You are on page 1of 5

Kasus farklin

1. An 80-year old woman with a previous history of hypothyroidism presented with a


history of abdominal pain and vomiting. She had not moved her bowels for the
previous 7 days. Two weeks earlier her general practitioner had prescribed a
combination of paracetamol and codeine to control pain in her osteoarthritic hips.
Q; what are the likely underlying causes of this patients bowel dysfunction?
Pasien wanita yang berusia 80 tahun memiliki riwayat hipertiroid dengan riwayat nyeri pada
perut dan muntah. Selama 7 hari ini, dia mengalami gangguan pada motiltas ususnya.
Dimana 2 minggu sebelumnya dia diberikan obat kombinasi PCT dan kodein untuk
mengatasi nyeri pada osteosarthritis pinggulnya.
- OA= penyakit sendi yg ditandai hilangnya kartilago artikular, berakibat pembetukan osteofit,
rasa sakit dan pergerakan yg terbatas.
- Osteoarthritis (OA) yang dialami mungkin merupakan factor resiko dari penyakit hipertiroid
yang ia derita sebelumnya yang tidak diobati secara baik.
Analgetik: PCT (oral), kapsaisin (topikal), petimbangkan
glukosamin sulfat
COX-2inhibitor; AINS + PPI;
AINS+misoprostol
1-2 wk untuk nyeri; 2-4 wk untuk
inflamasi
Analgetik opioid, injeksi hiluronat

- ES kodein: mual, muntah, konstipasi berat, rasa ngatuk, depresi pernafasan, dan resiko
ketergantungan pada jangka panjang. Penguranan motilitas usus
- PCT + codein (analgetik, opioid combos) = 15/300; 30/300; 60/300.
Diindikasikan untk nyeri ringan-berat
Dosis: 30-60/300, per 4-6 jam, max 360/4000

2. A 70-year-old man was found by his general practitioner to have hypertension and was
commenced on lisinopril 5 mg once a day. He had a previous history of peripheral vascular
disease for which he had required angioplasty. Two weeks after commencing
antihypertensive treatment, he presented with lack of appetite, nausea and decreased urine
output.
Q; What do you think has happened and is the most likely underlying problem?
Pasien pria berumur 70 tahun didiagnosis mengalami hipertensi dan diberikan lisinopril 5
mg, 1x1. Riwayat: penyempitan pembuluh darah periver dan telah mendapatkan
angiosplasty. Setelah mengkonsumsi obat tersebut ia mengalami kurang nafsu makan, mual,
dan penuruan output urine.
- ES lisinopril: penglihatan kabur, urin keruh, kebingungan, penurunan dalam output
urin, pusing, pingsan, mual, lelah, lemah.
- Pemberian lisinopril dosis awal 5 mg adalah dosis yang aman untuk pasien lanjut usia
yang tidak diberikan diuretic. Pada pemberian monoterapi, lisinopril dapat
menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi denyut jantung.
- ACE inhibitor, menurunkan aktivitas renin angiotensin aldosteron sistem (RAAS).
- Renin (protein) dilepaskan oleh juxtaglomerolus apparatus di ginjal. Renin
menghasilkan angiotensin I dan diubah ke II oleh ACE (bentuk aktif yng menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menghasilkan aldosteron). Alsodteron menstimulasi reabsorbsi
air dan na.
- Efek samping ACE inhibitor:
a. Batuk kering, mengnduksi akumulasi komponen inflammatory (bradikinin dan
substance P), muncul 8-12 wk.
b. Pusing, karena tekanan darah terlalu rendah
c. Hiperkalemia, aldosteron ekskresi K, kalo aldosteron menurun maka K banyak
dalam serum (lemah, keram, aritmia)
d. Angioedema, jalan nafas bengkak dan terhalangi karena akumulasi cairan dan
bradikinin
e. Penurunan kemampuan merasa, karena sebagian sulfuhidril
f. Menurunkan fungsi renal, karena menurunka GFR. Selalu kembali setelah
medikasi dihentikan
g. Mual dan diare, ditunjukkan karena dehidrasi dan hipotensi.
- Penyakit arteri perifer adalah kondisi adanya lesi yang menyebabkan aliran darah
dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas menjadi terbatas. Stenosis arteri atau
sumbatan karena aterosklerosis, tromboembolism, dan vaskulitis dapat menjadi
penyebab PAD.
- Angioplasti termasuk kategori percutaneous surgery intervention dan tidak dianggap
sebagai operasi jantung besar. Prosedur ini membantu mengembalikan aliran darah ke
jantung pada kasus penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner.dalam bedah
invasive ini, ruang dibuat dengan menyisipkan dan menggmbungkan balon kecil
dalam arteri yang tersumbat. Balon kecil akan membuat plak tertekan ke dinding arteri
sehingga lebih banyak ruang terbentuk bagi aliran darah, setelah itu balon kembali
dikempeskan dan dikeluarkan dari arteri. Agar arteri tidak kembali mengempis maka

