Professional Documents
Culture Documents
OLEH KELOMPOK 6
KELAS C.11
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kelenjar tiroid terletak tepat dibawah laring pada kedua sisi dan sebelah
anterior trakea. Tiroid menyekresikan dua hormon utama, tiroksin dan
triiodotironin serta hormon kalsitonin yang mengatur metabolisme kalsium
bersama dengan parathormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid
Kerja kelenjar tiroid ini dipengaruhi oleh kecukupan asupan iodium.
Defisiensi hormon tiroid ini dapat menimbulkan gangguan tertentu yang
spesifik. Cretinism, misalnya, yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan
dibawah normal disertai dengan retardasi mental merupakan akibat dari hormon
tiroid yang inadekuat pada saat perkembangan janin. Kekurangan asupan
yodium yang biasanya terjadi pada daerah goiter (gondok) endemis banyak
terjadi karena defisiensi yodium menyebabkan hipotiroidisme sehingga
mengakibatkan pembengkakan kelenjar.
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid, yang akan disimpan sebagai
residu asam amino tiroglobulin, tiroglobulin merupakan glikoprotein yang
menempati sebagian besar folikel koloid kelenjer tiroid.
Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi dan konversi hormone tiroid
terdiri dari beberapa tahap:
ambilan ion yodida oleh kelenjer
oksidasi yodida dan yodinasi gugus tirosil pada tiroglobulin
penggabungan residu yodotirosin dan menghasilkan yodotironin
resorpsi koloid tiroglobulin dari lumen kedalam sel
proteolsis tiroglobulin dan pengeluaran atau sekresi tiroksin ( T4 ) dan ( T3 )
ke aliran darah
recyling yodium diantara sel-sel tiroid melalui deodinasi dari mono dan
diadotirasin dan penggunaan kembali ion yodida dan konversi T4 menjadi T3 di
jaringan perifer da dalam kelenjer tiroid.
BAB II
PEMBAHASAN
1. HORMON TIROID
A. Hormon Tiroid
Tahap pertama pembentukan hormon tiroid adalah pompa iodida dari
darah ke dalam sel dan folikel kelenjar tiroid. Membran basal sel tiroid
memompakan iodida masuk ke dalam sel yang disebut dengan penjeratan
iodida (iodide trapping). Sel-sel tiroid kemudian membentuk dan
mensekresikan tiroglobulin dari asam amino tirosin. Tahap berikutnya adalah
oksidasi ion iodida menjadi oleh enzim peroksidase. Selanjutnya terjadi iodinasi
tirosin menjadi monoiodotirosin, diiodotirosin, dan kemudian diatur oleh enzim
iodinase. Kemudian, hormon tiroid yang telah terbentuk ini disimpan di dalam
folikel sel dalam jumlah yang cukup untuk dua hingga tiga bulan. Setelah
hormon tiroid terbentuk di dalam tiroglobulin, keduanya harus dipecah dahulu
dari tiroglobulin, oleh enzim protease. tiroid. Keduanya diangkut dengan
menggunakan protein plasma. Karena mempunyai afinitas yang besar terhadap
protein plasma, hormon tiroid, khususnya tiroksin, sangat lambat dilepaskan ke
jaringan. Kira-kira tiga perempat dari tirosin yang teriodinasi dalam tiroglobulin
tidak akan pernah menjadi hormon tiroid, hanya sampai pada tahap
monoiodotirosin atau diiodotirosin. Yodium dalam monoiodotirosin dan
diiodotirosin ini kemudian akan dilepas kembali oleh enzim deiodinase untuk
membuat hormon tiroid tambahan
Regulasi hormon tiroid adalah sebagai berikut. Hipotalamus sebagai master
gland mensekresikan TRH (Tyrotropine Releasing Hormone) untuk mengatur
sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) dari hipofisis anterior meningkatkan sekresi tiroid
dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai efek umpan balik negatif,
bila hormon tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga menghambat sekresi
TRH maupun TSH. Bila jumlah hormon tiroid tidak mencukupi, maka terjadi
efek yang sebaliknya
Cara
kerjanya
dapat
dijelaskan
dengan adanya hambatan terhadap enzim peroksidase sehingga oksidasi ion yodida
dan gugus yodotirosil terganggu.
Efek samping
Reaksi yang paling sering timbul adalah demam obat, yang terutama terjadi
dalam pengo batan. Gejala lain yang jarang sekali timbul adalah nyeri dan kaku
sendi, terutama pada lengan dan pergelangan: nyeri itu dapat pindah ke sendi lain.
Indikasi
Antitiroid
digunakan
untuk
pengobatan
hipertiroidisme,
baik
untuk
- Efek samping
PTU dan methimazole jarang sekali menimbulkan efek samping. Tapi bila
timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama ( frekuensinya 3 % untuk
PTU dan 7 % untuk methimazole ). Agranulositosis akibat dari PTU
menimbulkan frekuensi 0,44 % dan methimazole 0,12 %. Meski jarang,
agranulositosis merupakan efek samping yang serius, efek ini bersifat
tergantung dosis ( dose dependent ), sedangkan untuk PTU tidak tergantung
dosis.