You are on page 1of 24

Laporan Resmi Praktikum Kimia

Kekuatan Medan Ligan / Kelompok 2 / Kimia B

I.

JUDUL PERCOBAAN

: Kekuatan Medan Ligan

II.
III.

HARI/TANGGAL PERCOBAAN
SELESAI PERCOBAAN

: Rabu, 26 Oktober 2011


: Rabu, 26 Oktober 2011

IV.

TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dan air
2. Mengenal cara mencari panjang gelombang pada absorbansi maksimum
3. Mengenal variable yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum
V.

TINJAUAN PUSTAKA

Metode analisis spektrometri adalah metode analisis yang paling banyak


dipakai di dalam Kimia analisis, khususnya pada spektra elektromagnetik daerah
ultraviolet dan tampak. Aplikasinya meliputi bidang Kimia Klinik, Kimia Lingkungan
dan bidang-bidang lain.

Keuntungan dari metode analisis spektrometri adalah

peralatannya yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip
metode analisis spektrometri adalah larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik
dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan
konsentrasi analit (zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel.
daerah warna

panjang gelombang (nm)

ungu

380 - 435

biru

435 - 500

sian (biru-pucat) 500 - 520


hijau

520 - 565

kuning

565 - 590

oranye

590 - 625

merah

625 - 740

[ 11 ]

Laporan Resmi Praktikum Kimia


Kekuatan Medan Ligan / Kelompok 2 / Kimia B

Pada metode analisis spektrometri terdapat komplementer warna. Warnawarna yang saling berlawanan satu sama lain pada roda warna dikatakan sebagai
warna-warna komplementer. Biru dan kuning adalah warna komplementer; merah dan
sian adalah komplementer; demikian juga hijau dan magenta (merah muda). Warna
kompleks adalah komplemen warna cahaya yang diserap oleh sample dalam
spektrometri.
Senyawa koordinasi merupakan senyawa yang tersusun atas atom pusat dan
ligan (sejumlah anion atau molekul netral yang mengelilingi atom atau kelompok
atom pusat tersebut) dimana keduanya diikat dengan ikatan koordinasi. Ditinjau dari
konsep asam-basa Lewis, atom pusat dalam senyawa koordinasi berperan sebagai
asam Lewis (akseptor penerima pasangan elektron), sedangkan ligan sebagai basa
Lewis (donor pasangan elektron). Kemagnetan senyawa kompleks misalnya,
ditentukan dari banyaknya elektron tak berapsangan pada orbital d atom pusat, akibat
dari kekuatan ligan yang mendesaknya, apakah ligan tersebut kuat atau lemah. Jika
ligan tsb kuat elektron cenderung untuk berpasangan (spin rendah), jika ligan tsb
lemah elekton lebih suka untuk tidak berpasangan (spin tinggi).
Senyawa kompleks dapat berupa non-ion, kation atau anion, bergantung pada
muatan penyusunnya. Muatan senyawa kompleks merupakan penjumlahan muatan
ion pusat dan ligannya. Jika senyawa kompleks bermuatan disebut ion
kompleks/spesies

kompleks.

Bilangan

[ 22 ]

koordinasi

pada

senyawa

kompleks

Laporan Resmi Praktikum Kimia


Kekuatan Medan Ligan / Kelompok 2 / Kimia B

menyatakan banyaknya ligan yang mengelilingi atom atau sekelompok atom pusat
sehingga membentuk kompleks yang stabil.
Bilangan koordinasi 6, berarti banyaknya ligan yang mengelilingi berjumlah 6.
Bilangan koordinasi setiap atom pusat bersifat khas dan karateristik bergantung pada
sifat alamiah logam, keadaan oksidasi, dan ligan-ligan lain dalam molekul. Antara
atom pusat dengan ligannya terhubung oleh ikatan koordinasi, hanya salah satu pihak
yaitu ligan yang menyumbangkan pasangan elektron untuk digunakan bersama,
perpindahan kerapatan elektron pun terjadi dari ligan ke atom pusat. Namun, jika
kerapatan elektron tersebar merata diaantara keduanya, maka ikatan kovalen sejatipun
akan terbentuk.
Reaksi pembentukan senyawa kompleks dapat dirumuskan sebagai berikut :
M + nL

MLn

dimana,
M = ion logam
L = ligan yang mempunyai pasangan elektron bebas
n = bilangan koordinasi senyawa kompleks yang terbentuk (biasanya 2, 4, dan 6).
Berdasarkan banyaknya pasangan elektron yang didonorkan, ligan dapat
dikelompokkan menjadi,
a.