dokter akan memasukkan stent/semacam kawat kecil untuk menyanga arteri agar tetap
terbuka.
3. An 80-year-old woman presented to an out-patient clinic with a history of severe giddiness
and a few episodes of blackouts. She was being treated for angina and hypertension. She had
been on bendroflumethiazide 2.5 mg once daily, and slow release isosorbite mono nitrate 60
mg once daily for a few years. Her general practitioner had recently commenced nifedipine
SR 20 mg twice daily for poorly controlled hypertension. On examination her blood pressure
was 120/70 mmHg while supine and 90/60 mmHg on standing up.
Q; What is the underlying problem in this patient, and could it be caused by any of
themedications that the patient is taking?
Seorang wanita 80 tahun memiliki riwayat pusing berat dan beberapa episode tidak sadar.
Dia dirawat karena angina dan hipertensi. Dia diberikan bendroflumethiazide 2.5 mg 1x1.
Dan slow release ISDN 60 mg 1x1 beberapa tahun. Dokter umumnya baru-baru ini
memberikan nifedipin SR 20 mg 2x1 pada hipertensi yang tidak terkontrol. Pada
pemeriksaan darahnya didapatkan hasil yaitu 120/70 saat berbaring dan 90/60 saat berdiri.
- Posisi tubuh mempengaruhi tekanan darah karena adanya efek gratvitasi. Pengukuran
darah yang paling baik adalah saat berbaring karena gaya gravitasi mempengaruhi
secara seragam. Pada posisi berdiri, selain konstraksi jantung, pembuluh mendapat
beban tambahan karena darahnya mengumpul dalam pembuluh sehingga volume
sekuncup berkurang. Tekanan darah normal 120/70. Tekanan darah saat baring lebih
besar daripada berdiri.
- Mekanisme kerja bendroflumethiazide: menghambat reabsorbsi Na di tubulus distal
sehingga peningkatan eksresi na, air, K dan H. ES: hipotensi, phototoksik,
hipokalemia
- ISDN (angina), extended release pada dosis awal yaitu: 40 mg dan ditingkatan 80 mg.
pada orang tua, disarankan dosis terendah. ES: sakit kepala, lemah, pusing, gelisah
- NIfedipin, Angina dan hipertensi: 10 mg PO (biasa) atau 30-60 mg (ER) 1x1 initially.
Ditingkatkan perminggu jika perlu. ES: edema peripheral, pusing, mulas, mual,

