Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan
aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan
meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Menurut WHO pada 2006 ada 300 juta orang di dunia yang menderita
penyakit asma dan ada 225 ribu penderita asma meninggal dunia. Delapan
puluh persen angka kejadian asma terdapat di negara berkembang akibat
kemiskinan, kurangnya tingkat pendidkan, pengetahuan dan fasilitas
kesehatan. Jika hal ini tidak terkontrol dengan baik angka kematian akibat
asma bisa meningkat sebanyak 20 persen untuk sepuluh tahun mendatang.
Maka dari itu pengetahuan tentang penyakit tersebut sangat diperlukan,
khususnya pengetahuan tentang usaha meminimalisir angka penderita asma
dengan cara menjauhi faktor faktor pencetusnya serta cara mengobatinya
dengan segera sesuai dengan acuan teori yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimanakah konsep penyakit penyakit asma?
1.2.2 Bagaimanakah pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit asma?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskantentang konsep penyakit asma dan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit asma.
1.3.2
Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, web of caution, pencegahan
dan penatalaksanaan penyakit asma,
2) Mahasiswa menjelaskan tentang pengkajian, diagnosa, intervensi,
dan implementasi pada pasien penyakit asma,
3) Mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
penyakit asma.
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat memberikan informasi tentang:
1.4.1 Konsep penyakit dengan hypersensitivitas pada sistem respirasi : asma
1.4.2 Asuhan keperawatan pada pasien dengan hypersensitivitas pada
sistem respirasi : asma
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian
Asma merupakan penyakit kronis yang umum dan berpotensi menjadi
penyakit yang serius yang menyebabkan beban besar pada pasien keluarga
dan masyarakat. ini menyebabkan gejala pada sistem pernapasan, aktivitas
terbatas, dan serangan yang kadang kadang memerlukan tindakan segera
dan mungkin berakibat fatal (GINA, 2015).
Asma adalah suatu penyakit dimana jalan nafas mengalami obstruktif
intermiten dan reversible, trakea dan bronki berespon hiperaktif terhadap
stimulus tertentu. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif karena asma
prosesnya reversible (Brunner& Suddarth, 2013).
Asma bisa menyerang sembarang golongan usia. Setengah dari kasus
terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Hampir 17% dari semua warga Ameerika mengalami asma suatu kurun waktu
dalam kehidupan mereka. Meskipun asma juga bisa berakibat fatal, tetapi
asma lebih sering ditakuti karena mengganggu, mempengaruhi kehadiran di
sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik dan banyak aspek kehidupan
lainnya. (Brunner& Suddarth, 2013)
1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya asma akibat faktor instrinsik dan ekstrensik :
1.2.1 faktor intrinsik
1) Stres Emosional
2) Stres Psikologik
3) Faktor genetik
1.2.2 faktor ekstrinsik
1) Serbuk / partikel
2) Kulit / bulu hewan
3) Debu / jamur rumah
4) Bantal kapuk / bulu
5) Penyedap / bumbu makanan yang mengandung sulfit dan bahan
sensitive lain.
6) Predisposisi herediter
7) Sensitivitas terhadap alergen atau iritasi seperti polutan
8) Infeksi virus
9) Obat, seperti aspirin, penyekat beta asrenergik, dan obat anti
inflamasi nonsteroid.
10) Tartrazin
11) Udara dingin
12) Olahraga
(mmHg,
udara
ruangan)
PaCO2
(mmHg)
<42
<42
42
42
1.4 Patofisiologi
Gambar
1.
Phatofisiologi
asma,
adapted from materials
developed
for
the
Global Initiative for
Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention,
Global Initiative for Asthma (GINA) 2008.
Menurut Sudoyo, dkk (2009) obstruksi jalan nafas pada asma merupakan
kombinasi dari spasme otot bronkus sumbatan mucus edema dan inflamasi
dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena secara
fisiologis saluran nafas menyempit selama fase tersebut yang mengakibatkan
udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi.
Selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional
(KRF) dan pasien pasien akan bernafas pada volume yang tinggi mendekati
kapasitas paru total. Keadaan hiper inflasi ini bertujuan agar saluran nafas
tetap tebuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan
hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu nafas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara
obsjektif dengan VEP 1 (volume ekspirasi paksa detik pertama) atau APE
(arus puncak ekspirasi) sedangkan penurunan KVP (kapasitas vital paksa)
menggambarkan derajat hiper inflasi paru. Penyempitan saluran nafas dapat
terjadi baik pada saluran nafas sedang, besar maupun kecil. Di dalam mengi
menandakan ada penyempitan di saluran nafas besar, sedangkan pada saluran
nafas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibading mengi.
Faktor Intrinsik :
a. Stres emosional
b. Faktor genetik
Permiabilitas kapiler
meningkat
Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi
otot polos meningkat
Konsentrasi O2
dalam darah
Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus pada tahap ekpirasi dan inspirasi
Gangguan
pertukaran
gas
Asidosi
Aerob-
Ansietas
ATP menurun
Suplai O2 ke otak
Koma
Penyempitan
jalan
pernapasan
Suplai O2 ke jaringan
Peningkatan
kerja otot
pernapasan
Hiperventil
Retensi
Nafsu makan
Asam laktat
Perfusi
jaringan
perifer
Ketidakefektif
an pola nafas
Intoleransi
Aktifitas
Kelelahan
Asidosis
Respirato
rik
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.6 Penatalaksanaan
Perinsip umum penatalaksanaan asma menurut GINA 2015 :
1.6.1 Penanganan eksaserbasi dalam perawatan primer atau akut :
Menilai tingkat keparahan eksaserbasi sementara memulai
SABA dan oksigen. Menilaidyspnea (misalnya pasien dapat berbicara
kalimat penuh , atau hanya kata-kata),laju pernafasan, denyut nadi,
saturasi oksigen dan fungsi paru-paru (misalnya PEF).
1.6.2 Periksa anafilaksis.
Mempertimbangkan alternatif penyebab sesak napas akut
(misalnya gagal jantung,disfungsi saluran napas atas, mengirup
zat/partikel asing atau paru emboli).Mengatur untuk segera transfer ke
fasilitas perawatan akut jika ada tanda-tandaeksaserbasi parah, atau
untuk perawatan intensif jika pasien mengantuk, bingung,
ataumemiliki dada yang diam. Untuk pasien ini, segera berikan untuk
menghirup SABA,ipratropium bromida, oksigen dan kortikosteroid
sistemik.
Perawatan dimulai dengan berulang memberikan dosis
SABA (biasanya dengan pMDI dan spacer), oral kortikosteroid awal,
dan aliran oksigen yang dikontrol jika tersedia. Periksarespon gejala
dan saturasi sesering mungkin dan ukur fungsi paru-parusetelah 1
jam. Titrasi oksigen untuk mempertahankan saturasi 93-95% pada
orang dewasa danremaja (94-98% pada anak-anak 6-12 tahun).
Untuk eksaserbasi parah, tambahkan ipratropium bromida,
dan pertimbangkan untuk memberikanSABA oleh nebulizer. Di
fasilitas perawatan akut, intravena magnesium sulfatdapat
dipertimbangkan jika pasien tidak menanggapi pengobatan awal
intensif
.
Jangan secara rutin melakukan sinar-x atau gas darah, atau
meresepkan antibiotik,untuk asma yang mengalami eksaserbasi.
1.6.3
Meninjau respon
Memantau pasien dengan erat dan sesering mungkin selama
pengobatan, dan berikan perawatan titrasisesuai dengan respon.
Mentransfer pasien untuk tingkat perawatan yang lebih tinggi jika
keadaanmemburuk atau pasien gagal untuk merespon.
Memutuskan tentang perlunya rawat-inap yang didasarkan pada
status klinis,gejala dan fungsi paru-paru, respon terhadap pengobatan,
riwayat mengalami eksaserbasi, dan kemampuan untuk dirawat di
rumah.Sebelum pasien keluar,atur perawatan berkelanjutan. Untuk
10
11
Pemeriksaan fisik
1 Status kesehatan umum
Klien tampak cemas, lelah, sulit bernafas, napas cepat, nadi
menigkat, respisari meningkat, tekanan darah meningkat.
