You are on page 1of 15

RMK

Analisis Informasi Keuangan


SAP 4 dan SAP 5

Disusun oleh:

Putu Intan Wulandari


Nella Rahmawati

(1306305084)
(1306305140)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2016

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN


Aktivitas bisnis didanai dengan kewajiban atau ekuitas, atau keduanya. Kewajiban
merupakan utang untuk mendapatkan pendanaan yang membutuhkan pembayaran di masa
depan dalam bentuk uang, jasa atau asset lainnya. Kewajiban (liabilities) merupakan klaim
pihak luar atas asset dan sumber daya perusahaan kini dan masa depan. Kewajiban dapat
berupa

pendanaan

atau

operasi

dan

biasanya

didahulukan

daripada

pemegang

ekuitas. Kewajiban pendanaan (financing liabilities) merupakan seluruh bentuk pendanaan


kredit seperti wesel bayar jangka panjang dan obligasi, pinjaman jangka pendek, dan
sewa. Kewajiban operasi (operating liabilities) merupkan kewajiban yang timbul dari operasi
seperti kreditor perdagangan, kredit yang ditangguhkan, dan kewajiban pension. Ekuitas
(equity) merupakan klaim pemilik atas asset bersih perusahaan.
KEWAJIBAN
Kewajiban Lancar
Kewajiban Lancar (atau jangka pendek) merupakn kewajiban yang pelunasannya
memerlukan penggunaan asset lancer atau munculnya kewajiban lancer lainnya. Periode yang
diharapkan untuk menyelesaikan kewajiban adalah periode mana yang lebih panjang antara
satu tahun dan satu siklus operasi perusahaan. Pada praktiknya, kewajiban lancer dicatat pada
nilai jayuh temponya, bukan pada nilai sekarangnya, karena pendeknya waktu penyelesaian
utang.
Terdapat duan jenis kewajiban lancer. Jenis pertama timbul dari aktivitas operasi,
meliputi utang pajak, pendapatan diterima di muka (unearned revenue), uang muka, utang
usaha, dan beban operasi akrual lainnya, seperti utang gaji. Jenis kedua kewajiban lancar
timbul dari aktivitas pendanaan, meliputi pinjaman jangka pendek, bagian utang jangka
panjang yang jatuh tempo dan utang bunga.
Banyak kesepakatan pinjaman yang memuat persyaratan untuk melindungi kreditor.
Apabila terjadi default (ketidaksanggupan membayar utang) misalnya, dalam menjaga rasio
financial tertentu seperti rasio utang terhadap ekuitas, ketika utang terjatuh tempo dan harus
segera di bayar. Bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo tesebut harus dikategorikan
sebagai utang lancar.

Kewajiban Tak Lancar


Kewajiban yak lancar (atau jangka panjang) merupakan kewajiban jatuh temponya
tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang lebih panjang. Kewajiban
ini meliputi pinjaman, obligasi, utang dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar beragam
bentuknya, dan penilaian serta serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh
batasan dan ketentuan. Mengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal jatuh tempo, hak
konversi, fitur penarikan dan provisi subordinasi.
Obligasi merupakan bentuk kewajiban tak lancar yang umum. Nilai nominal obligasi
bersama tingkat kuponnya menentukan bunga yang di bayarkan atas obligasi tersebut.
Penerbit obligasi kadang menjual obligasi pada harga di bawah nilai nominal (diskon) atau di
atas nilai nominal (premium). Diskon atau premium mencerminkan penyesuaian atas harga
obligasi untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang diminta pasar (markets required rate
of return).
Salah satu hal masalah timbul apabila utang jangka panjang diukur dengan nilai wajar
adalah bahwa nilai utang jangka panjangperusahaan yang dilaporkan akan turun ketika posisi
kredit perusahaan memburuk (yaitu apabila kelayakan kredit yang buruk akan menurunkan
nilai pasar obligasi). Penurunan dalam nilai obligasi yang dilaporkan akan menghasilkan laba
bagi perusahaan.
Penerbitan obligasi menawarkan beragam insentif untuk mempromosikan penjualan
obligasi dan mengurangi tingkat bunga yang diinginkan. Promosi ini meliputi fitur konversi
dan waran untuk membeli saham biasa perusahaan penerbit obligasi.
Analisis Kewajiban
Auditor merupakan satu sumber kewajiban dalam identifikasi dan pengukuran
kewajiban. Auditor menggunakan teknik konfirmasi langsung, melakukan telaah atas notulen
rapat, membaca kontrak dan perjanjian, serta bertanya pada pihak-pihak yang memahami
kewajiban perusahaan untuk meyakinkan diri mereka bahwa perusahaan mencatat seluruh
kewajiban. Sumber keyakinan lain adalah akuntansi berpasangan atau ayat berganda (doubleentry accounting) yang mensyaratkan adanya jurnal penyeimbang antara perolehan asset,
sumber daya atau biaya dengan kewajiban atau pembebanan sumber daya.

