Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.
3.
BAB II
KONSEP BERUBAH
2.1
Pengertian
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka
melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatau keadaan dan situasi.
Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Keterampilan pertama
adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam
menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan.
Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis di kelas dan pengalaman praktik. Perawat harus
diajarkan ilmu teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain.
Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam
perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, menjadi hal yang aneh
atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan lingkungannya terus-menerus
berubah, sedangkan keperwatan yang merupakan bagian masyarakat tersebut tidak
berubah dalam menata kehidupan profesi keperawatan. Perubahan adalah cara
keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi
era global (millennium III). Masyarakat ilmuan dan professional keperawatan Indonesia
melihat dan mempersiapkan proses profesionalisasi pada era global ini bukan sebagai
suatu ancaman untuk diikitu atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk beruapaya
lebih keras memacuproses profesionalisai keperawatan di Indonesia serta menyejajarkan
diri dengan keperawatan di Negara-negara lain. Mewujudkan keperawatan sebagai profesi
di Indonesia bukan hanya sekedar perjuangan untuk membela nasib para perawat yang
sudah lama kurang mendapat perhatian. Namun lebih dari itu, upaya ini dilakukan untuk
memenuhi hak masyarakat dalam mendapat asuhan keperawatan yang professional.
Keperawatan sebagai profesi yang merupakan bagian dari masyarakat akan
terus berubah sejalan dengan masyarakat yang terus berkembang dan mengalami
perubahan. Keperawatan dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain keperawatan sebagai
bentuk asuhan professional kepada masyarakat, keperawatan sebagai ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek), serta keperawatan sebagai kelompok masyarakat ilmuwan dan
kelompok masyarakat profesional. Dengan terjadinya perubahan atau pergeseran dari
berbagai faktor yang mempengaruhi keperawatan, akan berdampak pada perubahan dalam
3
karena itu, koalisi perlu dan harus dibentuk untuk mendukung perubahan. Selain itu,
perubahan juga harus didukung oleh strategi perubahan yang baik. Sebelum mempelajari
strategi perubahan, rangkuman teori-teori perubahan perlu dipelajari telebih dahulu.
2.3
Teori-Teori Perubahan
yaitu:
1. Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah;
2. Perubahan ditujukan untuk membuat prosedur kerja lebih efisien;
3. Perubahan ditujukan untuk mengurangi pekerjaan yang tidak penting;
2.3.2 Teori Roger (1962)
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang tiga tahap perubahan
dengan menekankan latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan
lingkungan di mana perubahan tersebut dilaksanakan. Roger (1962) menjelaskan lima
tahap dalam perubahan, yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan penerimaan
atau dikenal juga sebagai awareness, interest, evaluation, trial, adoption (AIETA).
7
Roger percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks daripada
tiga tahap yang dijabarkan Lewin (1951).setiap individu yang terlibat dalam proses
perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima,
mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagi hal yang
menghambat keberadaannya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif bergantung pada individu yang
terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan maju serta mempunyai suatu
komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya.
2.3.3 Teori Lipitts (1973)
Lippits (1973) dalam Husin (1999) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu, situasi atau
proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individ, situasi
atau kelompok, organisasi, atau system social yang mempengaruhi secara langsung
tentang status quo, organisasi lain, atau situasi lain. Tidak seorang pun bisa lari dalam
perubahan. Pertanyaannya aadalah bagaimana seseorang mengatasi perubahan tersebut?
Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut adalah mengidentifikasi tujuh tahap dalam
proses perubahan. Tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menentukan masalah.
Pada tahap lain, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri
dan menghindari kepetusan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. Individu yang
terlibat juga harus sering memikirkan dan mengetahui apa yang salah serta serta
berusaha menghindari data-data yang dianggap tidak sesuai. Setiap orang mempunyai
tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang fenomena yang terjadi.
Semakin banyak informasi tentang perubahan yang dimiliki seorang manajer, maka
semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang
mempunyai kekuasaan harus diikut sedini mungkin dalam proses perubahan tersebut.
2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan.
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi keberhasilan perubahan dalam
mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan kerja keras dan komitmen yang
tinggi dari semua orang yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang
terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan
yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan diberi. Mengingatkan mayoritas yang
8
Tabel 1.1
Lewin
Pencarian
Roger
Kesadaran
Lipitts
Mendiagnosis masalah
Mengkaji
motivasi,
Tertarik
kemampuan
Evaluasi
untuk
berubah
Mengkaji motivasi agen
pembaru dan berbagai
Bergerak
Pembekuan
2.4
Mencoba
Penerimaan
sumber saran
Menetapkan
perubahan
Menetapkan peran agen
pembaru
Mempertahankan
perubahan
Mengakhiri bantuan.
tujuan
10
Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang pentig
perubahan akan lebih baik jika mereka percaya seseorang dengan kejujuran dan nilai-nilai
yang diyakininya. Orang akan berani mengambil suatu risiko terhadap perubahan apabila
mereka dapat berfikir jernih dan tidak emosional dalam menghadapi perubahan. Setiap
perubahan harus diciptakan dalam suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung.
Uapaya yang harus ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Penjelasan
Mendefinisikan tujuan perubahan dengan melakukan pengkajian kepada
12
orang yang layak, menguji dokumen, dan menulis bahan-bahan yang sudah
dikembangkan, serta secara konsisten menatap kedepan sesuai visi yang
2
telah ditetapkan.
Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan rencana strategis
organisasi.
Di mana tujuan akan dapat dilaksanalan dengan baik dan orang lain akan
5
6
10
Selalu
mengembangkan
sesuatu
yang
komprehensif
dan
3. Perencanaan
Perencanaan ini termasuk jika sistem tidak bisa berjalan efektif dan perubahan
perencanaan apa yang harus dilaksanakan.
4. Legitimasi
Setiap perubahan harus mempunyai aspek legal yang jelas, siapa yang melanggar, dan
dampak apa yang secara administratif harus diterima olehnya.
5. Pendidikan
Perubahan pada prinsipnya adalah pengulangan belajar atau pengenalan cara baru
agar tujuan dapat tercapai.
6. Manajemen
Agen pembaru harus menjadi model dalam perubahan dengan adanya keseimbangan
anatara kepemimpinanterhadap orang dan tujuan/produksi yang harus dicapai.
7. Harapan
Berbagai harapan harus ditekankan oleh agen pembaru, seperti hasil yang berbeda
dengan sebelumnya direncanakan, terselesaikannya masalah-masalah di institusi, dan
kepercayaan serta reaksi yang positif dari staf.
8. Asuh (nurturen)
Bimbingan dan dukungan staf dalam perubahan. Orang memerlukan suatu bimbingan
dan perhatian terhadap apa yang telah mereka lakukan, termasuk konsultasi terhadap
hal-hal yang bersifat pribadi.
9. Percaya
Kunsi utama dalam pelaksanaan perubahan adalah berkembangnya rasa percaya antar
tim. Semua yang terlibat harus percaya kepada agen pembaru dan agen pembaru juga
harus percaya kepada staf yang terlibat dalam perubahan
BAB III
DINAMIKA KELOMPOK
14
3.1 Pengertian
Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika
juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan
kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok tersus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu artinya
setiap kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang
mengadakan interaksi yasng mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya
dengsan cara dan dasar kesatuan serta mempunyai tujuan yang sama. Interaksi anatar
anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota
kelompok.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan fisikologi secara jelas antara anggota yang satu dengan
yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersamaan.
Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai komsep yang menggambarkan
proses yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-berubah.
3.2 Fungsi Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang hidup dalam
sebuah kelompok. Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain :
1. Membentuk kerja sama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
(bagaimana pun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain)
2. Memudahkan segala pekerjaan. (banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan
tanapa bantuan orang lain)
3. Mengatasi pekerjaan ynag membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban
yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dsn efisien (pekerjaan besar
dibagi-bagi sesuai dengan kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian)
4. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat. (setiap individu bisa
memberikan masukan yang berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
3.3 Jenis Kelompok Sosial
15
Kelompok sosial adalah kesatuan kelompok ya g terdiri dari dua atau lebih individu
yang mengadakan interaksi sosial agar ada pembagian tugas, struktur dan norma yang
ada.
Berdasarkan pengertian tersebut kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberapa, antara
lain :
1. Kelompok primer
Merupakan kelompok yang didalamnya terjadi interaksi sosial yang anggotanya
saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang
yang terdiri dari beberapa orang yang ancap kali berkomunikasi dengan lainnya
sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa
melalui perantara.
Misalnya : keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
2. Kelompok sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung berjauhan, dan sifatnya kurang
kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif.
Misalnya : partai politik, perhimpunan serikat kerja dsn lsin-lain.
3. Kelompok formal
Pada kelompok inio ditandai dengan peraturan atau anggaran dasar (AD), anggaran
rumah tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi contohnya dari
kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD atau ART.
4. Kelompok informal
Yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik dan kebutuhan-kebutuhan seseorang.
Keanggotaan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya
tarik bersama dari individu dan kelompok. Kelompok ini terjadi pembagian tugas
yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati.
Misalnya : kelompok arisan
3.4 Ciri Kelompok Sosial
Suatu kelompok bisa dinamakan kelompok sosial bila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Memiliki motif yang sama anatara individu yang sama dengan yang lain.
(menyebabkan interkasi atau kerja sama untuk mencapai tujuan yang sama)
2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan anatar individu yang satu dengan
yang lain (akibat yang diutimbulkkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang
terlibat)
3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas
dan terdiri dari perasaan serta kedudukan masing-masing,
16
4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur
interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapi tujuan bersama.
3.5 Pembentukan Kelompok
Pembentukan kelompok dapat diawali dengan adanya persepsi, perasaan atau
motivasi, dan tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhannya. Seperti yang terlihat
dalma bagan berikut ini :
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan.
Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan
yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan masing-masing anggota (siapa
yang menjadi anggota atau ketua). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan
perbedaan antara individu yang satu dengsn ysng lainnya sehingga timbukl perpecehan
(konflik). Perpecahan yang terjadi biasanya sifat sementara karena kesadaran arti
pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri
demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam
kelompok mudah terjadi.
Langkah proses pembentukan tim diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses
selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut :
1. Persepsi
Pembagian kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan interegensi yang dilihat
dari pencapaian akademis.
Misalnya terdapat satu atau lebih punya kemapuan intelektual, atau yang lain
memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota
yang memiliki kelebihan tertentu bisa menginduksi anggota lainnya.
2. Motivasi
Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan keampuan
yang ada setiap kelompok juga akan memicu kompetisi internal secara sehat. Dengan
demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu poengetahuan agar bisa
memotivasi diri untuk maju
3. Tujuan
Terbentuknya kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugastugas kelompok atau individu.
4. Organisasi
17
18
a. Anggota pisikologis
Secara pisikologis memiliki minat untuk berpartisipasi dalam kelompok
norma
b. Anggota marginal
Kelompok menerima baik anggotanya tetapi bersikap menjauh dan tidak
ingin terlibat dalam kelompoknya.
c. Anggota pemberontak
Anggota kelompok yang bersikap menetang dan tidak bersedia menerima
norma yang ada.
BAB IV
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4.1 Definisi
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan
pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin
20
akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi
masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan
keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :
1.
2.
mungkin.
Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.
d.
21
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan
berbagai masalah :
a.
b.
c.
2.
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat
dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.
3.
4.
5.
organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki
beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya
oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang
resmi maka akan lebih permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang
semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik
diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan
sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.
4.3
4.4
24
Perencanaan
kemungkinan
Menduga masalah yang
Pengambilan Keputusan
Mengenalkan Perubahan
Lampau
Kini
Bagan : Proses Pemecahan masalah
Akan datang
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :
Masalah
Pengumpulan Data
Analisa Data
Mengembangkan pemecahan
Memilih alternatif implementasi
Evaluasi
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan diatas adalah salah satu
penyelesaian yang dinamis. Penyebab umum gagalnya penyelesaian masalah adalah
kurang tepat mengidentifikasi masalah.
langkah yang paling penting. Kualitas hasil tergantung pada keakuratan dalam
mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah dipengaruhi oleh informasi yang tersedia, nilai, sikap dan
pengalaman pembuat keputusan serta waktu penyelesaian masalah. Terutama waktu yang
cukup untuk mengumpulkan dan mengorganisir data.
4.5
4. Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas hal-hal
tidak normal.
4.6
5. Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu
alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan
ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan,
kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif
pada masa yang akan datang.
6. Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu
sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari
pelaksanaannya.
7. Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi
untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah
diputuskan.
4.7
b)
c)
d)
e)
f)
g)
untuk situasi yang krisis atau ketika kelompok senang menerima tipe ini sebagai gaya
keputusan. Bagaimanapun anggota staf umumnya lebih mendukung untuk pendekatan
konsultatif dan kelompok. Konflik dapat terjadi ketika masalah tidak terstruktur dibahas
atau jika manajer tidak mempunyai pengetahuan atau ketrampilan dalam proses
pemecahan masalah.
27
4.8
4.9
Keputusan harus berkualitas tinggi dan dapat mencapai tujuan atau sasaran yang
2.
28
pilihan yang paling baik untuk menilai sebelum mendefinisikan tujuan, implementasi dan
evaluasi.