Ligan Monodentat yaitu ligan yang hanya mampu memberikan satu pasang

elektron kepada satu ion logam pusat dalam senyawa koordinasi. Misalnya : ion
halida, H2O dan NH3.
b.

Ligan Bidentat yaitu ligan yang mempunyai dua atom donor sehingga mampu

memberikan dua pasang elektron. Dalam pembentukan ikatan koordinasi, ligan


bidentat akan menghasilkan struktur cincin dengan ion logamnya (sering disebut
cincin kelat). Ligan bidentat dapat berupa molekul netral (seperti diamin, difosfin,
disulfit) atau anion (C2O42-, SO42-, O22-).

[ 33 ]

c.

Ligan Polidentat yaitu ligan-ligan yang memiliki lebih dari dua atom donor.

Ligan ini dapat disebut tri, tetra, penta, atau heksadentat, bergantung pada jumlah
atom donor yang ada. Ligan polidentat tidak selalu menggunakan semua atom
donornya untuk membentuk ikatan koordinasi. Misalnya : EDTA sebagai heksadentat
mungkin hanya menggunakan 4 atau 5 atom donornya bergantung pada ukuran dan
stereokimia kompleks.
Berdasarkan

jenis

ikatan

koordinasi

yang

terbentuk,

ligan

dapat

dikelompokkan sebagai berikut.


a.

Ligan yang tidak mempunyai elektron sesuai untuk ikatan dan orbital kosong
-

2-

sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan , seperti H , NH3, SO3 , atau
RNH2.
b.

Ligan yang mempunyai dua atau tiga pasang elektron bebas yang selain
membentuk ikatan , juga dapat membentuk ikatan dengan ion logam, seperti
3-

2-

2-

2-

N , O , OH , S , NH , R2S, R2O, NH2, dan ion benzena.


c.

Ligan yang memiliki orbital -antiikatan kosong dengan tingkatan benzen


rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai dari logam,
-

seperti CO, R3P, CN , py, dan acac.


d.

Ligan yang tidak ada pasangan elektron bebasnya, tetapi memiliki elektron
ikatan-, seperti alkena, alkuna, benzena, dan anion siklopentadienil.

e.

Ligan yang membentuk dua ikatan dengan dua atom logam terpisah dan
-

2-

kemudian membentuk jembatan. Sebagai contoh, OH , O , CO. (Nuryono,


2003)
Teori medan kristal mengganggap bahwa ikatan antar ion logam dan ligan
adalah sepenuhnya ionik. Dengan kata lain, interaksi antara ligan dan ion logam
adalah interaksi elektrostatik. Ion logam dianggap bermuatan positif sedangkan ligan
merupakan partikel bermuatan negatif.

Gambar B.1 Kelima orbital d


Jika ligan (yang diasumsikan bermuatan negatif) mendekat, maka akan terjadi
kenaikan tingkat energi orbital d ion logam akibat tolakan antara medan negatif ligan
dan elektron orbital d, tetapi tingkat energi kelima orbital d masih degenerate. Karena
orientasi ligan terhadap logam berbeda beda (seperti orientasi ke arah oktahedral,
tetrahedral), maka gaya yang dialami oleh tiap orbital tidak selalu sama. Hal inilah
yang menyebabkan pola pembelahan tingkat energi orbital d yang berbeda-beda untuk
tiap bentuk geometri.
1. Oktahedral
Pada oktahedral, orbital
sedangkan orbital
dan

dan

berhadapan langsung dengan ligan,

tidak berhadapan langsung. Akibatnya, energi potensial

akan naik akibat tolakan dengan ligan dan energi

berkurang karena kurangnua tolakan dengan ligan. Orbital

dan

pada tingkat yang lebih tinggi dinamakan orbital eg sedangkan orbital


yang memiliki energi yang lebih rendah dinamakan orbital t2g.

akan
yang berada

Gambar B.2.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks oktahedral; (b) pola
pembelahan pada octahedral.
2. Tetrahedral

Pada tetrahedral, orbital


dan

lebih berinteraksi langsung dibandingkan dengan

sehingga energi orbital

akan turun.

akan naik sedangkan energi

dan

Gambar B.3.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks tetrahedral; (b) pola
pembelahan pada tetrahedral
3. Bujur sangkar

Gambar B.4.(a) orientasi orbital d dan ligan pada kompleks bujur sangkar; (b)
pola pembelahan pada bujur sangkar (Kunarti,2007)
Harga 10 dq dapat besar atau kecil. Jika 10 dq kecil, maka dibutuhkan sedikit energi
untuk mengisi elektron ke orbital eg. Akibatnya elektron cenderung mengisi orbital eg
dibandingkan berpasangan terlebih dahulu. Kondisi ini dinamakan medan lemah. Jika
10 dq besar, maka selisih energi juga besar atau dibutuhkan banyak energi untuk
mengisi elektron ke orbital eg. Elektron cenderung berpasangan terlebih dahulu
sebelum mengisi orbital eg. Kondisi seperti ini dinamakan meda kuat.
Harga 10 dq dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya.

