Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang
menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling
sering dijumpai pada anak.
Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian
atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak
umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di
bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih
sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih
cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di
kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau
sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat
sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang
diakibatkan
bangkitan
kejang
yang
sering.
Untuk
itu
tenaga
gambaran
secara
nyata
tentang
Asuhan
di
ruang
perawatan
sedap
malam
RSUD
Ulin
Banjarmasin.
d. Melakukan implementasi sesuai keadaan pasien.
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada An.R dengan
kejang demam di ruang perawatan RSUD Ulin Banjarmasin.
D. Manfaat
1. Untuk Klien
Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang
perawatan anak dengan kejang demam.
2. Untuk Mahasiswa
a. Untuk menambah pengetahuan
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang
terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu
gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan
menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah
usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan
frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (L.Wong, 2008)
Kejang Demam adalah kejang yang didahului oleh demam yang
lebih dari 38,5 C, bersifat umum (tonik, klonik, tonik-klonik, atau atonik),
berlangsung kurang dari 15 menit, hanya sekali dalam 24 jam, tanpa bukti
adanya infeksi intrakranial atau gangguan metabolik berat. Terjadi pada
anak dengan neurologi normal yang berusia antara 6 bulan sampai 5
tahun. (FKUI, 2002)
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang
demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi
antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi
tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang
dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dibedakan dengan
epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
(Mansjoer, 2000)
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonikklonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul
mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Price, Wikson, 1995)
Kejang Demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 C) yang
defisiensi
meliputi
dan
hipokalsemia,
ketergantungan
hipomagnesia,
akan
piridoksin,
Sebagian
kejang
merupakan
etiologinya).
1. Intrakranial
a. Asfiksia
b. Trauma (perdarahan)
c. Infeksi
d. Kelainan bawaan
idiopatik
(tidak
diketahui
2. Ekstrakranial
a. Gangguan metabolik
: Hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomognesemia, gangguan
b. Toksik
putus obat.
: Gangguan metabolisme asam
amino, ketergantungan dan
kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik
terganggu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
demam mempunyai peranan untuk terjadi perubahan potensial membran
dan menurunkan fungsi inhibisi sehingga menurunkan nilai ambang
kejang. Penurunan nilai ambang kejang memudahkan untuk timbul
bangkitan kejang demam. Bangkitan kejang demam terbanyak terjadi
pada kenaikan suhu tubuh berkisar 38,9C-39,9C (40-56%). Bangkitan
kejang terjadi pada suhu tubuh 37C-38,9C sebanyak 11% pendenta dan
sebanyak 20 % penderita kejang demam terjadi pada suhu tubuh di atas
40C. Tidak diketahui secara pasti saat timbul bangkitan kejang, apakah
pada waktu terjadi kenaikan suhu tubuh ataukah pada waktu demam
sedang berlangsung. Kesimpulan dan berbagai basil penelitian dan
percobaan binatang menyimpulkan bahwa kejang terjadi tergantung dari
kecepatan waktu antara mulai timbul demam sampai mencapai suhu
puncak (onset) dan tinggiya suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 0,3C
secara cepat akan menimbulkan discharge di daerah oksipital. Ada
discharge di daerah oksipital dapat dilihat dari hasil rekaman EEG.
Kenaikan mendadak suhu tubuh menyebabkan kenaikan kadar asam
glutamat dan menurunkan kadar glutamin tetapi sebaliknya kenaikan
oleh
hemiparesis
yang
menetap.
Bangkitan
kejang
yang
berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
(Mansjoer, 2000)
Menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul
pertanyaan sifat kejang atau gejala yang manakah yang mengakibatkan
10
tidak
berbahaya.
Selama
kejang
berlangsung,
ada
11
12
E. Komplikasi
Menurut Lumbantobing (1995) dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak FKUI (1985) komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih
dari 15 menit yaitu :
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif
sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA
(M Metyl D Asparate) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk
ke sel otak yang merusak sel neuron secara irreversible.
2. Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal untuk menganalisis cairan serebrospinal terutama
dipakai untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi.
b. Hitung darah lengkap untuk menyingkirkan infeksi sebagai
penyebab dan pada kasus yang diduga disebabkan trauma, dapat
mengevaluasi hematokrit dan jumlah trombosit.
c. Panel elektrolit serum elektrolit, Ca total dan magnesium serum
sering diperiksa pada saat pertama kali kejang.
d. Skrinning toksik dari serum dan urin digunakan
untuk
13
G. Pathway
Infeksi intrakranial
Infeksi ekstrakranial
Pelepasan pirogen
Sirkulasi ke hipotalamus
Peningkatan sintesis prostaglandin E2 (PGE2)
Perubahan set point pengaturan suhu tubuh
Peningkatan suhu tubuh
Hipertermi
Metabolisme meningkat
Kebutuhan O2 meningkat
Perubahan keseimbangan sel neuron
Perubahan keseimbangan potensial membran sel neuron
Membran sel dalam keadaan depolarisasi
Meluas ke seluruh sel maupun membran sel dengan bantuan
neurotransmiter
Risiko
cedera
Refleks menelan
menurun
Kesadaran menurun
Penumpukan sekret
Resiko
Aspirasi
Spasme otot
pernapasan
Ansietas
(orang tua)
Suplai darah ke otak menurun
Risiko kerusakan sel neuron
otak
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral
Kejang
berlangsung
singkat, < 15 menit
Bersihan jalan
Kejang umum tonik dan
napas tidak efektif
atau klonik
Umumnya
berhenti
H. Penatalaksanaan Medis sendiri
Tujuan penanganan kejang adalah untuk menghentikan kejang
Tanpa gerakan fokal
sehingga defek pernafasan
danberulang
hemodinamik
atau
dalam dapat diminimalkan.
1. Pengobatan saat terjadi kejang
a. Baringkan pasien24dijam
tempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kassa atau bila ada
guedel lebih baik.
b. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggu pernapasan (mis, ikat pinggang,
gurita, dll).
14
15
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Biodata terdiri dari biodata pasien dan identitas penanggung
jawab.
b. Riwayat kesehatan keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien kejang demam yaitu kejang yang
terjadi dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 390C atau
lebih.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien kejang demam adanya faktor pencetus yang
dapat menimbulkan kejang (misalnya: demam, infeksi), jatuh
yang
menyebabkan
trauma
kepala,
ansietas,
keletihan
atau
menyusu
yang
buruk,
informasi
mengenai
16
1)
Aktivitas
istirahat
keletihan,
kelemahan
umum,
17
18
K. Intervensi keperawatan
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Hipertermi b.d
peningkatan laju
metabolik
Tujuan
Intervensi
NOC
Termoregulasi
Setelah dilakukan
tindakan perawatan
selama 3 X 24 jam suhu
badan klien
normal, dengan kriteria :
a. Suhu kulit dalam
rentan yang
diharapkan (36,537,5)
b. Tidak ada sakit kepala
c. Tidak ada nyeri otot
d. Tidak ada perubahan
warna kulit
e. Nadi, respirasi
dalam batas normal
f. Hidrasi adekuate
g. Pasien
menyatakan nyaman
h. Tidak menggigil
i. Tidak iritabel / kejang
NIC
Mengatur Demam
1. Monitor suhu sesuai
kebutuhan
2. Monitor tekanan darah,
nadi dan respirasi
3. Monitor suhu dan warna
kulit
4. Monitor dan laporkan
tanda dan
gejala hipertermi
5. Anjurkan intake cairan
dan nutrisi yang adekuat
6. Ajarkan klien bagaimana
mencegah panas
yang tinggi
7. Berikan antipiretik
sesuai advis dokter
Mengobati Demam
1. Monitor suhu sesuai
kebutuhan
2. Monitor suhu dan warna
kulit
3. Monitor tekanan darah,
nadi dan respirasi
4. Monitor derajat
penurunan kesadaran
5. Monitor kemampuan
aktivitas
6. Monitor intake dan output
7. Dorong peningkatan
intake cairan
8. Berikan cairan intravena
9. Tingkatkan sirkulasi
udara dengan kipas
angin
10. Dorong atau lakukan oral
hygiene
11. Berikan obat antipiretik
untuk mencegah klien
menggigil kejang
12. Berikan obat antibiotic
untuk mengobati
19
penyebab demam
13. Berikan oksigen
14. Kompres hangat
diselangkangan, dahi
dan aksila.
