Professional Documents
Culture Documents
Fraktur kolum posterior : Fraktur jenis ini hanya termasuk bagian ischial dari tulang.
Seluruh permukaan retroasetabular telah tergeser dengan kolum posterior. Garis vertikal
yang memisahkan antara kolum anterior dengan kolum posterior telah bergeser kearah
inferior dan memasuki foramen obrurator. Fraktur ramus inferior biasanya berhubungan
dengan fraktur kolum posterior. Terkadang, garis fraktur melewati posterior ke foramen
obrurator dan membelah tuberositas ischial. Garis ilioischial tergeser dan terpisah dari
ujungnya.
Fraktur dinding anterior : merupakan cedera yang jarang terjadi. Fraktur dinding anterior
biasanya terjadi bersamaan dengan dislokasi anterior.
Fraktur kolum anterior : Fraktur rendah (low fracture) yang termasuk hanya bagian
superior ramus dan bagian pubik dari asetabulum. Fraktur tinggi (high fracture) dapat
termasuk didalamnya seluruh tepi anterior dari tulang.
Fraktur tranversus membagi tulang kedalam 2 bagian. Garis fraktur horizontal menggeser
asetabulum kepada beberapa level. Tulang pelbis dibagi menjadi bagian superior dan
bagian bawah. Bagian superior termasuk didalamnya illiac wing dan dasar dari
5. Penatalaksanaan Medis
1). Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan disertai
perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period).
2). Seluruh Fraktur
a Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Reduksi urgensi pada kasus fraktur acetabulum, yaitu :
a) Reduksi tertutup dari dislokasi posterior dalam keadaan emergensi
b) Untuk Fraktur-Dislokasi sentral, traksi longitudinal skeletal dengan upper
tibia atau lower femur dengan menggunakan steinmann pin dan bila
diperlukan, skin traksi lateral (reduksi dalam keadaan anestesi umum
terkadang diperlukan).
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara
optimun. Dapat
juga
diartikan Reduksi
adalah
arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode
pemasangan traksi antara lain :
Traksi manual
Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada
keadaan emergency.
Traksi mekanik, ada 2 macam :
- Traksi kulit (skin traction)
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal
otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
-
Traksi skeletal
penyembuhan fraktur.
ORIF
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi
pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran. Internal fiksasi
ini berupa Intra Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang
dengan tipe fraktur tranvers.
Reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF=open reduction and internal
fixation) diindikasikan pada kegagalan reduksi tertutup, bila dibutuhkan reduksi dan
fiksasi yang lebih baik dibanding yang bisa dicapai dengan reduksi tertutup.
Retensi/Immobilisasi
6. Pathway
Trauma langsung
Kondisi patologis
Fraktur
Diskontinuitas tulang
Nyeri Akut
Spasme otot
Tekanan sumsum tulang lbh tinggi dari kapiler
Deformitas
Pelepasan histamin
Bergabung dg trombosit
Laserasi kulit
Edema
Emboli
Melepaskan katekolamin
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Kerusakan integritas
kulit
Perdarahan
Resiko Infeksi
Kehilangan volume cairan
a. Data Subjektif
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas :
1)
Pengumpulan Data
a) Anamnesa
1.
Identitas Klien
2.
Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :
a.
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
b.
c.
d.
e.
3.
4.
5.
6.
7.
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehariharinya seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi
klien bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan
faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain
itu juga obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien
terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko
untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga
dan
dalam
maupun bentuk.
Pemeriksaan head-to-toe :
1. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala
2. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan).
3. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
4. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
5. Mulut dan Gigi
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut
tidak pucat.
6. Leher
3. Perencanaan Keperawatan
No
Diagnosa
.
1.
Keperawatan
Nyeri
akut NOC :
NIC:
Pain level
Pain management
berhubungan
Pain control
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen cidera Comfort level
komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil
a. Mampu mengontrol nyeri
karakteristik, durasi, frekuensi,
(tahu
penyebab
mampu
tehnik
nyeri,
menggunakan
nonfarmakologi
dengan
menggunakan
Intervensi
komunikasi
untuk
mengetahui
managemen nyeri
lampau
c. Mampu mengenali nyeri f. Evaluasi bersama pasien dan tim
(skala,
intensitas,
kesehatan
lain
ketidakefektifan
tentang
kontrol
nyeri
masa lampau
g. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari
dan
menemukan
dukungan
h. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan
i. Kurangi faktor presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi
dan
interpersonal)
k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan
tentang
teknik
nonfarmakologi
m. Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol
nyeri
o. Tingkatkan istrihat
p. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
q. Monitor
penerimaan
pasien
dan
derajat
nyeri
untuk
pengobatan
nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah
pemberian
anlgesik
pertama kali
i. Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
j. Evalusi efektivitas analgesic,
2.
