Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
LUH PUTU SUDARINI
DIAH RATNA GENI PARWATI DEWI
NI WAYAN SURIASIH
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM KHUSUS DIII
2016
PERAN PERAWAT PROFESIONAL
DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN KESEHATAN KULTURAL
DAN SUBKULTURAL DARI MASYARAKAT INDONESIA
sakit diisolasi dan dibiarkan saja. Kebiasaan ini mungkin dapat mencegah
penularan dari penyakit-penyakit infeksi seperti cacar atau TBC. Bentuk
pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka sendiri
tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka anggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan
pengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila mereka duga
penyebabnya faktor alamiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga
kesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawanan dengan
pemikiran secara medis. Di dalam masyarakt industri modern, iatrogenic disease
merupakan problema. Budaya modern menuntut merawat penderita di rumah
sakit, padahal rumah sakit itulah tempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman
yang telah resisten terhadap antibiotika.
B. Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang
berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya
(Leinenger, 1987). Keperawatan transkultural merupakan ilmu dan kiat yang
humanis, yamh difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses
untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit
secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya ( Leininger, 1984).
Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada pasien sesuai dengan latar
belakang budayanya.
Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural adalah pengembangan
sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal (Leininger,1978).
Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti pada suku Osing,
Tengger,ataupun Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah
kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hamper
semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
bertindak
sebagai
narasumber
dan
fasilitator
dalam
tahap
malalui
pemberian
pengetahuan
yang
terkait
dengan
7. Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga agar
menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis
Kedua:
a. Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
b. Proses pemikiran yang terjadi pada perawat juga terjadi pada yang
lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.
c. Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
d. Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara
sosial dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga:
a. Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain trerutama klien
yang diasuh oleh perawat sendiri
b. Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang
ada sudah sesuai dengan budayanya masing-masing
c. Penting untuk membangun sikap saling menghargai perbedaan budaya
dan apresiasi keamanan budaya
d. Mengembangkan kemampuan untuk bekerja dengan yang lain dalam
konteks budaya, diluar penilaian etnosentris
DAFTAR PUSTAKA