1. Muatan ion logam


Makin banyak muatan ion,makin besar pula harga 10 Dq nya,karena makin
banyak muatan ion logam maka makin besar pula untuk menarik ligan lebih dekat.
Akibatnya pengaruh ligan makin kuat sehingga pembelahan orbital makin besar.
2. Jenis Ion pusat
Logam logam yang terletak pada satu periode, harga 10 dqnya tidak terlalu
berbeda. Untuk satu golongan, Semakin kebawah, harganya akan semakin besar.
2+

2+

2+

2+

2+

3+

3+

3+

3+

3+

3+

4+

3+

Mn < Ni < Co < Fe < V < Fe < Co < Mn < Co < Rh < Ru < Pd < Ir <
4+

Pt

3. Ligan
Berikut adalah deret spektrokimia.
-

2-

4-

I < Br < SCN ~ Cl < F < OH ~ NO < C2O4 < H2O<CS < EDTA < NH3~ pyr~ en<
-

phen < CN ~ CO
Semakin kuat ligannya, maka 10 dq juga akan semakin besar. Jika 10 dq kecil, maka
ligannya adalah ligan lemah. Ligan yang kuat dapat menggantikan ligan yang lebih
lemah.

VI.

CARA KERJA
Labu ukur 1
2+

Larutan Cu 0,1 M
- Dipipet 2 ml
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
- Diencerkan dengan air sampai tanda batas
Larutan ion Cu

2+

0,02 M

- Diukur absorbansinya
- Dibuat grafik dan ditentukan panjang gelombang pada
absorbansi maximum
Aborbansi

Labu ukur 2
2+

Larutan ion Cu 0,1 M


-

Dipipet 2 ml
Dimasukkan labu ukur 10 ml

+ 5 ml ammonium 1 M
-

Diencerkan dengan air sampai tanda batas


2+

Larutan ion Cu dalam campuran ammonium 1 M (50:50)


- Diukur absorbansinya
- Dibuat grafik dan ditentukan panjang gelombang
pada absorbansi maximum
Absorbansi

Labu ukur 3
2+

Larutan ion Cu 0,1 M

- Dipipet 2 ml
- Dimasukkan labu ukur 10 ml
+ larutan ammonium 1M 2,5 ml
- Diencerkan dengan air sampai
tanda batas
2+

Larutan ion Cu dalam campuran


ammonium 1M (75:25)
- Diukur absorbansinya
- Dibuat grafik dan ditentukan
panjang gelombang pada
absorbansi maximum
Absorbansi

VII.
NO

HASIL PENGAMATAN
PERLAKUAN

HASIL

DUGAAN/REAKSI

KESIMPULAN

PENGAMATAN
1.

Labu ukur 1
2+

Larutan Cu 0,1 M

- Dipipet 2 ml
- Dimasukkan
labu ukur 10 ml
- Diencerkan
dengan air
sampai tanda
batas
2+

Larutan ion Cu
0,02 M

- Diukur
absorbansinya
- Dibuat grafik
dan ditentukan
panjang
gelombang
pada absorbansi
maximum

Absorbansi

2+

- lar.ion Cu 0,1M:
biru(++) jernih
- aquades: tak
berwarna
2+
- lar.ion Cu +
aquades: biru
kehijauan jernih
(nm) Absorbansi
700
0,058
720
0,099
740
0,122
760
0,144
780
0,164
800
0,168
820
0,173
840
0,170
860
0,168

2+

Cu + 6H2O
2+
[Cu(H2O)6]

Pada labu ukur I/


larutan A
panjang
gelombang yang
diproleh adalah
820 nm

2.