4. MR. X is a 62 year old active scholl teacher. Four years ago he was found to have a raised TC and
elevated blood pressure for which he was started on 10 mg simvastatin and 2.5 mg bendroflumethiazide.
Over the years his dose of simvastatin has been gradually increased to 40 mg a day, but apart from this his
medication has remined unchanged. He presents at the clinic complining of aches and pains in his legs over
the past 10 days. On questioning he reveals that over recent months he has been eating fresh grapefruit and
consuming the occasional glass of grapefruit juice. A tentative diagnosis of myopathy is initially made.
Question:
1. What is the likelihood that grapefruit juice has contributed to Mr. Xs problem?
2. Are any additional biochemical tests warranted?
3. Would atorvastatin, rosuvastatin or pravastatin be a more appropriate statin to prescribe if Mr. X
wanted to continue with the occasional glass of grapefruit juice?
Bapak X adalah guru aktif berusia 62 thn. 4 tahun lalu dia memiliki kolesterol total yang tinggi dan tekanan
darah tinggi dan ia mulai mengkonsumsi 10 mg simvastatin dan 2.5 mg bendroflumethiazid. Selama
bertahun-tahun, dosis dari simvastatin bertahap meingkat menjadi 40 mg sehari, selain dari obat ini yang
diberikan tidak berubah. Dia dating ke klinik dan mengeluh sakit dan nyeri sakit di kakinya selama 10 hari
terakhir. Saat ditanya dia mengungkapkan bahwa beberapa bulan terakhir ia makan jeruk bali segar dan
minum sesekali jus jeruk segar. Diagnosis sementara, dia mengalami myopati.
- Untuk beberapa pasien yang mengkonsumsi statin mengalami keluhan otot dan hati. Kebanyakan
orang hanya mengalami nyeri otot ringan, beberapa juga mengalami rasa otot lelah dan lemah.
Namun gejala ini hampir selalu mereda setelah dihentikan pemberiannya. Setiap jenis statin tidak
menyebabkan nyeri otot.
- Miopati adalah penyakit otot dimana serabut otot tidak dapat berfungsi normal, akibatnya mengalami
kelamahan atau kelumpuhan. Atau terjadi sebaliknya, otot mengalami kekakuan, kram atau tegang.
- Hubungan miopati dengan simvastatin: adanya induksi sel apoptosis atau kematian sel myosit
terprogram dengan mengurangi isoprenoidya (lemak yg dihasilakan oleh HMG-CoA reduktase).
Isoprenoid terhubung dengan protein melalui farnesilasi. Menurut teori ini, statin memblokir
produksi farnesil pirofosfat dan mencegah prenilasi ikatan protein GTP protein Ras, Rac, Rho.
Penurunan tingkat terprenilasi ini menyebabkan peningkaan kadar kalsium sitosol yng selanjutnya
mengaktivasi enzim proteolitik capsase-3 dan capsase-9 yang memiliki peranana penting dalam
kematian sel.
- Efek samping parah dari simvastatin adalah miopati yang dapat dilanjutkan ke rhabdomyolisis.
Resiko miopati meningkat jika dengan simvastatin 40 mg/hari. Konsentrasi serum yang tinggi dapat
meningkatkan resiko simvastatin ke miopati/rhabdiolisis karena penurunan metabolism atovarstati,
lovastatin, dan simvastatin. Jus jeruk menghambat CYP3A4 dan pglycoprotein. Sehinga para ahli
mempertimbangkan fluvastatin dan resuvastatin.
- Seseorang yang mengkonsumsi statin juga harus menghindari jeruk bali. Karena dpt menyebabkan
efek samping yang serius. Grapefruit mengandung furanocoumarins yang menghambat kerja
Cytocrome P3A4 di usus halus. CYP ini memetabolisme obat di usus halus. Furanocoumarins ini
menghambat CYP3A4 sehingga zat aktif obat banyak diserap.
- yang berinteraksi dengan system enzim tertentu dalam hati. System enzim ini yang bertanggung
jawab memecah statin dan obat lain menjadi senyawa kimia yang berguna dan mengangkutnya
kedalam tubuh. Bargamoitin mencegah enzim ini memecah statin sehingga statin terakumulasi dan
tidak diangkut ke dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan hati.
- MK: simvastatin yaitu menghambat enzim HMG-CoA reductase.
- Tes lab untuk miopati:
Kreatinin kinase
Kadar elektrolit, ca, mg
Kadar serum mioglobin
Kreatinin serum dan nitrogen urea darah

Urinalisis mioglobinuria ditunjukkan dengan urinalisis positif dengan sedikit sel darah merah
pada evaluasi mikroskopis
Hitung darah lengkap
Tingkat sedimentasi eritrosit
Tes fungsi tiroid
Kadar aminotransferase aspartat

Kasus 5
5. Mrs. A is a very active, 55 year old caucasian lady who for the past 6 months has
been suffering from the classic symptoms of the menopause. Six months ago on a
routine visit to her doctor she had her lipid profile measured and this revealed on
HDL-C 0f 0.8 mmol/L and TC of 5mmol/L. Her blood pressure was 140/80 mmHg.
She is currently prescribed no medication but is receiving intensive lifestyle support to
lower her cholesterol. She has no other medical history of note other than a record that
her mother died at the age of 66 years from a heart attack. Mrs. A would like to be
prescribed hormon replacement therapy to control her menopausal symptoms and
reduce her risk of CVD.
Questions:
1. Is it appropriate to prescribe hormone replacement therapy to reduce Mrs. A s
cardiovascular risk?
2. What is the value of measuring HDL-C?
3. Does Mrs. A have a risk of CVD that requires treatment with a lipid-lowering
agent?
Mrs. A sangat aktif, seorang kaukasia berusia 55 thn yang selama 6 bulan terakhir telah
menderita gejala klasik menopause. 6 bulan lalu ada kunjungan rutin ke dokter dia memiliki
profil lipid diukur dan didapatkan bahwa kadar HDL-C nya sebesar 0.8 mmol/L dan kadar
kolesterol total 5 mmol/L. tekanan darahnya 140/60. Dia tidak diberi resep, hanya saran
perubahan gaya hidup. Tidak ada riwayat medis lain, tetapi ibunya meningal pada usia 66 thn
karena serangan jantung. Mrs. A ingin diresepkan hormone terapi penggantian untuk
mengontrol gejala menopause dan mengurangi resikonya CVD.
- Terapi penggantian hormone (HRT) bias menjadi pengobatan yang efektif untuk gejala
yang berhubungan dengan menopause. Ada juga masalah kesehatan jangka panjang
lainnya yang terkait dengan menopause resiko osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
dan stroke semua peningkatan setelah menopause. Untuk wanita dengan prematur
(usia <40 thn) atau awal menopause(<45 thn ), saat direkomendasikan menggunakan
HRT sampai usia 51 thn untuk pengobatan gejala vasomotor dan pelestarian tulang.

You might also like