You are on page 1of 5

ARTI LOGO LAMBANG PROPINSI SUMATERA BARAT

ARTI BENTUK
Bentuk perisai persegi lima, melambangkan bahwa propinsi Sumatera Barat adalah
merupakan salah satu dari daerah-daerah propinsi dalam lingkungan wilayah
negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar 1945.
Rumah Gadang/Balai Adat adalah tempat bermufakat atau tempat lahirnya filsafat
alam pikiran Minangkabau yang mashur, demokrasi menurut alur dan patut sebagai
lambang konsekwen melakanakan demokrasi.
Atap Masjid Bertingkat Tiga dan Bergonjong Satu melambangkan salah satu dari
bentuk rumah ibadah yang khas menurut arsitektur alam Minangkabau asli, yang
melambangkan agama Islam sebagai salah satu agama yang pada umumnya
dipeluk masyarakat.
Bintang Segi Lima melukiskan nur cahaya dari pada dasar Ketuhanan Yang Maha
Esa.
tap Rumah Gadang/Balai Adat Minangkabau Bergaya Tajam dan Runcing ke Atas
merupakan gaya pergas yang tangkas dalam seni bangunan khas alam
Minangkabau yang melambangkan sifat rakyatnya yang dinamis, bekerja keras dan
bercita-cita luhur untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.
Empat Buah Gonjong Rumah Adat/Balai Adat dan Sebuah Gonjong Mesjid yang
Menjulang Tinggi Keangkasa melambangkan keluruhan sejarah Minangkabau dari
zaman ke zaman dalam semboyan kata 'Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabulah '.
Gelombang Air Laut adalah suatu lambang dinamika dari masyarakt Minangkabau.

ARTI MOTTO
'Tuah Sakato' berarti sepakat untuk melaksanakan hasil mufakat/musyawarah dan
sebagai slogan kata (tanda kebesaran) yang terkandung dalam pribahasa Indonesia
'Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh'
ARTI WARNA
Warna dalam lambang ini berarti/bermakna:
Putih berarti suci,
Merah Jingga berarti berani,
Kuning Emas berarti agung,
Hitam Pekat berarti abadi, tabah, ulet/tahan tapo,
Hijau Cerah Bersrti harapan masa depan.

Nilai Budaya
Kebudayaan yang hidup dalam Propinsi Sumatera Barat disebut kebudayaan
Minangkabau. Berdasarkan pengamatan dan penelitian, kebudayaan ini cukup
kaya, bersumber dari nilai-nilai luhur yang ditinggalkan atau diwariskan para
nenek moyang. Kebudayaan ini pernah mengalami puncak keemasannya pada
jaman kejayaan Kerajaan Pagaruyung, khususnya semasa kepemimpinan Raja
Adityawarman.
Dewasa ini masyarakat Minangkabau yang terkenal teguh dalam memegang adat
berusaha untuk memelihara khasanah budaya peninggalan para leluhur.
Propinsi Sumatera Barat memiliki satu lembaga adat yang amat berwibawa, yang
terkenal dengan nama Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau atau
LKAAM. Lembaga ini memiliki wewenang besar dalam menentukan masalah-

masalah adat dan kebudayaan dalam masyarakat Minangkabau. Karena itu


sungguh tidak mengherankan kalau seseorang yang dipercayakan untuk memimpin
lembaga ini dianggap memiliki satu kelebihan tersendiri sebagai seorang tokoh
yang diterima kaum adat.
Pada umumnya hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan itu dapat dikategorikan
dalam empat bidang. Pertama adalah bidang kesejarahan serta permuseuman,
kedua adat-istiadat, bahasa dan sastra, ketiga kesenian, dan keempat perbukuan
atau perpustakaan.
Bangunan bersejarah di Sumatera Barat antara lain meliputi : Istana Pagaruyung,
museum Taman Bundo Kanduang di Bukittinggi, museum perjuangan rakyat,
rumah gadang di Koto Nan Ampek, rumah gadang di Padang Lawas, balairung sari
di Tabek serta mesjid di Ampang Gadang dan situs kepurbakalaan di Tanah Datar.
Falsafah Hidup Masyarakat setempat
Masyarakat Minangkabau dalam mengambil keputusan menggunakan motto :
"Bulek Aik Dek Pam Buluh, Buluk Kato De Mufakat", artinya segala sesuatu yang
akan diputuskan harus dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Motto bagi seorang pemimpin adalah :
"Tibo Dimato Dipiciangkan, Tibo Diparuk Dikampihkan", artinya bagi seorang
pemimpin harus bertindak adil, atau tidak pilih kasih.
Ada empat kriteria pokok seorang pemimpin menurut budaya Minangkabau :
Tinggi tampak jauah dan nan gadang jolong basuo, artinya tinggi kelihatan dari
jauh dan yang besar awal bertemu.
Tinggi dek dianjuang, gadang dek diambak (tinggi karena diangkat, besar karena
dipupuk), artinya keberadaanya diterima umat, kaum dan bangsa.

Tinggi menyentak rueh (tinggi karena ruas), artinya mempunyai integritas pribadi,
berilmu pengetahuan, berwawasan luas.
Pemimpin didahulukan salangkah, ditinggikan sarantiang, artinya pemimpin tidak
membuat jarak dengan rakyat.

You might also like