Labu ukur 2
2+

Larutan ion Cu
0,1 M
-

Dipipet 2
ml
- Dimasukkan
labu ukur 10 ml
+ 5 ml ammonium
1M
- Diencerkan
dengan air
sampai tanda
batas

Larutan
2+
ion Cu
dalam
campura
- Diukur
absorbansinya
- Dibuat grafik
dan ditentukan
panjang
gelombang pada
absorbansi
maximum
Absorbansi

2+

- lar.ion Cu 0,1M:
biru(++) jernih
- aquades: tak
berwarna
- lar.ammonium 1M:
tak berwarna
2+
- lar.ion Cu 0,1M +
aquades +
lar.ammonium: biru
(+++) jernih
(nm) Absorbansi
550
0,581
570
0,709
590
0,804
610
0,843
630
0,842
650
0,793
670
0,719
690
0,648
710
0,561
730
0,473

2+

Cu + 6H2O+ 4NH3
2+
[Cu(H2O)6] +
4NH3 [Cu(H2O)4
2+
(NH3)2]

Pada labu ukur


II/ larutan B
panjang
gelombang yang
diproleh adalah
610 nm

3.

Labu ukur 3
Larutan ion
Cu2+ 0,1 M

2+

- Dipipet 2 ml
- Dimasukkan
labu ukur 10 ml
+ larutan
ammonium 1M
2,5 ml
- Diencerkan
dengan air
sampai tanda
batas
2+

Larutan ion Cu
dalam campuran
ammonium 1M
(75:25)

- Diukur
absorbansiny
a
- Dibuat grafik
dan
ditentukan
panjang
gelombang
pada
absorbansi
maximum

Absorbansi

- lar.ion Cu 0,1M:
biru(++) jernih
- lar.ammonium 1M:
tak berwarna
(nm) Absorbansi
550
0,552
570
0,701
590
0,764
610
0,798
630
0,783
650
0,746
670
0,689
690
0,607
710
0,563

2+

[Cu(H2O)6] +
4NH3 [Cu(H2O)4
2+
(NH3)2]

Pada labu ukur


III/ larutan C
panjang
gelombang yang
diproleh adalah
610 nm

VIII.

ANALISIS dan PEMBAHASAN


Pada percobaan kekuatan medan ligan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami teori medan kristal dan mampu membedakan kekuatan medan antara ligan
ammonia dan air. Pada percobaan kali ini dilakukan 3 variasi larutan yang akan
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer dengan range panjang gelombang
550-850 nm dan interval yang digunakan untuk masing-masing variasi adalah sama
20 nm. Variasi yang dibedakan adalah kadar ammonia (NH3) dalam larutan, untuk
2+

larutan A terdiri dari larutan Cu 2 mL dan air sebanyak 8 mL. Larutan B terdiri dari
2+

larutan Cu

(50:50), terdiri dari 2 mL, ammonia 2.5 mL, dan air sebanyak 5.5 mL.
2+

Larutan C terdiri dari larutan Cu (75:25), terdiri dari 2 mL, dan ammonia 5 mL, dan
2+

air sebanyak 7 mL. Larutan ammonia (NH3) dan Cu digunakan sebagai bahan utama
percobaan karena akan membentuk senyawa kompleks.
Setelah terbentuk variasi larutan, tiap-tiap larutan kemudian diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer dan kemudian diperoleh data nilai absorbansi
untuk masing-masing interval. Dari data tersebut dibuat grafik panjang gelombang vs
absorbansi dan diperoleh panjang gelombang maksimum yang menghasilkan
absorbansi maksimum.
Dari panjang gelombang maksimum nilai 10 Dq dapat diketahui dengan rumus
sebagai berikut:

Dari nilai Dq tersebut dapat ditentukan kekuatan ligan dari air dan ammonia.
Untuk larutan blanko, larutan blangko adalah larutan yang komposisinya sama seperti
larutan yang dianalisis namun tanpa sampel yang dianalisis. Untuk percobaan ini
larutan blankonya adalah air. Sebelum sampel diukur absorbansinya, perlu diukur
terlebih dahulu absorbansi larutan blanko. Larutan blanko dengan absorbansi nol dan

transmitansi 100% (tidak menyerap radiasi), digunakan sebagai standar untuk


mengukur absorbansi kompleks.
1. Pada Larutan A
2+

Pada larutan A, langkah pertama adalah mengencerkan 2 mL larutan Cu


2+

M dengan aquades pada labu ukur 10 mL sehingga terbentuk Cu

0,1

0,02 M. Warna

yang terbentuk dalam larutan adalah biru (++) jernih (hampir semua kompleks
besarnya harga Dq sama dengan energi yang frekuensi terletak pada spectra daerah
tampak, karena ada kaitan antara warna dengan frekuensi maka warna suatu kompleks
bergantung pada frekuensi yang diserap. Warna kompleks adalah komplemen warna
cahaya yang diserap. Sehingga ketika kompleks berwarna biru maka kompleks
tersebut menyerap wana komplemennya, yakni jingga dengan panjang gelombang
sekitar 610 nm).
Sehingga