15. Anjurkan klien untuk
tidak memakai selimut
16. Anjurkan klien
memakai baju berbahan
dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan
1. Berikan ruangan sendiri
sesuai indikasi
2. Berikan tempat tidur dan
kain / linen yang
bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d. spasme jalan
nafas, akumulasi
sekret
NOC
Status Respirasi:
Kepatenan jalan nafas
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
bersihan jalan nafas klien
efektif, dengan kriteria:
a.
Demam tidak
terjadi
b.
Kecemasan tidak
terjadi
c.
Tersedak tidak
terjadi
d.
Ritme nafas
dalam rentang yang
diharapkan (drh)
e.
Mengeluarkan
sputum dari jalan nafas
f.
Bebas dari suara
nafas tambahan
NIC
Manajemen Jalan Nafas
1. Buka jalan nafas,
gunakan teknik teknik
Chin Lift dan Jaw Thrust
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi kebutuhan
aktual/potensial pasien
terhadap alat bantu
pernafasan
4. Pasang jalan nafas
buatan melalui oral atau
nasofaringeal, sesuai
kebutuhan
5. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suksion
6. Anjurkan nafas dalam
dan batuk
7. Ajarkan bagaimana cara
batuk efektif
8. Bantu penggunaan
spirometer
20
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Risiko Cidera
dengan faktor
resiko hipoksia
jaringan
NOC
Kontrol Resiko
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam tidak
terjadi cidera, dengan
kriteria :
a. Mengakui adanya
risiko
b. Monitor faktor risiko
lingkungan
c. Mengembangkan
strategi kontrol risiko
yang efektif.
d. Menghindari eksposur
yang mengancam
kese-hatan.
e. Mengenali perubahan
NIC
Manajemen Lingkungan
1. Diskusikan tentang
upaya-upaya mencegah
cedera, seperti
lingkungan yang aman
untuk klien,
menghindarkan
lingkungan yang
berbahaya
2. Memasang pengaman
tempat tidur
3. Memberikan
penerangan yang cukup
4. Menganjurkan keluarga
untuk menemani klien
Manajemen kejang
21
status kesehatan
Perfusi jaringan
serebral tidak
efektif b.d.
ketidakseimbanga
n ventialsi dengan
aliran darah,
penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah
NOC
Perfusi jaringan:
serebral
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam perfusi
jaringan serebral efektif
dengan kriteria hasil:
a.
kesadaran baik
b.
Fungsi
neurologis tidak
terganggu
NIC
Peningkatan Perfusi Serebral
1. Konsultasikan dengan
dokter untuk menentukan
parameter hemodinamik,
dan
mempertahankannya
tetap dalam rentang
normal
2. Rangsang hipotensi
dengan pemberian
volume expander atau
22
c.
3.
4.
5.
6.
Manajemen Syok
1. Observasi tanda dan
gejala ketidakadekuatan
perfusi (kepucatan,
sianosis, pengisian
kapiler yang lamban,
penurunan kesadaran)
2. Monitor status cairan
3. Monitor AGD
4. Posisikan pasien untuk
perfusi yang optimal
5. Monitor tanda dan gejala
kegagalan respirasi
5
Risiko aspirasi
b.d penurunan
tingkat kesadaran
NOC
Kontrol Aspirasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam tidak
terjadi aspirasi, dengan
kriteria :
a.
Identifikasi faktor
risiko
b.
Mencegah faktor
risiko
c.