4.10 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Etis
1. Tingkat Pendidikan
Rhodes (1985) berependapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan
perawat akan membantu perawat untuk membuat suatu keputusan etis. Salah satu tujuan
dan program pendidikan tinggi bagi perawat adalah meningkatkan keahlian kognitif dan
kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).
Penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan bahwa taraf
pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan pembuatan keputusan
etis dalam keperawatan klinis. Faktor yang bertanggung jawab terhadap variabilitas yang
besar dalam pembuatan keputusan etis dalam keperawatan klinis adalah nilai peran.
2. Pengalaman
Pengalaman sering kali disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi
pembuatan keputusan dan hal ini perlu diperhatikan secara lebih jauh. Yung (1997)
mengusulkan pengalaman yang lalu dalam menangani dilema etik mempengaruhi
mahasiswa keperawatan dalam mengembangkan pembuatan keputusan etis. Hasil
temuan dari sebuah penelitian yang yang dilaksanakan Cassels dan Redman ( 1989)
tentang perawat yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa
pengalaman yang lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam
asuhan keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh
karena itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara
umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.
3. Faktor Agama Dan Adat Istiadat
Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua seseorang
akan semakin banyak pengalaman dan belajar, mereka akan lebih mengennal siapa
dirinya dan nilai yang dimilikinya.
Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh pada seseorang dalam
pembuatan keputusan etik. Kaitan adat istiadat dan implikasi dalam keperawatan sampai
saat ini belum tergali jelas di Indonesia.Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau
pasien sangat berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik. Misalnya, setiap rumah
29
sakit di mempunyai aturan menunggu dan persyaratan pasien yang boleh ditunggu,
namun hal ini sering tidak dihiraukan oleh keluarga pasien dengan alasan rumah jauh
atau pasien tidak tenang bila tidak ditunggu keluargannya, dan lain-lain. Ini sering
menimbulkan masalah etik bagi perawat antara membolehkan dan tidak membolehkan
keluarga menemani pasien di Rumah sakit.
4. Komisi Etik
Komisi etik merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan etis
yang dibuat oleh perawat dalam praktiknya (Ellis dan Hartley, 2001). Sedangkan
Ramsey (1999) menjelaskan bahwa Komisi Etik Keperawatan memberi forum bagi
perawat untuk berbagi perhatian dan mencari solusi pada saat mereka mengalami dilema
etik yang tidak dijelaskan oleh dewan etik kelembagaan. Komisi etik tidak hanya
memberi pendidikan dan menawarkan nasehat melainkan pula mendukung rekan-rekan
perawat dalam mengatasi dilema etik yang ditemukkan dalam praktik sehari-hari.
Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
semakin terlibat secara formal dalam pengambilan keputusan yang etis dalam organisasi
perawat kesehatan. (Haddad,1998)
5. Faktor Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Pada abad ke-20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkatan pengetahuan dan
teknologi yang meliputi berbagai bidang. Manusia telah menjelajahi ruang angkasa dan
mendarat di beberapa planet selain bumi. Sistem komunikasi anatara negara dapat
dilaksanakan secara langsung dan tempat yang jaraknya ribuan kilometer.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
mampu memperpanjang usia manusia dengan ditemukkannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya klien dengan gangguan
ginjal yang dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis. Wanita yang
mengalami kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan ini menimbulkan
pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
6. Faktor Legislasi Dan Keputusan Yuridis
Saat ini, aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etik kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu
bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan masalah hukum
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka
melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatau keadaan dan situasi.
Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Keterampilan pertama
adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam
menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan.
Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis di kelas dan pengalaman praktik. Perawat harus
diajarkan ilmu teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain.
Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak,
berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika
juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan
kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok,
semangat kelompok tersus menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu artinya setiap
kelompok yang bersangkutan dapat berubah
Selain bagaimana memahami konsep berubah dan mngenai dinamika kelompok
seorang manajer keperawatan/kebidanan juga harus mempunyai keberanian untuk
mengambil keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul
sebagai konsekuensi
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah yang difokuskan untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman
yang berharga yang cukup efektif dalam pemecahan masalah.
31
5.2 Saran
Kita sebagai perawat hendaklah menerapkan atau mengaplikasikan manajemen
keperawatan dengan efektif dalam setiap melakukan proses keperawatan, sehingga dalam
memberikan
pelayanan
bisa
dilakukan
secara
optimal.
Manajemen keperawatan dikatakan baik apabila dalam satu tim bisa berpatisipasi secara
aktif
DAFTAR PUSTAKA
32