue
Demam
Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri kepala, nyeri
Berdarah
Dengue
Dengue
Syok
Gejala syok :
Sindrom
(DSS)
VII.
Diagnosis
ekimosis,
epistaksis,
perdarahan
gusi,
Hepatomegali.
Syok
2. Kriteria laboratoris
13
Kriteria
Derajat 1
Derajat 2
Derajat 3
Derajat 4
2.
3.
4.
5.
6.
Dengue Blot
VIII.
Siklus Hidup
Nyamuk Aedes albopictus dalam berkembang biaknya juga mengalami
14
Pupa
Telur
2 4 hari
1 2 hari
Jentik
7 9 hari
Bionomik
Bionomik adalah kebiasaan tempat perindukan (breeding habit),
kebiasaan menggigit (feeding habit), kebiasaan beristirahat (resting habit) dan
jarak terbang.
Tempat perindukan nyamuk (Breeding Habit)
Tempat perindukan nyamuk Aedes berupa genangan-genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang disebut dengan kontainer bukan
genangan air di tanah. Tempat bertelur yang disukai oleh nyamuk betina
adalah dinding vertikal bagian dalam dari tempat atau kontainer yang
berisi air sedikit dibagian atas permukaan air, dan terlindung dari
cahaya matahari langsung dan nyamuk betina bertelur disaat-saat segera
sebelum matahari terbenam. Tempat penampungan air yang ada di
masyarakat biasanya berupa bak mandi dengan bahan terbuat dari
porselin ataupun plesteran biasa, gentong dari tanah, drum dan lain-lain.
15
00
- 13
00
dan 15
00
-17
00
WIB,
sudah
orang yang
Jarak terbang
Nyamuk Ae. aegypti sehari-hari mempunyai kebiasaan terbang
dekat permukaan tanah dan bergerak ke semua arah untuk mencari
mangsa, mencari tempat bertelur, mencari tempat beristirahat dan
melakukan perkawinan. Nyamuk betina dapat tebang rata-rata 50
meter, dan ada kalanya sampai sejauh dua kilometer. Di daerah yang
padat penduduknya dan cukup banyak tempat air untuk bertelur,
kemungkinan terjadi penyebaran sampai jauh sedikit sekali.
Tempat Perindukan
16
ini
biasanya
17
IX.
Pencegahan DBD
Penyebaran DBD yang meluas bahkan diperkirakan angka
kematiannya dapat mencapai 15% menjadikan DBD pusat perhatian
berbagai pihak.16 Oleh karena itu, perlu adanya tindakan pencegahan
penularan DBD. Adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
A. Memutus rantai penularan dengan mengendalikan kepadatan
vektor
pada
tingkat
yang
sangat
rendah.
Mengusahakan
manusia-vektor
berkurang.
Menurut
WHO,
manajemen
Manipulasi
lingkungan,
pengubahan
18
sementara
habitat
vektor
rumah serta
dapat
dilakukan
dengan
cara
menggunakan
agar
19
2) Kontrol biologis
Pengendalian ini dilakukan untuk membasmi vektor pada tahap
larva, sehingga siklus hidup nyamuk dapat diputus. Kontrol biologis
dapat dilakukan dengan menggunakan ikan pemakan larva nyamuk,
bakteri Bacillus thuringiensis dan Copepoda.
3) Manajemen secara kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian
serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahanbahan kimia. Cara pengendalian ini dapat dilakukan antara lain dengan
pengasapan/ fogging yang berguna untuk membunuh nyamuk dewasa
dan pemberian bubuk abate (Temephos)
pada
tempat-tempat
merupakan
rangkuman
dari
kegiatan
di
atas
menggunakan
repellant,
memasang
obat
nyamuk,
memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai
dengan kondisi setempat.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan
Praktik
20
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling
rendah.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek
yang dipelajari.
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagat kemarnpuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan rumus, metode,
prinsip dalam konteks.
4. Analisiss
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
21
seperti
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
Perilaku
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (over behaviour). Untuk mewujudkan sikap
menjadi
suatu
perbuatan
nyata
diperlukan
faktor
dan
memilih
berbagai
objek
22
baik. Artinya
ya k n i
de ng an
wawancara
terhadap
kegiatan-
Pengukuran
juga
dapat
secara
lansung,
yakni
dengan
teori
Lawrence
dan
Green
yang
dikutip
oleh
sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
23
merupakan
usaha
mengembangkan
berlangsung
seumur
Pengetahuan
sangat
erat
kaitannya
24
untuk memperoleh
kebenaran
pengetahuan
dengan
cara
6) Pekerjaan
Pekerjaan
memenuhi
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
25
mengakses
dan
sikap
etnis
dapat
mempengaruhi
nilai-nilai
sehingga menghasilkan
pengetahuan.
Sebagai
perubahan
atau
peningkatan
mempunyai
seseorang.
pengaruh
Semakin
besar
banyak
terhadap
pembentukan
seseorang
menerima
26
BAB 3
METODE
I. Ruang Lingkup Mini Project
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Penyakit Dalam.
II. Tempat dan Waktu Mini Project
Tempat pelaksaan mini project yaitu di Desa Tegalrejo Kec. Kelumpang
Hilir yang merupakan salah satu wilayah kerja dari Puskesmas Perawatan
Serongga. Waktu mini project dilakukan sejak bulan Januari Februari 2016.
III.
IV.
A. Populasi Target
Masyarakat Desa Tegalrejo yang terdiagnosis DBD.
B. Populasi Terjangkau
Masyarakat yang tinggal dalam radius 100 meter dari rumah pasien
yang telah terdiagnosis penyakit DBD Di Desa Tegalrejo.
C. Sampel
Masyarakat yang tinggal di Desa Tegalrejo yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
27
Kriteria Inklusi
1) Penderita definitif DBD bulan Januari Februari 2016 yang
merupakan warga Desa Tegalrejo yang dirawat di
Puskesmas Perawatan Serongga.
2)
3)
Kriteria Eksklusi
1) Penderita definitif DBD warga Desa Tegalrejo yang
dirawat di Puskesmas Perawatan Serongga diluar bulan
Januari Februari 2016.
2) Penderita definitif DBD selain warga Tegalrejo.
Besar Sampel
Dari jumlah populasi kepala keluarga yang diketahui, maka
menurut Notoatmodjo runus perhitungan besar sampel adalah :
n=
Keterangan :
N
2
1+N (d )
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan yakni 0,1
Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui besar populasi
adalah 22.352 kepala keluarga, maka didapatkan besar sampel
sebanyak 99,55 kepala keluarga (dibulatkan menjadi 100).
28
V.
a. Alat
Analisis Data
Data kualitatif mengenai pengetahuan tentang DBD di Puskesmas
Perawatan Serongga dilakukan telaah oleh peneliti, disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang sebenarnya di lapangan dengan melakukan
29
BAB 4
HASIL
I. Profil Umum Puskesmas Perawatan Serongga
Puskesmas Perawatan Serongga teletak di didesa Tegalrejo Kecamatan
Kelumpang Hilir ( jl. A. Yani Km. 296 depan pasar Desa Tegalrejo ),
berbatasan dengan daerah lain:
1. Di sebelah timur : Kecamatan Kelumpang Selatan dan Selat Pulau Laut
2. Di sebelah barat
3. Di sebelah utara
No
Desa
Tegalrejo
Luas Wilayah
(km2)
47.82
Jumlah Penduduk
5896
2
3
Mandala
Telagasari
15.00
15.00
1193
1576
30
4
5
6
Plajau Baru
Pulau Panci
Serongga
16.47
94.03
39.74
2040
1205
2924
7
8
9
Langadai
Tarjun
Sahapi
34.01
19.3
-
2163
5069
286
A.
1. Puskesmas Serongga
a. Terletak didesa Tegalrejo Kecamatan Kelumpang Hilir ( jl. A. Yani
Km. 296 depan pasar Desa Tegalrejo )
b. Luas tanah 100 x 110 m ( 11.000 m2 )
c. Luas bangunan Puskesmas
-
96 m2 (UGD)
d. Sarana penunjang
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
RUANG
Rawat Inap bawah
IGD
Rawat inap atas
Wastafel ruang jaga bawah
Wastafel IGD
Wastafel Ruang bersalin
Rawat jalan atas
Ruang Kapus
Gudang Obat
Poli Gigi
Laburatorium
Poli MTBS
KAMAR
MANDI
2 (baik)
1(baik)
2 (baik)
1 (baik)
1 (baik)
31
WC
WASTAFEL
2 (baik)
1(baik)
2 (baik)
1 (baik
1 (baik)
1 (baik)
1 (baik
1 (baik)
2 (rusak)
1 (rusak)
1 (rusak)
1 (baik)
1 (baik)
1 (rusak)
13
14
15
16
Umum
Poli KIA
Poli Klinik
RuangImunisasi
3 (rusak
2)
1 (baik)
3 (rusak
2)
1 (baik)
32
1 (baik)
1 (baik)
3 (rusak)
Karyawan
a. Tenaga Medis
- Dokter Umum
: 2 Orang ( PNS )
- Dokter Gigi
: 1 Orang (PNS)
b. Tenaga ParaMedis
- Perawat Kesehatan
- Perawat Pustu
: 2 Orang
- Bidan Puskesmas
: 3 Orang
- Bidan Desa
: 9 Orang
- SKM
: 2 Orang
- Perawat Gigi
: 2 Orang
- Ahli Gizi
- Analis Kesehatan
: 2 Orang
- Apoteker
: 1 Orang
- Pelaksana Farmasi
: 2 Orang
- Sanitarian
: 1 Orang
: 1 Orang
PENDIDIKAN
O
33
JUMLAH
III.
S2
0 orang
S1
11 orang
D3
29 orang
D1
2 orang
SMA/ SEDERAJAT
orang
No
Nama Penyakit
Jumlah Kunjungan
2.463
Hipertensi esensial
1.101
Gastritis, unspecified
690
497
478
Cephalgia/headache/sakit kepala
446
396
Periodontitis kronis
385
379
10
Myalgia
377
Sumber: Puskesmas Serongg 2015
Memasuki tahun 2016 hingga bulan Februari sudah ada sekitar 12 kasus
DBD yang dirawat di rawat inap Puskesmas Perawatan Serongga.
Dari hasil surveillans juga didapatkan bahwa Puskesmas Perawatan
Serongga telah melakukan fogging fokus yang sudah sesuai dengan aturan
34
IV.
Jumlah
Tertutup
Terbuka
Total
67
33
100
35
Persentase
(%)
67
33
100
Jumlah
Ya
Tidak
Total
51
49
100
Jumlah
Ya
Tidak
Total
6
94
100
Persentase
(%)
51
49
100
Persentase
(%)
6
94
100
Wilayah
RT
3
3
(37,5%)
RT
12
0
(0%)
RT
13
1
(8,3%)
Tertutup
5
(62,5%)
Jumlah
7
(100%
)
7
11
(91,7
%)
12
Terbuka
RT
14
7
(63,6
3%)
4
(36,3
7%)
11
Perse
ntasi
RT
15
15
(41,67%)
21
(58,33%)
36
RT
17
3
(27,2
7%)
8
(72,2
3%)
11
RT
26
4
(26,67%
)
11
(73,33)
15
Wilayah
RT
3
5
RT
12
5
(71
RT
13
5
(41,67
RT
14
7
(63,63
36
Persent
asi
RT
15
23
(63,89
RT
17
4
(36,36
RT
26
2
(13,3
51%
33%
77%
100%
Tidak
Jumla
h
(62,5
%)
3
(37,5
%)
8
%)
%)
%)
%)
%)
%)
2
(29
%)
7
7
(58,33
%)
12
4
(36,37
%)
11
13
(36,11
%)
36
7
(63,64
%)
11
13
(86,7
%)
15
49%
100%
Tidak
Jumla
h
Wilayah
RT
3
1
(12,5
%)
7
(87,5
%)
8
RT
12
0
(0%)
RT
13
0
(0%)
RT
14
0
(0%)
Persenta
si
RT
15
3
(8,3%)
RT
17
0
(0%)
33
(91,7
%)
36
11
(100%
)
11
7
12
11
(100% (100% (100%
)
)
)
7
12
11
RT
26
2
(13,3
%)
13
(86,7
%)
15
6%
94%
100%
BAB V
Host (Manusia)
I.