Hambatan
NOC:
Joint movement : active
mobilitas
fisik
Mobility level
berhubungan
Self care : ADLs
dengan
dan
bantu
penuhi
Resiko infeksi
posisi
bagaimana
dan
berikan
untuk
timbulnya
d. Jumlah
leukosit
batas normal
e. Menunjukkan
dalam
perilaku
hidup sehat
dan
dressing
sesuai
infeksi
kandung
kencing
k. Tingkatkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotic bila
perlu
Infection protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
b. Monitor hitung granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
f. Pertahankan teknik isolasi k/p
g. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
h. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa
i. Terhadap kemerahan, panas, dan
drainase
j. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah
k. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
l. Dorong masukan cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotic sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan keluarga
4.
Resiko
syok NOC
Syok prevention
hipovolemik
Syok management
Kriteria hasil
a. Nadi dalam batas yang
diharapkan
b. Irama jantung dalam batas
yang diharapkan
c. Frekunsi napas
dalam
oksigenasi jaringan
Monitor suhu dan pernafasan
Monitor input dan output
Pantau nilai labor:
HB, HT, AGD, dan elektrolit
Monitor hemodinamik invasi
yang sesuai
Monitor tanda dan gejala asites
Monitor tanda awal syok
Tempatkan pasien pada posisi
supine,
kaki
elevasi
untuk
yang tepat
l. Berikan vasodilator yang tepat
m. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang
tanda
dan
gejala
datangnya syok
n. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk mengatasi
gejala syok
Syok management
a. Monitor fungsi neurologis
b. Monitor fungsi renal (e.g BUN
dan Cr Lavel)
c. Monitor tekanan nadi
d. Monitor status cairan,
input,
output
e. Catat gas darah arteri dan oksigen
di jaringan
f. Monitor EKG
g. Memanfaatkan pemantauan jalur
arteri
untuk
meningkatkan
memonitor
jaringan
oksigenasi
i. Memantau tren dalam parameter
hemodinamik
MAP,
(misalnya
tekanan
pulmonal/arteri)
j. Memantau
factor
pengiriman
jaringan
(misalnya
PaO2
CPV,
kapiler
penentu
oksigen
kadar
sublingual
dan/atau tonometry
NIC
Peripheral sensation management
a. Monitor adanya daerah tertentu
Ketidakefektifan
NOC
Circulation status
perfusi
jaringan
Tissue perfusion : cerebral
perifer
Kriteria hasil
yang hanya peka terhadap
Mendemonstrasikan
status
berhubungan
panas/dingin/tajam/tumpul
sirkulasi
yang
ditandai
dengan
nyeri
b. Monitor adanya paretese
dengan:
c. Instruksikan keluarga untuk
ekstermitas
a. Tekanan
systole
dan
mengobservasi kulit jika ada lesi
diastole dalam rentang
atau laserasi
yang diharapkan
d. Gunakan sarung tangan untuk
b. Tidak
ada
ortostatik
proteksi
hipertensi
e. Batasi gerakan pada kepala,
c. Tidak ada tanda-tanda
leher, dan punggung
peningkatan
tekanan f. Monitor kemampuan BAB
g. Kolaborasi pemberian analgetik
intracranial (tidak lebih
h. Monitor adanya tromboplebitis
dari 15 mmHg)
i. Diskusikan mengenai penyebab
Mendemonstrasikan
perubahan sensasi
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan:
a. Berkomuniakasi
dengan
perhatian,
e. Menunjukkan
sensori
yang
fungsi
motori
utuh
cranial
tingkat
Kerusakan
integritas
kulit
gerakan-gerakan
involunter
NOC
Tissue integrity : skin and
NIC
Pressure management
a. Anjurkan
pasien
untuk
mucous membranes
Hemodyalisis akses
menggunakan pakaian yang
dengan imobilisasi Kriteria hasil
longgar.
a. Integritas kulit yang baik
fisik
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
bisa
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit agar tetap
berhubungan
(sensai,
temperature,
elastisitas,
hidrasi,
antiseptic
sesuai program
f. Ganti balutan pada interval waktu
yang sesuai atau biarkan luka
tetap
terbuka
(tidak
dibalut)
sesuai program
Dialysis acces maintenance
Refrensi
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Volume 1. Jakarta: EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Nursing Diagnoses: Definition Classification
2012-2014. United State of America: Sheridan Books, Inc.
Iowa Outcomes Project. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC): Fourth Edition.
Missouri: Mosby, Inc.
Iowa Outcomes Project. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC): Fifth Edition.
Missouri: Mosby Year Book, Inc.
Ircham Machfoedz, 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di
Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
McCloskey, Joanne et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). United State of
America: Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008. Nursing Outcome Clasification (NOC). United State of America:
Mosby
North American Nursing Diagnosis Association. 2009. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2012-2014. Philadelphia
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA
Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta : EGC
Gunawan,
Hendri.
Fraktur.
[Online]
Terdapat
pada: