Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Tanah berbutir halus yang mengadung mineral lempung sangat peka
terhadap perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu
berupa batas cair (Liquid Limit), batas plastic (Plastic Limit) dan batas kerut/susut
(Shrinkage Limit).
Batas cair adalah nilai kadar air dimana tanah dalam keadaan antara cair
dan plastis.
Dengan diketahui nilai konsistensi tanah maka sifatsifat plastisitas dari tanah
dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indeks
plastisitas (Plasticty Index) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair
dengan nilai kadar air batas plastis (IP = LL - PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap kadar
air, dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar pengaruhnya
terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.
II. TUJUAN PENGUJIAN
2.1 Praktikan dapat melaksanakan salah satu cara pengujian liquit limit dengan
prosedur yang benar.
2.2
Praktikan
dapat
menentukan
hargaharga
batas
cair,
serta
III.
PERALATAN
1.1 Alat batas cair standar (Atterberg)
1.2 Alat pembuat alur
-
1.3 Spatula
1.4 Botol berisi air suling (botol semprot)
1.5 Plat kaca
1.6 Tin box
1.7 Desikator
1.8 Oven
1.9 Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
Keterangan Gambar
1.
Mangkok
8.
2.
3.
Baut penjepit
4.
5.
Tuas pemutar
6.
Alas
13. Cawan
7.
Spatula
V. PROSEDUR PENGUJIAN
5.1 Menyiapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau kotoran
yang menempel dengan menggunakan eather.
5.2 Mengatur ketinggian jatuh mangkok, dengan cara sebagai beikut:
5.3 mengambil sampel tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 40
lalu meletakkan di atas plat kaca pengaduk.
5.4 Menambahkan air suling sedikit demi sedikit, mengaduk sampel tanah
tersebut menggunakan spatula sampai homogen.
5.5 Setelah didapat campuran homogen, mengambil sampel tanah dalam
tersebut, memasukkan ke dalam mangkok alat batas cair. meratakan
permukaannya sehingga sejajar dengan dudukan alat bagian yang paling
tebal harus 1 cm.
5.6 Membuat alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok
tersebut, menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis
tengah mangkok secara simetris dengan posisi tegak lurus permukaan
mangkok.
5.7 Memutar tuas/ handel pemutar dengan kecepatan 2 putaran perdetik
(dalam 1 detik mangkok jatuh 2 kali) sampai kedua sisi tanah bertemu
sepanjang (12,50 mm). Mencatat jumlah pukulan yang terjadi
untuk mencapai kondisi yang bersinggungan tersebut.
5.8 Mengambil sebagian benda uji dari mangkok tersebut dengan
menggunakan spatula, memasukan ke dalam tin box (cawan),
menentukan kadar air tanah. meletakkan kembali sisa benda uji di atas
plat kaca.
5.9 mengulangi prosedur pengujian mulai prosedur No. 4 s.d No. 7 dengan
variasi penambahan air yang berbeda.
Catatan:
1. Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus terjadi karena aliran
dan bukan karena geseran antara tanah dan mangkok.
VI.
VII. PERAWATAN
VIII. REFERENSI
8.1 ASTM D 2216 80
8.2 British Standart BS 1377 1975
8.3 Bowles, J.E., Engineering Properties of Soils and Their Measurement
Experiment No. 3
8.4 Head, K. H., Manual of Soil Laboratory Testing Vol. I Section 2.5
Proyek
Tanggal Pengujian :
Lokasi
Dikerjakan
Diperiksa
Jenis Tanah : --
Nomor cawan
Berat cawan
Berat cawan + tanah basah
Berat cawan + tanah kering
Berat air
Berat tanah kering
Kadar air (w)
kadar air (w) rata-rata
Jumlah ketukan
(A)
(B)
(C)
(D=B-C)
(E=C-A)
D/E x 100%
(N)
gr
gr
gr
gr
gr
%
1
14.32
24.49
21.42
3.07
7.1
43.2
9
2
14.61
23.26
20.49
2.47
6.08
40.48
40.358523
29
3
14.41
20.26
18.69
1.57
4.08
38.4
34
44
43
42
41
40
39
38
37
36
1
10
100
Batas Susut SL
Nomor cawan
Berat cawan
Berat cawan + tanah
L P
basah
Berat cawan + tanah
L L P L
I
CATATA
% % % %
N:
Contoh
tanah
3 1 2
4 2 7 2
9 ,
,
dalam
keadaan
5 1 5
asli/
7 6 4 6 kering
udara
disaring/ti
dak
kering
Berat air
Berat tanah kering
Kadar air (w)
Isi tanah basah
Isi tanah kering
V V 0
SL=w
W0
Rata-rata
(A)
gr
3
14,61
(B)
gr
20,26
(C)
(D=B-C)
(W0)
(w)
(V)
(V0)
gr
gr
gr
%
18,69
1,57
4,08
38,08
15,43
8,89
x 100%
22.56
22.56