37
Environment
(Lingkungan)
Agent
(Mikroorganisme)
Cara penularan penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegypty betina yakni sebagai vektornya. Nyamuk ini mendapat virus dengue
sewaktu menggigit / menghisap darah orang yang sakit DBD (Host /
manusia) atau yang tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus
Dengue (karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue).
Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi
kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada
nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengue yang terhisap akan berkembangbiak
dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar liurnya. Bila
nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk.
Pada tahun 2009, WHO merangkumkan beberapa cara yang dapat
dilakukan
untuk
mencegah
DBD
dalam
Dengue
Guidelines
For
38
jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan kondisi
setempat.
Pada diskusi ini peneliti lebih mengutamakan tentang hal perilaku dan
tindakan masyarakat yang tercermin dalam bentuk partisipasi adalah
sertanya
seluruh
anggota
masyarakat
dalam
ikut
memecahkan
39
11
8
36
15
11
21
12
11
7
7
3
8
5
MENUTUP TIDAK MENUTUP TOTAL
40
Distribusi Penilaian Perilaku berdasarkan keberadaan jentik nyamuk di wilayah RT Desa Tegalrejo
13
2
11
15
13
36
23
11
12
7
7
5
3
8
5
ADA TIDAK TOTAL
41
Distribusi Penilaian Perilaku berdasarkan keberadaan barang bekas yang terbengkalai di wilayah RT Desa Tegalrejo
15
13
2
11
11
0
36
33
3
11
11
0
12
12
0
7
7
0
8
7
1
ADA TIDAK TOTAL
42
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor perilaku hidup sehat sebagai faktor utama penyebab berkembangnya penyakit
demam berdarah dengue di Desa Tegalrejo Kec. Kelumpang Hilir
2. Perilaku masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi berkembangnya penyakit
demam berdarah dengue dapat dilakukan dengan 3M (menguras, menutup, dan
mengubur). Namun kegiatan ini hanya dapat dilakukan dengan peran serta
masyarakat dan bukan dari petugas kesehatan atau pemerintah saja.
B. Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat
Jenderal
Pengendalian
Penyakit
dan
Penyehatan Lingkungan.
[Internet].
c2009
[cited
2011
Sep
8].
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
6. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.p. 58-179. 12. Indrawan, 2001. Mengenal dan Mencegah Demam Berdarah,
Pioner Jaya, Bandung.
7. World Health Organization. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment,
Prevention And Control. World Health Organization. c2009 [cited 2011 Oct 5].
Available
from:
http://apps.who.int/tdr/svc/publications/training-
guidelinepublications/dengue-diagnosis-treatment.
8. Issue Paper; 2009Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia, Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.
9. World Health Organization. Panduan lengkap Pencegahan & Pengendalian Dengue
& Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC; 2005.p. 63-77.
10. Anies. Seri lingkungan dan penyakit: manajemen berbasis lingkungan. Jakarta:
Elek Media Komputindo; 2006.p. 68-9.
11. Kristina I dan Wulandari L. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementrian
44
Kesehatan Republik Indonesia. c2009 [cited 2011 Nov 12]. Available from:
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demam berdarah1.htm.
12. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
13. Keraf
AS,
Dua
M.
Ilmu
Pengetahuan,
Sebuah
Tinjauan
Filosofis.
45