You are on page 1of 9

MORFIN

Nama lain : (1)


7,8-Didehidro-4,5-epoksi-17-metilmorfinan-3,6-diol sulfat (2:1) (garam)
pentahidrat.

Rumus kimia : (1)


(C17H19NO3)2.H2SO4.5H2O

Deskripsi : (1)
Serbuk hablur atau serbuk halus, bentuk kubik, putih, tidak berbau. Larut dalam air
panas, sedikit larut dalam etanol, tetapi lebih banyak dalam etanol panas, tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.

Dosis dan Pemberian(2,3) :

Oral :
Dewasa

: 10-30 mg tiap 4 jam, atau sesuai petunjuk dokter.


Untuk tablet extended release, 15 atau 30 mg tiap 12
jam.

SC/IM :
Dewasa

: 10 mg (5-20 mg) / 70 kg BB tiap 4 jam.

Anak-anak

: 0,1-0,2 mg/kg tiap 4 jam, jangan lebih dari 15

mg/dosis

IV :
Dewasa

Rectal

: 2-10 mg / 70 kg BB
: 10-20 mg tiap 4 jam, atau sesuai petunjuk dokter.

Efek Samping : (10)


-

Withdrawal syndrome bila penggunaan lebih dari 5-7 hari lalu berhenti mendadak.

Dapat menyebabkan mengantuk, kaku, konstipasi, berkeringat, dan kadang


muntah, mual, anoreksia.

Mulut kering, vertigo, bradikardi, palpitasi, sedasi, perubahan mood dan miosis.

Pada dosis besar dapat menyebabkan depresi pernafasan, hipotensi, dan koma.

Dapat menyebabkan ketergantungan obat dan kemungkinan reaksi alergi.

Penggunaan dengan obat lain untuk pasca bedah (postoperative): (4,5,6,7,8,910,13,14,15)


A. Morfin dan Bupivacaine
Dapat digunakan pada : knee arthroscopy (prosedur arthroscopy)
Dosis, pemberian : 30 mL 0,5% Bupivacaine dan 0,5-1 mg morfin,
intraarticular space
Dapat memberi efek analgesik yang tahan lama dan hemat biaya setelah
prosedur knee arthroscopy.

B. Morfin dan Clonidine


Dapat digunakan pada : total hip replacement
Dosis, pemberian : Clonidine HCl 75 mcg dan morfin 0,5 mg, intrathecal.

C. Morfin, Clonidine dan Bupivacaine


Dapat digunakan pada : knee arthroscopy (knee meniscus repair)
Dosis, pemberian : 30 mL 0,25% Bupivacaine, clonidine 1 g/kg, dan morfin
3 mg, intraarticular.
Clonidine mempotensiasi efek analgesik daripada morfin.

D. Morfin dan Ketamine


Dapat digunakan pada :
-

Major abdominal surgery

Major orthopedic procedures

Dosis :
-

Ketamine (1 mg/mL) dan morfin (1 mg/mL) atau dengan rasio 1:1, dengan
interval 8 menit.

Ketamine 50100 g/kg dan morfin 50 g/kg, pada pasien outpatient


surgery.

Ada peningkatan efek samping, seperti mimpi buruk.

E. Morfin dan Diclofenac


Dapat digunakan pada : Cesarean delivery (operasi cesar)
Dosis, pemberian : 0,05-0,1 mg morfin secara intrathecal dan 75 mg
diclofenac secara intramuskuler tiap 8 jam.
Ada kemungkinan terjadi pruiritus, tapi tidak ada depresi pernafasan.

F. Morfin dan Ketorolac


Dapat digunakan pada : Cesarean delivery (operasi cesar)
Dosis, pemberian : 2 mg morfin secara epidural dan 30 mg ketorolac secara
intramuskuler.
Lebih baik daripada pemberian tunggal morfin 2 mg secara epidural dalam
mengatasi rasa sakit setelah bedah cesar.

G. Morfin dan Tramadol


Dapat digunakan pada : analgesia pasca-operasi

Kontra Indikasi : (3,10)


- Pasien hipersensitif terhadap morfin.
- Bayi prematur dan pasien dengan depresi pernafasan, asma bronkial, alkoholime
akut, chronic pulmonary disease dengan gagal jantung, cedera kepala, tekanan

intrakranial yang meningkat, kondisi kejang seperti status epilepsi dan tetanus, dan
setelah operasi saluran biliary.
- Pasien dalam pengobatan MAOi atau dalam 10 hari berhenti dari pengobatan
tersebut.

Perhatian : (10)
- Morfin diberikan dengan hato-hati pada pasien dengan gangguan adrenal, gangguan
fungsi hepar, shock, hipotiroidisme, hipertropi prostat, gangguan fungsi renal atau
pulmonal, dan pada pasien manula.
- Pasien dengan gangguan fungsi myocardial perlu diperhatikan kemungkinan
terjadinya hipotensi ortostatik.

