Professional Documents
Culture Documents
yang meningkat sejak 3 hari terakhir, disertia penurunan nafsu makan. Berak
berwarna hitam sejak 3 bulan yang lalu
Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Hernia Inguinalis
Tinjauan Pustaka
Riset
Diskusi
Data Pasien
Nama : Ny. R
Nama RS :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Telp :
Kasus
Audit
E-mail
Pos
No.
Registrasi
:
063467
Terdaftar sejak :
8. Junqueira, Carlos. Histologi Dasar Teks dan Altas Edisi X. 2007. Jakarta: EGC. Hal
196-197; 213-216
9. Histologi bloom fawset
10. Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiol 11th ed. USA: Mc Graw-Hill
Companies page 795-800
11. Stefan Silbernagl. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. Page
142-147
12. Prescott, Harley. Microbiology 5th edition. 2002. USA: The McGrawHill
Companies. Page 918-919
13. Ryan, Kenneth J. Sherris Medical Microbiology an Introduce to Infection Disease 4 th
Edition. 2004. The McGrawHill Companies. Page 380-384
14. Modern pharmacology with Clinical Applications 425-428
15. Laurence, L. Bruton. Goodman & Gilmans, The Pharmacological Basis of
Theurapeutics 11th edition. USA: The McGraw-Hill Companies. Page 967-972
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Ulkus Peptikum
2. Tata laksana pasien Ulkus Peptikum
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif :
Nyeri ulu hati yang meningkat sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan sejak sekitar 3
bulan yang lalu. Nyeri terutama dirasakan saat perut kosong. Nyeri tidak terasa
menjalar.
Buang air besar berwarna kehitaman sejak 3 bulan yang lalu. Konsistensi lunak.
2. Objektif :
a. Vital sign
KU
: sakit sedang
Kesadaran
: CMC
Suhu
: 36,8 0C
Berat badan
: 54 kg
Tinggi badan
: 154 cm
b. Pemeriksaan sistemik
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm,
refleks cahaya +/+ Normal
Telinga : Kelainan bawaan (-), sekret (-), serumen (+), nyeri tekan (-), bengkak
daerah mastoid (-)
Thoraks
Paru : Inspeksi
: normochest
Palpasi
: fremitus kiri=kanan
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: tidak membuncit
Palpasi
: distensi (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan + di epigastrium
Perkusi
: timpani
Auskultasi
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah rutin :
Hb
: 7 gr/dl
Leukosit : 7.400/mm3
Ht
: 36%
Trombosit : 329.000/mm3
GDR
: 82 mg/dl
Ur/Kr
: 20/1,1
Penatalaksanaan pasien ini ialah mengatasi perdarahan yang terjadi pada gaster
maupaun duodenum dengan pemberian obat-obatan, disertai transfui darah karena hb yang
rendah.
4. Plan :
Diagnosis : Ulkus peptikum + anemia post melena
Pengobatan :
Penanganan pasien di ruang rawatan
Diet DL II
IVFD RL 8jam/kolf
Inj. Pantoprazol 2x1 vial (IV)
Inj. Kalnex 3x1 amp (IV)
Inj. Vit K 3x1 amp (IV)
Sukralfat syr 3xC1 (PO)
Curcuma 3x1 tab (PO)
Transfusi PRC 2 unit
Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit ulkus peptikum dan
komplikasi yang dapat terjadi. Pola diet sehari-hari sangat berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya ulkus peptikum. Selain itu, gejala adanya perdarahan seperti
berak hitam juga harus cepat disadari, karena jika dibiarkan terlalu lama bias
berakibat terjadinya kehilangan darah kronis yang berujung pada anemia seperti pada
pasien ini. Mengonsumsi obat secara teratur sangat diperlukan untuk mengembalikan
keutuhan lambung dan mencegah terjadinya kekambuhan.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis apabila perdarahan tetap berlangsung
yang dapat diketahui dari buang air besar pasien. Pikirkan juga kemungkinan adanya
akut abdomen, karena hal ini dapat terjadi jika terjadi perforasi pada lambung.
TINJAUAN PUSTAKA
Ulkus yang
mengenai mukosa gaster disebut Ulkus Gaster sedangkan ulkus yang terjadi pada
duodenum disebut sebagai Ulkus Duodenum yang masing-masing memiliki ciri khas
masing-masing.
B. ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI LAMBUNG
Secara anatomi, lambung dibagi menjadi empat bagian, yaitu cardia, fundus, corpus,
dan pylorus. Cardia merupakan bagian atas yang langsung berhubungan dengan
esofagus, tepat di bawah sphincter esofagus setinggi vertebrae torakal ke-10 dan
berada di bagian posterior yang menghadap ke costae ke-7. Bagian kiri cardia
yang disebut Fundus merupakan bagian kubah di daerah sinistra yang langsung
bersentuhan dengan diafragma dan letaknya setinggi sulcus inercostal ke-5. Corpus
merupakan bagian tengah dari lambung yang berukuran paling besar. Corpus
dibatasi oleh pankreas dan bagian descenden diafragma. Sementara pylorus
merupakan
bagian
berbentuk
saluran/
cerobong
pada
bagian
ujung
dari
Gambar I.
Gambar 2. Sel
Parietal dalam
keadaan
istirahat dan
terstimulasi
Hidroclorida (HCl) dan Pepsinogen merupakan produk dari sekresi gaster yang
mampu menginduksi kerusakan pada mukosa. Sekresi asam pada gaster terjadi dalam
dua keadaan yakni pada keadaan basal dan pada keadaan terstimulasi. Pada keadaan
basal, produksi asam dipengaruhi oleh irama sirkadian impuls kolinergik melalui
nervus vagus dan impuls histaminergik yang berasal dari sumber gaster itu sendiri.
Pada keadaan ini, asam lambung mencapai level puncak pada malam hari dan
menurun hingga level terendah pada pagi hari.
Produksi asam lambung yang terstimulasi melalui tiga fase antaralain fase sefalik,
fase gastrik dan fase intestinal. Bentuk, aroma dan rasa makanan merupakan
komponen dari fase sefalik yang mampu mempengaruhi sekresi gaster melalui
stimulasi nervus vagus. Fase gastrik teraktivasi ketika makanan mencapai lambung,
dimana komponen nutrient menstimulasi Sel Arginafin untuk mensekresikan gastrin
yang mampu menstimulasi aktivasi dari sel parietal. Fase intestinal diinisiasi ketika
makanan mencapai duodenum. Fase penghasilan asam ini dapat dihambat oleh
hormone somatostatin yang dihasilkan oleh sel endokrin pada mukosa gaster.
Somatostatin dapat menghambat secara langsung (menghambat kerja sel parietal) dan
secara tidak langsung (menurunkan produksi histamin dan pelepasan hormone gastrin
dari sel argifinin). Fase sekresi asam lambung secara skematis dijelaskan pada
Gambar 3.
dan
Regulasinya
daerah cidera akan bermigrasi dan mengganti sel daerah yang rusak. Proses ini
diikuti dengan pembelahan sel yang membutuhkan suasana pH basa, pembuluh
darah yang tidak terganggu serta melibatkan beberapa factor pertumbuhan (EGF,
TGF, FGF) guna memodulasi proses resusitasi. Untuk kerusakan dengan ukuran
yang lebih besar, dibutuhkan proses proliferasi sel dengan regenerasi sel epitel.
Proses ini dimodulasi oleh prostaglandin dan factor pertumbuhan EGF, TGF.
Proses ini juga diikuti dengan proses angiogenesis dengan factor pertumbuhan
VEGF.
3. Pertahanan Submukosa
Sistem mikrovaskular pada lapisan submukosa merupakan komponen kunci dari
pertahanan
subepitel.
menetralkan H+
Mikrovaskular
memberikan
suplai
karbonat
yang
mengakibatkan terjadinya kematian pada sel epitel dan memicu terjadinya ulkus.
dengan analgesic opioid, obat ini tidak menimbulkan depresi SSP. Sebagai agen
anti inflamasi, NSAID digunakan secara luas dalam pengobatan nyeri kronik
seperti artritis rheumatoid, osteoarthritis, arthritis gout, dan ankhilosing
spondylitis.
NSAID bekerja dengan menghambat kerja dari COX (Cyclooxigenase) baik
COX-1 maupun COX-2. COX-2 adalah COX dominan yang memproduksi
prostaglandin selama proses inflamasi. Prostaglandin menimbulkan beberapa
manifestasi inflamasi local maupun sistemik seperti vasodilatasi, hyperemia,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, tumor dan dolor.