Memposisikan
NIC
Pencegahan Aspirasi
1. Monitor tingkat
kesadaran, refleks batuk,
refleks gag, dan
kemampuan menelan
2. Monitor status pulmoner
3. Monitro jalan nafas
4. Posisikan meninggi 900
5. Pertahankan suction
tersedia di tempat
6. Berikan makan dalam
23
Ansietas (orang
tua, anak) b.d.
ancaman
perubahan status
kese-hatan, krisis
situasional
NOC
Mengontrol cemas
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
kecemasan orang tua
berkurang / hilang,
dengan kriteria :
a. Klien/keluarga
mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
gejala cemas.
b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan,
dan menunjukkan
teknik untuk
mengontrol cemas
c. Vital sign (TD, nadi,
respirasi) dalam
batas normal
d. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh, dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
e. Menunjukkan
peningkatan
konsentrasi dan
akurasi dalam
porsi kecil
24
berpikir
Defisit
pengetahuan b.d
kurang terpapar
dengan sumber
informasi
NOC
Knowledge : Diease
proses
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
keluarga mengerti
tentang kondisi pasien,
dengan Kriteria hasil:
a.
Keluarga menyatakan
pemahaman tentang
penyakit kondisi
prognosis dan
program pengobatan
b.
Keluarga mampu
menjelaskan faktor
resiko penyakit anak
c.
Keluarga mampu
menjelaskan tanda
dan gejala penyakit
anak
d.
Keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
e.
Keluarga mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/ tim
kesehatan lainya
10.
Dorong
pasien/keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi tentang
penyakit
NIC
Teaching : Diease process
1.
Berika
n penilaian tentang
penyakit pengetahuan
pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
2.
Jelask
an patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi
dengan cara yang tepat
3.
Gamba
rkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara
yang tepat
4.
Identifi
kasikan kemungkinan
dengan cara yang tepat
25
BAB 3
TINJAUAN KASUS
26
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada An.R dengan
Kejang Demam Sederhana (KDS) di Ruang Perawatan Anak (Tulip II A)
RSUD Ulin Banjarmasin. Maka disini kami buat perbandingan antara teori
dan asuhan keperawatan yang kami buat.
1. Dalam tahap pengkajian, kami tidak mengalami kesulitan dalam
mengkaji pasien, karena ibu pasien sangat kooperatif dalam
berkomunikasi, sehingga kami sangat mudah dalam mengkaji pasien.
2. Dalam diagnosa keperawatan, kami mengambil 3 (tiga) diagnosa
yang ditegakkan, yaitu :
a. Hipertermi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
c. Ansietas
Disini kami tidak menemukan kesenjangan dengan teori, karena
dalam asuhan keperawatan yang kami tegakkan menggunakan
diagnosa yang sama.
3. Dalam perencanaan (intervensi), kami buat sesuai dengan kondisi
yang dialami oleh pasien, sehingga tidak ada kesenjangan teori dalam
penegakan asuhan keperawatan yang kami buat.
4. Dalam implementasi, kami melakukan tindakan yang sesuai dengan
yang direncanakan sebelumnya, sehingga pada tahap ini juga tidak
terdapat kesenjangan dengan teori yang ada.
5. Dalam tahap evaluasi, kami mendapatkan hasil yaitu masalah teratasi
sepenuhnya dari ketiga diagnosa tersebut.
27
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian kasus dengan kejang demam sederhana ditemukan pada
teori, serta kasus dan semua data ditemukan secara kooperatif dari keluarga
maupun tim medis. Pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan adanya
kesenjangan
28
DAFTAR PUSTAKA
Bobak , L. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Doenges, M., dkk.2001.Rencana perawatan maternal bayi.EGC: Jakarta.
Hassan Ruspeno, et all. 2007.Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jilid II. Ed.11.Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Lumbantobing SM. 1989. Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak,
Gaya Baru. Jakarta.
Lynda juall C. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
Penerjemah Monika Ester. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008.
Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 1998, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2008. Operasi kebidanan kandungan dan keluarga
berencana untuk dokter umum. EGC: Jakarta.
Marilyn E. Doengos 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Penerjemah
Kariasa I Made. EGC. Jakarta
McCloskey, & Bulechek. 2006. Nursing interventions classifications, 2nd
edition. Mosby-Year book.Inc, New York.
Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.
Ngastiyah,1997,Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Saifuddin A.B. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta: yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
29