Jika kewajiban dinyatakan lebih rendah dari seharusnya, kita harus mewaspadai
penyajian laba lebih tinggi dari yang seharusnya karena beban yang lebih rendah atau
ditangguhkan.
SEWA( LEASING)
Sewa(lease) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (leasor) dan penyewa
(lease). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada leasee untuk menggunakan asset yang
dimiliki oleh leasor, selama masa sewa. Sebagai balasannya, lease menbayar sewa yang
disebut pembayaran sewa minimum (minimum lease payment MLP).
Dua metode alternative untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan dalam
kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan resiko kepemilikan secara substansial
dicatat sebagai perolehan asset dan menimbulkan kewajiban bagi lease. Sama halnya dengan
leasor yang mencatat sewa tersebut sebagai penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis sewa ini
disebut sewa pendanaan. Jika diklasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha, baik asset
yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa lainnya dicatat sebagai
sewa operasi (operating lease). Dalam hal operating lease, lease (leasor) mencatat MLP
sebagai beban (pendapatan )sewa, dan tidak ada asset atau kewajiban yang diakui dalam
neraca.
Lease sering mengatur sebuah sewa agar dapat dicatat sebagai operating lease, dengan
cara tersebut lease melakukan pendanaan di luar neraca (off balance sheet financing).
Pendanaan di luar neraca mengacu pada kenyataan bahwa dalam operating lease, asset sewa
maupun kewajiban yang terkait tidak diakui dalam neraca, walaupun banyak manfaat dan
resiko kepemilikan yang ditransfer kepada lease. Keputusan untuk mencatat sewa sebagai
capital lease atau operating lease dapat berpengaruh secara signifikan terhadap laporan
keuangan.
Pembahasan pendanaan sewa bagi lease dimulai dengan penjelasan pengaruh
klasifikasi sewa terhadap laporan laba rugi dan neraca. Selanjutnya adalah analisis
pengungkapan sewa dengan mengacu pada pengungkapan oleh best buy.
Klasifikasi dan Pelaporan Sewa
Lease mengklasifikasikan dan mencatat sewa sebagai capital lease jika pada saat
terjadinya, transaksi tersebut memenuhi minimal satu dari empat criteria sebagai berikut : (1)

terdapat transfer kepemilikan aset kepadaleasee pada akhir masa sewa; (2) terdapat opsi
untuk membeli aset pada harga murah (bargain price); (3) masa sewa 75% atau lebih dari
estimasi umur ekonomis aset; atau (4) nilai sekarang pembayaran sewa dan pembayaran sewa
minimum lainnya sebesar 90% atau lebih dari nilai wajar aset dikurangi dengan kredit pajak
investasi yang ditahan oleh leassor. Sewa dapat diklasifikasikan sebagai operating lease bila
tidak memenuhi kriteria tersebut.
Aturan akuntansi mensyaratkan lease untuk mengungkapkan, biasanya dalam catatan
atas laporan keuangan, hal-hal sebagai berikut : (1) MLP di masa depan secara terpisah untuk
capital lease dan operating lease untuk masing-masing tahun selamalima tahun mendatang
dan total setelahnya, dan (2) beban sewa untuk masing-masing periode yang dilaporkan di
laporan laba rugi.
Pengungkapan Sewa
Aturan akuntansi mensyaratkan perusahaan dengan capital lease untuk melaporkan
aset sewa maupun kewajiban sewa dalam neraca. Terlebih lagi, perusahaan harus
mengungkapkan komitmen sewa di masa depan untuk capital lease dan operating lease yang
tidak dapat dibatalkan. Pengungkapan ini berguna untuk tujuan analisis.
Analisis Sewa
Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease terhadap analisis laporan
keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan
laporan keuangan untuk operating lease yang seharusnya ducatat sebagai capital lease.
Dampak Operating Lease
Insentif bagi leasee untuk menstrukturkan sewa sebagai operating lease terkait dengan
dampak operating lease terhadap neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan dampak pada
laporan keuangan ini adalah :

Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari seharusnya dengan tidak

menyajikan pendanaan sewa dalam neraca, hal tersebut juga menaikkan rasio solvabilitas
yang sering digunakan dalam analisis kredit.