terbentuk

senyawa

kompleks
2+

heksaquotembaga(II) dimana atom pusatnya adalah ion Cu

atau
dan ligannya adalah air.
2+

Dari nama senyawa tersebut dapat diketahui bahwa bilangan koordinasi untuk Cu
adalah 6 sesuai dengan banyaknya ligan yang diikat ,dengan reaksi sebagai
berikut:

3 2

Hibridisasi yang terjadi adalah sp d . Bentuk geometri untuk hibridisasi jenis ini
adalah oktahedral. Pada larutan A panjang gelombang yang diperoleh adalah 820 nm
(sesuai dengan table Pembagian daerah UV-Visibel dan didapat energi 10 Dq adalah
30 kkal/mol.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini:

2. Pada Larutan B
2+

Pada larutan B, langkah pertama mencampurkan 2 mL Cu , 5 mL ammonia


dan air dalam labu ukur 10 mL. Larutan ini menghasilkan warna biru (++) jernih.
Warna yang terbentuk dalam larutan adalah biru (+) (kompleks berwarna biru maka
kompleks tersebut menyerap wana komplemennya adalah jingga dengan panjang
gelombang sekitar 610 nm).
Pada larutan ini, ammonia dan air adalah ligannya. Senyawa kompleks yang
terbentuk adalah [Cu(H2O)3(NH3)3]

2+

, tetraamindiaquotembaga(II). Reaksi yang

terjadi adalah :

karena terdapat 3 ligan H2O dan 3 ligan NH3, maka

Dari orbital di atas, diketahui hibridisasi [Cu(H2O)3(NH3)3]

2+

3 2

adalah sp d dengan

geometri oktahedral. Perbedaan dengan larutan pertama adalah pada larutan B ini,
energi 10 Dq akan lebih besar yaitu 40 kkal/mol. Panjang gelombangnya lebih kecil
yaitu 610 nm sesuai table Pembagian daerah UV-Visibel nilai panjang gelombangnya

maksimum 610 karena warna yag diserap pada larutan II ini adalah jingga sehingga
pada panjang gelombang ini sample menyerap maksimal sinar yang ditembakan dari
spektrofotometer.
3. Larutan C
Larutan C dengan perbandingan antara ammonia dengan air (25:75).
Penambahan kadar ammonia yang berlebih ini akan meningkatkan besarnya nilai
absorbansi (dilihat pada hasil percobaan). Panjang gelombang maksimum yang
diperoleh adalah 610 nm. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh besar energi 10 Dq
adalah 40 kkal/mol. Warna yang terbentuk pada larutan C ini adalah biru, berarti
warna yang diserap adalah jingga. (kompleks berwarna biru maka kompleks tersebut
menyerap wana komplemennya adalah jingga dengan panjang gelombang sekitar 610
nm).
Pada larutan ini, ammonia dan air adalah ligannya. Senyawa kompleks yang
terbentuk adalah [Cu(H2O)4(NH3)2]

2+

, triamintriaquotembaga(II) . Reaksi yang

terjadi adalah :

karena terdapat 4 ligan H2O dan 2 ligan NH3, maka:

2+

3 2

Dari orbital di atas, diketahui hibridisasi [Cu(H2O)4(NH3)2] adalah sp d

dengan geometri oktahedral. Perbedaan dengan larutan pertama adalah pada larutan
Bini, energi 10 Dq akan lebih besar yaitu 40 kkal/mol. Panjang gelombangnya lebih
kecil yaitu 610 nm sesuai table Pembagian daerah UV-Visibel nilai panjang
gelombangnya maksimum 610 karena warna yag diserap pada lartan II ini adalah
jingga sehingga pada panjang gelombang ini sample menyerap maksimal sinar yang
ditembakan dari spektrofotometer.

