Professional Documents
Culture Documents
Deskripsi : (1)
Serbuk hablur atau serbuk halus, bentuk kubik, putih, tidak berbau. Larut dalam air
panas, sedikit larut dalam etanol, tetapi lebih banyak dalam etanol panas, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.
Oral :
Dewasa
SC/IM :
Dewasa
Anak-anak
mg/dosis
IV :
Dewasa
Rectal
: 2-10 mg / 70 kg BB
: 10-20 mg tiap 4 jam, atau sesuai petunjuk dokter.
Withdrawal syndrome bila penggunaan lebih dari 5-7 hari lalu berhenti mendadak.
Mulut kering, vertigo, bradikardi, palpitasi, sedasi, perubahan mood dan miosis.
Pada dosis besar dapat menyebabkan depresi pernafasan, hipotensi, dan koma.
Dosis :
-
Ketamine (1 mg/mL) dan morfin (1 mg/mL) atau dengan rasio 1:1, dengan
interval 8 menit.
intrakranial yang meningkat, kondisi kejang seperti status epilepsi dan tetanus, dan
setelah operasi saluran biliary.
- Pasien dalam pengobatan MAOi atau dalam 10 hari berhenti dari pengobatan
tersebut.
Perhatian : (10)
- Morfin diberikan dengan hato-hati pada pasien dengan gangguan adrenal, gangguan
fungsi hepar, shock, hipotiroidisme, hipertropi prostat, gangguan fungsi renal atau
pulmonal, dan pada pasien manula.
- Pasien dengan gangguan fungsi myocardial perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya hipotensi ortostatik.
Kompatibilitas : (10)
- Zat yang dilaporkan tidak kompatibel dengan garam morfin meliputi beberapa
barbiturat, pethidin, fenitoin, promethazine dan thiopentone.
- Morfin tartrat, tunggal dan kemudian dicampur dengan klorpromazin HCl,
metoklopramid HCl atau dengan morfin sulfat dalam syringe plastik, ditemukan
dapat mempertahankan potensinya selama 48 jam bila disimpan pada suhu ruangan.
Tetapi disarankan digunakan dalam 24 jam untuk menurunkan resiko kontaminasi
mikroba.
Penyimpanan(3) :
Morphin injeksi disimpan pada suhu 15-30 oC dan terlindung dari cahaya.
Jangan dibekukan.
Morphin oral disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu 15-30 oC
Daftar Pustaka :
1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Ed. IV, DepKes RI.
2. Anonim, 2001, Drug Facts and Comparisons, 55th Edition, Wolters Kluwers,
St. Louis, p. 808.
3. Anonim, 2002, AHFS Drug Information Book, Book 4, American Society of
Health System Pharmacist, USA, pp.2066-2071.
10. Suzuki, Manzo, et al., 1999, Small-dose Ketamine Enhances Morphineinduced Analgesia After Outpatient Surgery, Anesth Analg. 1999;89:98.
International Anesthesia Research Society. [online], 14 Maret 2006.
11. www.drugs.com [online], 14 Maret 2006.
12. www.medsafe.govt.nz/DatasheetPage.htm. [online] 16 MAret 2006.
13. Mok MS, Tzeng JI. Intramuscular ketoralac enhances the analgesic effect of
low dose epidural morphine. Anesth Analg. 1993;76:S269 12, International
Anesthesia Research Society. [online], 18 Maret 2006.
14. Eldor, Joseph, Combined Spinal-Epidural Anesthesia?, http://www.csen.com,
[online] 18 Maret 2006.
15. Benhamou et al., 2005, The Combination of Tramadol and Morphine May Be
Recommended for Postoperative Analgesia, Anesth Analg. 2005;101:1885.
[online], 18 Maret 2006
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
Winda Werdhinindah
(01/147042/FA/06536)
Yuniarti Indahsari
(01/147099/FA/06547)
Charles Fernando W.
(2448305046)
Delvi Suzana Sietho
(2448705049)
Ikka Susilowati
(058115052)
Noor Aisyah
(KR.05050296)
Linda Hariani
(KR.05050298)
Novie Puspitasari
(0502118)
Sri Aryanti
(0502125)
Susilawati
(0502128)