Operatig lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya. Hal ini dapat

meningkatkan rasio tingkat pengembalian investasi, terutama rasio perputaran aset (asset
turnover ratios).

Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan dengan capital lease.

Artinya, operating lease melaporkan laba lebih tinggi di awal masa sewa dan melaporkan laba
lebih rendah di akhir masa sewa.

Operating lease menyajikan kewajiban lancar lebih rendah dari seharusnya dengan

tidak menyajikan porsi pembayaran pokok yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dalam
neraca. Hal tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas lainnya.

Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan demikian, operating

lease menyajikan lebih rendah dari yang seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal
tersebut menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.
Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease
Untuk mengonversi operating lease menjadi capital lease, kita memerlukan estimasi
nilai sekarang kewajiban operating lease. Proses ini di mulai dengan estimasi tingkat bunga
yang akan kita gunakan untuk mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa. Untuk
perusahaan yang melaporkan capital lease maupun operating lease, kita dapat memperkirakan
tingkat bunga implicit untuk capital lease dan mengasumsikan tingkat bunga yang sama
untuk operating lease. Tingkat bunga implicit capital lease dapat dicari dengan cara cobacoba (trial and error) dan merupakan tingkat bunga yang menghasilkan angka proyeksi
pembayaran capital lease sama dengan angka nilai sekarang capital lease, di mana keduanya
diungkapkan dalam catatan kaki sewa.

Modal Saham( Capital Stock)


Pengertian Modal Saham
Modal menggambrkan hak pemilik atas perusahaan yang timbul sebagai akibat investasi yang
dilakukan oleh pemilik atau para pemilik. Struktur modal saham suatu perusahaan tergantung
pada bentuk badan usahanya Dewasa ini perusahaan-perusahaan besar dan raksasa umumnya
didominasi oleh perseroan-perseroan, perseroan mempunyai beberapa keunggulan tertentu
yang apabila ditangani dengan baik dapat membawanya berkembang dan lebih
menguntungkan. Salah satu kelebihan perseroan adalah terletak pada permodalannya.
Untuk mendapatkan dana yang diperlukan guna membiayai kegiatan operasinya, maka suatu
perseroan mengeluarkan sejumlah surat atau sertifikat saham yang dijual kepada para pendiri
dan orang-orang lain yang berminat . Dengan demikian perseroan akan mendapat sejumlah
aktiva yang besarnya tergantung pada jumlah lembar saham dan nilai tiap lembar saham yang
dijual. Setiap orang yang memilki saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan disebut
pemegang saham yang pada hakikatnya merupakan pemilik perseroan.

Tanggung Jawab Terbatas


Tanggung jawab para pemegang saham atas kewajiban-kewajiban perseroan biasanya terbatas
pada jumlah penyertaannya dalam perseroan yang bersangkutan.hal ini berarti bahwa
pemegang saham tidak bertanggung jawab dengan seluruh harta kekayaan yang dimilkinya
seandainya perseroan tidak mampu melunasi hutang-hutangnya. Itu sebabnya pemegang
saham hanya bertanggung jawab sebesar nilai saham yang dimilikinya.
Pemindahan Pemilikan
Saham-saham yang dikeluarkan suatu perseroan dapat dipindah tangankan tanpa
mempengaruhi opersi perusahaan. Apabila saham dijual oleh pemegangnya kepada pihak
lain, maka hal ini tidak perlu dibukukan oleh perseroan yang mengeluarkan saham tersebut,
tetapi cukup dengan membuat suatu catatan atau keterangan dalam buku saham.
Kelangsungan Hidup
Karena kepemilikan saham bisa dipindahkan atau dioperkan kepada pihak lain tanpa
menggangu jalannya operasi perusahaan, maka kelangsungan hidup perseroan lebih terjamin
bila dibandingkan dengan persekutuan. Dalam suatu persekutuan, setiap perubahan pemilik

secara tehnis akan menyebabkan bubarnya persekutuan yang lama dan membentuk
persekutuan baru.
Kemampuan Meningkatkan Modal
Tanggung jawab terbatas pemegang saham dan kemudahan dan kemudahan dalam menjual
kembali saham merupakan daya tarik yang meyebabkan perseroan mudah meningkatkan
modalnya apabila dikehendaki. Baik pemegang saham dalam jumlah besar maupun kecil,
sama-sama mempunyai hak pemilikan dalam perseroan. Dengan dmikian perseroan tidak
hanya menarik bagi orang-orang kaya tetapi juga penanam modal kecil. Keadaan inilah yang
menyebabkan perseroan umumnya bermodal besar.
Jenis-Jenis Saham
Jumlah dan jenissaham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan ditetapkan dalam akte
pendirian perseroan. Suatu perseroan mungkin mengeluarkan lebih dari satu jenis saham. Jika
saham yang dikeluarkan satu jenis, maka saham tersebut dinamakan saham biasa. Pemegang
saham biasa adalah merupakan pemilik yang paling pokok dalam perseroan. Mereka
mempunyai hak suara, turut menentukan dalam pembagian laba, menentukan penabahan
saham

saham

baru

atau

mungkin

juga

dalam

hal

liquidasi

perseroan.

Oleh karena pemegang saham biasa adalah merupakan pemilik perusahaan, maka mereka
berhak untuk memilih anggota-anggota dewan Komisaris. Selain mengeluarkan saham biasa,
suatu perseroan mungkin juga mengeluarkan jenis saham lainnya yang disebut saham
preferen. Salah satu keistimewaan saham preferen terletak pada hak istimewa dalam
pembagian dividen.
Dividen
Dividen adalah bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Apabila dewan
komisaris mengumumkan pembagian deviden, maka penegang saham preferen akan
mendapat sejumlah deviden tahunan tertentu sebelum ditentukan dividen untuk pemegang
saham biasa. Besarnya ditetapkan dalam akte pendirian perseroan yaitu dalam bentuk
persentase tertentu dari nilai pari saham atau dari nilai tertentu bila saham tidak mempunyai
nilai pari.
Hak Suara

Biasanya pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam memilih anggota
dewan komisaris. Namun hal tersebut bisa juga diberikan kepada pemegang saham preferen
apabila diatur dalam akte pendirian perseroan. Suatu akte pendirian mungkin menetapkan
bahwa semua pemegang saham mempunyai hak suara atau ada juga yang memberi hak suara
dalam hal-hal tertentu
Saham Bernilai Pari dan Tidak Bernilai Pari
Akte pendirian biasanya menyebutkan nilai tertentu untuk tiap lembar saham yang disebut
nilai pari saham. Nilai pari sangat penting artinya dalam rangka melakukan pencatatan
akuntansi atas saham. Saham mungkin dijual dengan harga yang berbeda dengan nilai
parinya. Bila saham dijual dengan harga lebih tinggi dari nilai parinya, maka selisih kelebihan
harga jual di atas nilai pari disebut agio, sedang bila dijual dengan harga lebih rendah dari
nilai pari, maka selisih kekurangan harga jual di bawah nilai pari disebut Disagio.
Istilah yang digunakan dalam akuntansi untuk kedua hal di atas adalah apa yang disebut Agio
Saham dan Disagio Saham.
Pengeluaran Saham Secara Tunai
Di dalam melakukan pengeluaran saham, perseroan bisa menggunakan jasa dari suatu bank.
Dalam hal ini bank bertindak sebagai underwriter pengeluaran saham, dimana bank tersebut
membeli saham dari perseroan dan menjualnya kembali kepada para penanam
modal/investor.
Dengan demikian perseroan tidak menanggung risiko bilasahamnya tidak laku dijual. Risiko
berpindah ketangan bank sebagai kompensasi atas laba yang diperolehnya dari penjualan
saham, karena bank bisa menjual saham dengan harga jual yang lebih tinggi dari harga
belinya.
Pesanan Saham
Kadang-kadang perseroan menjual sahamnya langsung kepada para investor tanpa melalui
bank saham dijual kepada para calon investor yang telah menandatangani kontrak pesanan
sebelum saham dikeluarkan.Bila perseroan yang akan mengeluarkan saham menerima
pesanan, maka pesanan tersebut dicatat dengan mendebet suatu rekening piutang yang
disebut piutang Pesanan Saham. Rekening yang harus di kredit adalah rekening Saham Biasa
Dipesan yang merupakan suatu rekening sementara. Disini perseroan menggunakan rekening
sementara karena saham belum diterima pembayarannya dan juga belum dikeluarkan.