2 Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi
dan fungsi olfaktori.
3 Leher
Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, distensi vena
jugularis, pembengkakan stroma.
4 Thorak
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otototot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta
frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
c) Perkusi
12
13
14
NOC
Respiratory status:
Ventilation
Respiratory status: Airway
patency
Kriteria Hasil:
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pused lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
Mampu mengidentifikasi dan
mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas.
NIC
Airway suction
- Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning
- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning.
- Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suctioning.
- Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan.
- Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion nasotrakeal
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan
tindakan.
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dalam setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal.
- Monitor status oksigen pasien.
- Ajarkan keluarga sebagaimana cara melakukan
suksion.
- Hentikan suksion dan berikan oksigen oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan.
- Pasang mayo bila perlu.
15
2.
Orthopneu
Gelisah
Mata terbuka lebar.
Faktor-faktor yang berhubungan:
Lingkungan:
Perokok pasif
Menghisap asap
merokok
Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas
Mukos dalam jumlah
berlebihan
Eksudat dalam jalan alveoli
Materi asing dalam jalan
napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi bertahan/sisa sekresi
Fisiologi
Jalan napas alergik
Asma
Penyakit paru obstruktif
kronik
Hiperplasi dinding bronkial
Infeksi
Disfungsi neuromuskular
Ketidakefektifan pola napas b.d
NOC
NIC
16
Respiratory status:
Ventilation
Respiratory status: Airway
patency
Vital sign Status
Kriteria Hasil
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan).
Airway Management
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
jaw thrust bila perlu.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan.
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapy
- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
17
3.
NOC
Respiratory status: Gas
exchange
Respiratory status:
ventilation
Vital sign Status
Kriteria Hasil:
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
18
19
mengetahui hasilnya
4.
NIC
Cardiac Care
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
durasi)
- Catat adanya disritmia jantung
- Catat adanya tanda dan gejala penurunan
cardiac output.
- Monitor status kardiovaskuler
- Monitor status pernafasan yang menandakan
gagal jantung
- Monitor abdomen sebagai indicator penurunan
perfusi
- Monitor balance cairan
- Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, takipneu dan
ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau
20
berdiri
Auskultasi TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor adanya pulsus paradoksus
Monitor adanya pulsus alterans
Monitor jummlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
21
5.
NOC
Energy conservation
Activity tolerance
Self Care: ADLs
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara
mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
NIC
Activity Therapy
- Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan.
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
22
mencerminkan iskemia
Level kelemahan
Ketidaknyamanan setelah
Mampu berpindah: dengan
beraktivitas
atau tanpa bantuan alat
Status kardiopulmonari
Dispnea setelah beraktivitas
adekuat
Menyatakan merasa letih
Sirkulasi status baik
Menyatakan merasa lemah
Status respirasi: pertukaran
Faktor yang berhubungan:
gas dan ventilasi adekuat.
Tirah Baring atau imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Imobilitas
Gaya hidup monoton
Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC
dari kebutuhan tubuh b.d laju
Nutritional status: food and
metabolic, dispnea saat makan,
fluid intake
kelemahan otot pengunyah.
Nutritional Status: nutrient
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup
intake
untuk memenuhi kebutuhan
Weight control
metabolik
Kriteria Hasil:
Batasan karakteristik:
Adanya peningkatan berat
Kram abdomen
badan sesuai dengan tujuan
Nyeri abdomen
Berat badan ideal sesuai
Menghindari makanan
dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi
Berat badan 20% atau lebih di
kebutuhan nutrisi
bawah berat badan ideal
6.
NIC
Nutrition Management
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
dan vitamin C
- Berikan substansi gula
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
23
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan
asupan makanan adekuat
Kesalahan konsepsi
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat
Ketidakmampuan memakan
makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Mengeluh asupan makanan
kurang dari RDDA (recomended
daily allowance)
Cepat kenyang setelah makan
Sariawan rongga mulut
Steatorea
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
Faktor-faktor yang berhubungan:
24
7.
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan
makanan
Faktor psikologis
Ansietas b.d keadaan penyakit
NOC
yang diderita.