Oleh karena itu panjang gelombang antara larutan B dan larutan C adalah
sama yaitu 610 nm, jika dijelaskan melalui konfigurasi electron dan hibridisasi maka
ketika penambahan kadar ammonia sehingga terjadi pengantian ligan pada senyawa
kompleks. Karena pengantian adalah sama-sama ligan netral (H2O dan NH3) maka
tidak akan merubah sifat dari senyawa kompleks, sehingga tidak akan mempengaruhi
nilai panjang gelombang maksimum.
IX.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ammonia merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air (10 Dq NH3 > 10
Dq air).
2. Berdasar data yang diperoleh dibuat grafik vs A dan diperoleh panjang
gelombang maksimum yang menghasilkan absorbansi maksimum.
Pada Labu pertama diperoleh panjang gelombang maksimum 820 nm
Pada Labu kedua diperoleh panjang gelombang maksimum 610 nm
Pada Labu ketiga diperoleh panjang gelombang maksimum 610 nm
3. Variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum adalah adanya ligan
dalam larutan tersebut; baik dilihat pada jenisnya serta komposisi ligan dalam
larutan.

X.

JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan kekuatan medan ligan antara ligan ammonium dengan air!
Ligan air memiliki energi 40,85 kkal/mol yang lebih rendah daripada amonia, yaitu
46,87 kkal/mol. Hal ini disebabkan oleh ligan H2O yang bersifat sebagai ligan lemah.
Ligan lemah dalam kompleks menyebabkan elektron memiliki spin tinggi (high spin)
pada tingkat energi eg, karena pada ion Cu(II) elektron di orbital d lebih mudah
ditempatkan pada arah energi orbital yang lebih tinggi sebagai elektron sunyi (tidak

berpasangan) daripada ditempatkan pada kamar orbital yang sama, namun sebagai
elektron berpasangan. Sebab pada kamar yang sama akan terjadi gaya tolak menolak
antara dua elektron jika akan berpasangan. Oleh karena energi untuk tolak menolak
(P) lebih besar daripada harga 10 Dq, justru ada interaksi tingkat energi atas dengan
energi bawah menyebabkan jarak t2g dan eg menjadi lebih pendek sehingga energi 10
Dq menjadi lebih kecil.
2. Tuliskan reaksi yang terjadi pada percoaan tersebut!

2+

[Cu(H2O)3(NH3)3]

2+

[Cu(H2O)4(NH3)2] + H2O

[Cu(H2O)6] + 4NH3
[Cu(H2O)6] + 4NH3

2+

+ H2O

2+

3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi warna ion kompleks logam transisi?


WARNA KOMPLEKS LOGAM TRANSISI Warna-warna cerah yang terlihat pada
kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika
orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang
dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak,
satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbitald yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan
keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam
keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi
foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya
gelombang-gelombang cahaya () tertentu saja yang dapat diserap (gelombang yang
memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan
memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak terserap).
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan
kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna

yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan
membentuk kompleks yang -nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya
dengan yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi . Sebaliknya medan ligan
yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar, menyerap yang lebih
pendek, dan meningkatkan
4. Gambarlah grafik panjang gelombang terhadab absorbansi dari masing-masing
pengamatan anda!
Kurva Labu 1

[2
020 ]

Kurva Labu 2

Kurva Labu 3

[2
121 ]

5. Hitunglah besar energy 10 Dq ketiga larutan tersebut!

6. Dari hasil percobaan apa yang dapat anda simpulkan?


1. Ammonia merupakan ligan yang lebih kuat dibandingkan air (10 Dq NH3 >
10 Dq air).
2. Berdasarkan data yang diperoleh dibuat grafik vs A dan diperoleh panjang
gelombang maksimum yang menghasilkan absorbansi maksimum.
Pada Labu pertama diperoleh panjang gelombang maksimum 820 nm
Pada Labu kedua diperoleh panjang gelombang maksimum 610 nm
Pada Labu ketiga diperoleh panjang gelombang maksimum 610 nm
3. Variabel yang mempengaruhi panjang gelombang maksimum adalah adanya
ligan dalam larutan tersebut; baik dilihat pada jenisnya serta komposisi ligan
dalam larutan.

[2
222 ]

XI.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010,Kimia Logam Transisi.http://www.chem-is-try.org (diakses pada
Minggu, 30 Oktober 2011, pukul 14.23 WIB)
Amaria, dkk. 2011, Penuntun Praktikum Kimia Anorganik III, Unesa press:Surabaya
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jilid 2, Cetakan ke
2, Kalman Media Pusaka, Jakarta
Mala.2011.Kekuatan Medan Ligan.http://blogspot.com( diakses pada minggu 30
Oktober 2011, pukul 14.00 WIB)

[2
323 ]

LAMPIRAN

[2
424 ]

You might also like