Pengeluaran Saham Diterima Aktiva Bukan Kas


Dalam pengeluaran saham dimana perseroan tidak menerima kas tetapi berupa aktiva lain
misalnya tanah, gedung,atau aktiva lainnya, maka kita harus hati hati dalam menentukan
jumlah rupiah yang akan dicatat. Harta yang diperoleh harus dicatat sebesar nilai yang wajar
dari harta tersebut atau nilai yang wajar dari saham, tergantung mana yang lebih mudah
penentuannya.
Saham Yang Diperoleh Kembali
Apabila suatu perseroan membeli kembali saham-sahamnya yang telah beredar tetapi tidak
bermaksud menghentikan saham tersebut disimpan oleh perusahaan maka saham ini disebut
saham diperoleh kembali. Pembelian kembali saham yang sudah beredar ini bisa dilakukan
karena bebagai tujuan, misalnya apabila perseroan menginginkan agar saham-saham dimiliki
oleh para karyawannya, maka saham-saham yang telah dibeli kembali oleh perseroan akan
dijual kepada para karyawan. Namun apapun alasannya, bila perseroan membeli kembali
sahamnya, maka untuk suatu jangka waktu tertentu akan terjadi pengurangan modal pemilik.
Prosedur yang umum digunakan untuk mencatat pembelian kembali saham adalah dengan
mendebet rekening Saham Diperoleh Kembali sebesar harga perolehannya. Di dalam neraca
harga perolehan tersebut harus dikurangkan terhadap jumlah rekening rekening modal.
Modal Sumbangan
Modal sumbangan timbul karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan
berupa harta kekayaan tertentu tanpa imbalan. Sumbangan semacam ini bisa berasal dari
pemegang saham atau dermawan lainnya. Pemegang saham mungkin ingin memberi
sumbangan kepada perseroannya dengan memberikan saham yang dimilikinya. Pada waktu
sumbangan saham diterima, perseroan tidak membuat jurnal tetapi membuat suatu catatan
atau memorandum di buklu jurnal. Bila saham sumbangan di jual, maka perseroan akan
membuat jurnal dengan mendebet rekening Kas dan mengkredit rekening Modal Sumbangan.
Apabila perseroan menerima sumbangan berupa harta kekayaan lain, maka rekening aktiva
yang bersangkutan di debet dan rekening Modal Sumbangan di kredit.

LABA DITAHAN
Laba Ditahan adalah laba dari operasi dibagikan dan menjadi tambahan penyertaan
pemegang saham.
Laba Ditahan merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk
pembagian dividen.
Transaksi-transaksi yang mempengaruhi R/E adalah :
a.

Pembagian dividen

b.

L/R bersih operasi

c.

Koreksi pembukuan atas laba (rugi) tahun-tahun yang lalu

Laporan laba rugi bisa disajikan didalam laporan Laba Rugi atau terpisah dari laporan Laba
rugi. Dan laporan laba ditahan dapat disajikan di dalam Laporan Perubahan Modal, dimana
perubahan laba ditahan termasuk didalamnya.
Standar akuntansi harus membedakan antara transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang
mempengaruhi laba rugi yang akan disajikan dalam laporan laba rugi, dengan transaksitransaksi dan kejadian-kejadian yang mempengaruhi laba ditahan yang akan disajikan dalam
laporan Laba ditahan.
Macam-macam Dividen
1. Dividen Kas
Dividen yang paling umum dibagikan oleh PT adalah dividen kas. Yang perlu diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas ialah apakah
jumlah uang yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.
2. Dividen Aktiva Selain Kas ( Property Dividends )
Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki
oleh PT, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen
yang diterimanya ini sebesar harga pasar aktiva tersebut
3. Dividen Utang ( Scrip Dividends )

Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian
dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan PT akan mengeluarkan
scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan
datang.
4. Dividen Likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian modal. Apabila
perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham harus diberitahu
mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal,
sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.
5. Dividen Saham
Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para
pemegang saham, sebanding dengan sahamsaham yang dimilikinya. (Baridwan, 2000 : 434)
PENCADANGAN LABA DITAHAN
Kadang-kadang

manajemen

perusahaan

bermaksud

menggunakan

sumber-sumber

perusahaan untuk tujuan-tujuan khusus tertentu sehingga tidak dapat dibagikan dividen.
Sehingga guna memberitahukan kepada pemakai laporan tentang maksud tersebut maka
dibentuk pencadangan R/E.
Contoh:
a.

Untuk perluasan perluasan pabrik dilakukan dengan mentransfer dari laba ditahan Rp 1

juta selama 5 tahun. Jurnal untuk mencatat pencadangan tersebut setiap tahun selama 5 tahun
adalah sebagai berikut :
-

R/E

Laba ditahan yang dicadangkan untuk perluasan pabrik Rp 1juta (K)

b.

Rp 1juta (D)

Pada akhir tahun kelima saldo cadangan berjumlah Rp 5juta. Apabila perluasan pabrik

telah selesai dan pencadangan tersebut sudah tidak diperlukan, maka jumlah tersebut
ditransfer kembali ke laba ditahan :
-

Laba ditahan yang dicadangkan untuk perluasan pabrik Rp 5 juta (D)

R/E

Rp 5 juta (K)

QUASI REORGANISASI
Apabila perusahaan menderita rugi, rekening laba ditahan akan bersaldo negative atau deficit.
Menurut undang-undang quasi reorganisasi meliputi 3 langkah berikut ini :
a.

Semua aktiva dinilai kembali pad nilainya sekarang (biasanya nilai bersih yang dapat

direalisasi) sehingga perusahaan tidak dibebani biaya yang tinggi pada tahun-tahun
berikutnya karena nilai aktiva yang terlalu tinggi.
b.

Agio harus dibentuk paling tidak sama dengan jumlah deficit, dengan cara donasi dari

pemegang saham perusahaan, pengurangan nominal saham, atau cara-cara lainnya.


c.

Jumlah deficit kemudian dibebankan ke agio saham hingga bersaldo nol.

Karakteristik quasi reorganisasi


1.

Adanya bagian atau elemen hak-hak pemegang saham yang dicatat dengan nilai terlalu

tinggi;
2.

Adanya aktiva-aktiva yang dinilai tinggi menurut ukuran yang berlaku pada waktu itu;

3.

Adanya institusi menajamen baru.

CONTOH :
Posisi modal pemegang saham PT. Liesti sebelum quasi reorganisasi adlah sebagai berikut :
Saham biasa, 10.000lb nominal Rp 150

Rp 1.500.000

Agio Saham

Rp

R/E

(Rp 500.000)

Jumlah modal pemegang saham

300.000

Rp 1.300.000

Dalam rangka quasi reorganisasi dilakukan langkah-langkah berikut ini :


a.

Diadakan revaluasi (penilaian kembali) terhadap aktiva-aktiva perusahaan :

Persediaan barang dianaikkan sebesar RP 100.000

Intangible Assets Rp 200.000

Aktiva tetap diturunkan Rp 100.000

Jurnal revaluasi aktiva :


Persediaan

Rp 100.000

R/E

Rp 200.000
Intangible

Rp 200.000

Aktiva Tetap

Rp 100.000

(R/E ((Intangible + AT)-Persediaan))= 200.000

b.

Nilai nominal saham diturunkan dari Rp 150/lb menjadi Rp 50

Jurnal penurunan nilai nominal saham :


Modal saham Biasa

Rp 500.000

Agio Saham Biasa

Rp 500.000

(10.000lb x Rp 50 = Rp 500.000)
c.

Penghapusan deficit

Agio Saham biasa

Rp 500.000

R/E

Rp 500.000

(Nilai R/E awal)


Posisi modal pemegang saham PT. Liesti setelah quasi reorganisasi adalah sebagai berikut :
Saham biasa, 10.000lb nominal Rp 50

Rp 500.000

Agio Saham

Rp 300.000

R/E

Rp 0

Jumlah modal pemegang saham

Rp 800.000

You might also like