Prostaglandin
3.
Faktor
pathogenesis
yang
tidak
berhubungan
dengan NSAID
pada
Ulkus
Peptikum
Kebiasaan merokok memiliki keterlibatan dalam pathogenesis ulkus peptikum.
Pada perokok insidensi ulkus peptikum terjadi lebih sering dibandingkan pada
orang yang bukan perokok, menurunkan tingkat penyembuhan, mengganggu
respon terapi serta meningkatkan komplikasi. Beberapa hipotesis menyebutkan
rokok mampu menurunkan produksi bikarbonat pada duodenum proksimal,
peningkatan risiko infeksi Helicobater pylori dan menginduksi pembentukan
radikal bebas yang berbahaya terhadap mukosa.
E. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Nyeri abdomen adalah gejala umum yang ditemukan pada pasien dengan gangguan
pencernaan. Nyeri epigatrium pada ulkus peptikum dirasakan seperti terbakar atau
seperti digerogoti. Pola nyeri khas pada Ulkus duodenum yaitu nyeri muncul 90 3
jam setelah makan dan berkurang dengan makanan serta konsumsi antasida. Pada
Ulkus Gaster, nyeri dipicu oleh makanan dan mual serta ditemukan penurunan berat
badan. Nyeri yang terus menerus, menjalar hingga punggung tidak berkurang dengan
makanan atau antasida mengindikasikan adanya penetrasi ke pancreas. Nyeri yang
muncul tiba-tiba pada semua regio abdomen menunjukkan adanya perforasi. Pada
gejala nyeri yang disertai dengan muntah makanan yang belum tercerna
mengindikasikan adanya obstruksi lambung. BAB yang berwarna hitam menunjukkan
adanya perdarahan pada gaster.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan regio epigatrium. Pemeriksaan
fisik amat penting guna menegakkan adanya komplikasi dari ulkus. Takikardi
menunjukkan adanya dehidrasi sekunder akibat muntah atau kehilangan darah aktif
melalui saluran cerna. Nyeri tekan yang ditemukan pada semua regio abdomen
menunjukkan adanya perforasi lambung.
3. Diagnosis
Dengan gejala klinis yang tidak khas pada ulkus peptikum, dibutuhkan pemeriksaan
penunjang yang berperan dalam penegakkan diagnosis. Modalitas yang dapat
digunakan yaitu radiografi (barium enema) dan endoskopi. Radiografi dengan barium
paling umum digunakan untuk menegakkan ulkus peptikum. Tingkat sensitivitas
mencapai 90%. Sensitivitas ini menurun jika terdapat ulkus dengan ukuran < 0,5 cm,
adanya jaringan parut, atau pada pasien pasca operasi. Endoskopi lebih sensitif dan
spesifik dalam menilai gangguan gastrointestinal. Gambaran radiologi pada ulkus
peptikum dapat dilihat pada Gambar 8. Dengan endoskopi, memungkinkan untuk
melihat visualisasi langsung dari mukosa gaster dan duodenum, serta mampu
mengambil sampel jaringan untuk mengesampingkan kemungkinan keganasan.
Pemeriksaan endoskopi mampu mengidentifikasi lesi berukuran kecil yang tidak
dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologi. Gambar 9 memperlihatkan adanya ulkus
peptikum pada gaster dan duodenum.
produksi
prostaglandin.
Kemampuan
atau
kapasitas
fluoroquinolone.
Mekanismenya
adalah
dengan
hiperkalsemia,
insufisiensi
(milk-alkali syndrome).
Magnesium Hidroksida[Mg(OH)2]/ Aluminium hidroksida[Al(OH)3]
Mg(OH)2 + HCl MgCl2 + H2O
Al(OH)3 + HCl AlCl3 + H2O
Kedua senyawa ini bereaksi lama dengan HCl. Namun, tidak menyebabkan
sendawa karena tidak menghasilkan gas. Alkalosis metabolik juga jarang
terjadi. Hal ini
disebabkan garam
Mg
yang
tak
diserap
dapat
Manusia memiliki 4 jenis reseptor histamin dalam tubuh, yaitu reseptor H 1, H2,
H3 dan H4. Reseptor H2 di lambung salahsatunya berfungsi meningkatkan
sekresi gastrin yang pada akhirnya akan
lapisan tersebut
parietal
lambung. Di sini, prodrug terprotonasi (adisi proton atau H+) dan mengalami
aktivasi insitu menjadi sulfonamid tetrasiklik. PPI bekerja dengan memblokir
jalur akhir sekresi asam lambung. Bentuk aktif Sulfonamid akan berikatan
kovalen dengan gugus sulfihidril enzim H+/K+ ATPase (enzim
pompa
proton). Ikatan tersebut menyebabkan produksi asam lambung terhenti 8095%. Penghambatan bersifat ireversibel dan produksi asam baru dapat terjadi
kembali setelah 3-4 hari setelah pengobatan dihentikan.
Golongan Obat
Penekan Sekresi Asam
1. Antasida
Contoh Obat
Mylanta, Maalox
Dosis
100-140meq 1 3
sangat negatif akan berikatan dengan dasar ulkus/ erosi yang bermuatan
positif. Terbentuk barrier fisik sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut.
Barier ini akan memberi kesempatan sel dibawahnya untuk mensekresikan
Prostaglandin dan HCO3 untuk perbaikan mukosa.
Walaupun sukralfat dengan selektif menutupi ulkus, namun ia juga dapat
berikatan dengan berbagai obat lain, seperti, digoxin, phenytoin,
cimetidine, fluoroquinolone.
b. Analog Prostaglandin
Mukosa saluran cerna mensintesi sejumlah prostaglandin terutama PGE
dan PGF. Misoprostol adalah senyawa metil yang analog dengan PGE1.
Obat ini diserap dan dimetabolisasi menjadi bentuk metabolit yang aktif .
Waktu paruhnya sekitar 30 menit, sehingga butuh 3-4 kali minum per
hari. Walaupun Misoprostol dieksresikan melalui urin, tidak perlu
penurunan dosis pada pasien insufisiensi renal.
Misoprostol memiliki fungsi ganda, sebagai penghambat sekresi asam
sekaligus pelindung mukosa. Obat ini menstimulasi sekresi mukus dan
HCO3 dan meningkatkan laju darah di mukosa. Selain itu, obat ini juga
berikatan dengan reseptor Prostaglandin di sel parietal, menurunkan cAMP
yang distimulasi histamin, sehingga memberikan efek inhibisi asam
walaupun hanya sedikit.
Efek samping pada sejumlah pasien dilaporkan mengalami diare dan nyeri
abdomen. Prostaglandin juga memiliki fungsi lain seperti merangsang
kontraksi uterus, sehingga misoprostol
wanita hamil. Namun setelah melahirkan, obat ini dapat diberikan karena
mampu menghentikan perdarahan post-partum. Sampai saat ini belum
ditemukan adanya interaksi signifikan misoprostol dengan obat lain.
Obat
Triple Therapy
1. Bismuth subsalisilat
plus
Metronidazol plus
Tetrasiklin
2. Ranitidin Bismuth
citrate plus
Tetrasiklin plus
Claritromisin
3. Omeprazole plus
Claritromisin plus
Metronidazol atau
amoksisilin
Quadruple Therapy
Omeprazol
Bismuth subsalisilat
Metronidazol
Tetrasiklin
Dosis
2 tablet 4x sehari
250 mg 4x sehari
500 mg 4x sehari
400 mg, 2x sehari
500 mg , 2x sehari
500 mg, 2x sehari
20 mg, 2x sehari
250-500 mg, 2x
sehari
500 mg , 2x sehari
1 gram, 2x sehari
20 -30 mg/hari
2 tablet 4x sehari
250 mg 4x sehari
500 mg 4x sehari
Untuk kasus ulkus peptikum yang diinduksi oleh NSAID, intervensi yang harus
dilakukan adalah menghentikan penggunaan NSAID yang menyebabkan ulkus. Jika
tidak mungkin, NSAID dapat diganti dengan rejimen lain yang lebih selektif terhadap
COX-2 (celecoxib, rofecoxib) yang digunakan secara bersamaan dengan misoprostol,
atau Antagonis H2 dosis tinggi.