Interaksi Obat : (10)


- Efek antidepresan dari morfin diperkuat oleh obat-obat depresan CNS dan
anestetik, hipnotik, sedatif dan MAOi.
- Beberapa tranquilizer, terutama phenothiazin, dapat mengantagonis efek analgesik
dari morfin; dextroamfetamin dapat memperkuat efek analgesik morfin.
- Morfin dapat memperkuat efek aksi penyakatan neuromukular dari relaksan otot
skeletal.

Kompatibilitas : (10)

- Zat yang dilaporkan tidak kompatibel dengan garam morfin meliputi beberapa
barbiturat, pethidin, fenitoin, promethazine dan thiopentone.
- Morfin tartrat, tunggal dan kemudian dicampur dengan klorpromazin HCl,
metoklopramid HCl atau dengan morfin sulfat dalam syringe plastik, ditemukan
dapat mempertahankan potensinya selama 48 jam bila disimpan pada suhu ruangan.
Tetapi disarankan digunakan dalam 24 jam untuk menurunkan resiko kontaminasi
mikroba.

Penyimpanan(3) :

Morphin injeksi disimpan pada suhu 15-30 oC dan terlindung dari cahaya.
Jangan dibekukan.

Morphin oral disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu 15-30 oC

Daftar Pustaka :
1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Ed. IV, DepKes RI.
2. Anonim, 2001, Drug Facts and Comparisons, 55th Edition, Wolters Kluwers,
St. Louis, p. 808.
3. Anonim, 2002, AHFS Drug Information Book, Book 4, American Society of
Health System Pharmacist, USA, pp.2066-2071.

4. Borgeat et al., 2003, Postoperative Nausea and Vomiting in Regional


Anesthesia, Anesthelogy, Feb 2003; 98(2):530-47. American Society of
Anesthesiologists, Inc. .[online], 14 Maret 2006.
5. Cardoso, MM, et al., 1998, Small Doses of Intrathecal Morphine Combined
with Systemic Diclofenac for Postoperative Pain Control After Cesarean
Delivery, Anesth. Analg.;86:538-541. International Anesthesia Research
Society. [online] 16 Maret 2006.
6. Grace, D., et al., 1995, Postoperative Analgesia After Co-administration of
Clonidine and Morphine by Intrathecal Route in Patients Undergoing Hip
Replacement, Anesth. Analg.;80:86-91. International Anesthesia Research
Society. [online] 16 Maret 2006.
7. Paul F. White, 2005, The Changing Role of Non-Opioid Analgesic Techniques
in the Management of Postoperative Pain, Anesth. Analg., 2005;101:S5-S22.
International Anesthesia Research Society. [online], 14 Maret 2006.
8. http://www.anesthesia-analgesia.org/cgi/content/abstract/77/2/205 [online], 14
Maret 2006.
9. Joshi, Wanda, et al., 2000, Postoperative Analgesia for Outpatient
Arthroscopic Knee Surgery with Intraarticular Clonidine and/or Morphine,
Anesth. Analg., 2000;90:1102-1106. International Anesthesia Research
Society. [online] 16 Maret 2006.

10. Suzuki, Manzo, et al., 1999, Small-dose Ketamine Enhances Morphineinduced Analgesia After Outpatient Surgery, Anesth Analg. 1999;89:98.
International Anesthesia Research Society. [online], 14 Maret 2006.
11. www.drugs.com [online], 14 Maret 2006.
12. www.medsafe.govt.nz/DatasheetPage.htm. [online] 16 MAret 2006.
13. Mok MS, Tzeng JI. Intramuscular ketoralac enhances the analgesic effect of
low dose epidural morphine. Anesth Analg. 1993;76:S269 12, International
Anesthesia Research Society. [online], 18 Maret 2006.
14. Eldor, Joseph, Combined Spinal-Epidural Anesthesia?, http://www.csen.com,
[online] 18 Maret 2006.
15. Benhamou et al., 2005, The Combination of Tramadol and Morphine May Be
Recommended for Postoperative Analgesia, Anesth Analg. 2005;101:1885.
[online], 18 Maret 2006

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI


DEPO FARMASI GBPT
PENGGUNAAN KOMBINASI
MORFIN DAN OBAT ANALGESIK
PADA POSTOPERATIVE

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
Winda Werdhinindah
(01/147042/FA/06536)
Yuniarti Indahsari
(01/147099/FA/06547)
Charles Fernando W.
(2448305046)
Delvi Suzana Sietho
(2448705049)
Ikka Susilowati
(058115052)
Noor Aisyah
(KR.05050296)
Linda Hariani
(KR.05050298)
Novie Puspitasari
(0502118)
Sri Aryanti
(0502125)
Susilawati
(0502128)

MAHASISWA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI INSTALASI FARMASI RSU. Dr. SOETOMO
FAKULTAS FARMASI UGM UWM UAD UMS USD
FEBRUARI 2006

You might also like