Anxiety self-control
Definisi: Perasaan tidak nyaman atau Anxiety level
kekhawatiran yang samar disertai
Coping
respon autonom (sumber yang sering Kriteria Hasil:
kali tidak spesifik atau tidak
Klien mampu
diketahui oleh individu); perasaan
mengidentifikasi dan
takut yang disebabkan oleh antisipasi
mengungkapkan gejala
terhadap bahaya. Hal ini merupakan
cemas
isyarat kewaspadaan yang
Mengidentifikasi,
memperingatkan individu akan
mengungkapkan dan
adanya bahaya dan kemampuan
menunjukkan tehnik untuk
invididu untuk bertindak menghadapi
mengontrol cemas
ancaman.
Vital sign dalam batas normal
Batasan karakteristik:
Postur tubuh, ekspresi wajah,
Perilaku
bahasa tubuh dan tingkat
- Penurunan produktivitas
aktivitas menunjukkan
- Gerakan yang ireleven
berkurangnya kecemasan.
NIC
Anxiety Reduction (Penurunan Kecemasan)
- Gunakan pendekatan yang menenangkan
- Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
perilaku pasien
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
- Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
- Temani pasien untuk memberikan keamanan
dan mengurangi takut
- Dorong keluarga untuk menemani anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
25
Gelisah
Melihat sepintas
Insomnia
Kontak mata yang buruk
Mengekspresikan
kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa
hidup.
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
Affektif:
- Gelisah, Distres
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Berfokus pada diri sendiri
- Peningkatan kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Iritabilitas
- Gugup senang berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan ketidak
berdayaan
26
27
28
29
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Menurut WHO pada 2006 ada 300 juta orang di dunia yang
menderita penyakit asma dan ada 225 ribu penderita asma meninggal dunia.
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.
BeberapafaktorresikopadapenyakitAsmayaitu,faktorpenjamudan
faktorlingkungan,yangmenyebabkanseseorangmengalamiseranganAsma
bahkanjikatidakditanganidenganseriusbisaterjadiperubahanirreversible
padastrukturdanfungsijalannafas,denganmanifestasiklinisbatuk,sesak
nafasyang
biasaterjaditerutamadimalamhari, mengi,penggunaanotot
pernafasantambahan,retraksidindingdada,dll.
Beberapadiagnosakeperawatanyangmungkinmunculdiantaranya:
1) Ketidakefifan bersihanjalannafasberhubungandengan mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam alveoli dan
bronkospasme
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
dan deformitas dinding dada
3) Gangguan pertukaran gas berhungan dengan retensi karbondioksida
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas
dan volume sekuncup jantung
5) intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari b.d laju metabolic , dispnea saat
makan, kelemahan otot pengunyah
7) Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita
1.2 Saran
Pasien hendaknya memahami tentang kondisi penyakitnya dan
mampu menghindari faktor pencetus timbulnya Asma dan ketika sudah
terjadi serangan hendaknya pasien mampu melakukan penatalaksanaan
penyakit asma di rumah, ketika terjadi serangan asma berat hendak nya
langsung ke layanan kesehatan terdekat
Peran tenaga medis dan layanan
kesehatan sangat penting dalam menolong penderita Asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu
menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma.
30
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. ( 2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1023/MENKES/SK/XI/2008. Pedoman pengendalian penyakit asma.
Jakarta:Depkes RI.
Djojodibroto. (2009). Respirologi ( Respiratory Medicine). Jakarta : EGC
Geiger,M.&Wilson,B.D.J ( 2008).Respiratorynursing(acorecurriculum).
NewYork:SpringerPublishingCompany.
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.
Sudoyo, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Jakarta pusat :
Interna Publising
Williams,Lippincott&Wilkins.
(2002).Kapitaselektapenyakitdenganimplikasi
keperawatanedisi2.Jakarta:EGC
Global Initiative For Asthma.(2015). Pocket Guide For Asthma
Management and
Prevention. www.ginasthma.org. diakses tanggal 22 -09-15
Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. Hinkle, Janice L. Cheever, Kerry
H.(2013).
Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing 12ed.
China.Lippincott Williams & Wilkins
31
LAMPIRAN
32