Professional Documents
Culture Documents
trauma. Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah
uterus berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi dengan buruk
meningkatkan perdarahan dan nyeri.
d. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran
darah yang meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uterus.
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi secara
cepat dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini pesien
mengeluarkan banyak sekali urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat, dengan meningkatnya vascular pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan. Pada persalinan per
vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml sedangkan dalam persalinan SC
pengeluarannya dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar
hematokrit.
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah pasien
relative akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan
akan menimbulkan dekompensasio kordis pada pasien dengan vitum kardio. Keadaan
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan adanya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti kondisi awal.
e. Serviks
Perubahan- perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir, bentuk
serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uterus
yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga
seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensi lunak, kadang- kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil terjadi selama berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi
ke keadaan seperti sebelum hamil.
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menuutup
secara perlahan dan bertahap, setelah bayi lahir tangan dapat masuk kedalam rongga
Rahim, setelah dua jam hanya dapat dimasuki dua atau tiga jari.
f. Perineum
evaluasi
konsistensi
uterus
sambil
melakukan
massase
untuk
mempertahankan kontraksinya. Pada saat yang sama derajat penurunan serviks dan uterus
kedalam vagina dapat dikaji. Kebanyakan pada uterus sehat dapat melakukan kontraksi
sendiri.
Apabila bidan menetapkan bahwa uterus yang berelaksasi merupakan indikasi akan
adanya atonia, maka segera lakukan pengkajian dan penatalakasanaan yang tepat.
Kegagalan mengatasi atonia dapat menyebabkan kematian ibu. Saat pengkajian, factorfaktor yang perlu untuk di pertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Konsistensi uterus: uterus harus berkontraksi efektif, teraba padat, dan keras.
2. Hal yang perlu diperhatikan terhadap kemungkianan terjadinya relaksasi uterus.
pada
kehamilan
kembar,
Pemeriksaan Kala IV
a. Serviks
indikasi pemeriksaan serviks.
1. Aliran perdarahan pervagina berwarna merah terang dari bagian atas tiap laserasi
yang dapat diamati, jumlahnya menetap atau sedikit setelah kontraksi uterus
2.
3.
4.
5.
6.
dipastikan.
Persalinan cepat atau presipitatus.
Manipulasi serviks selama persalinan, misalnya untuk mengurangi tepi anterior.
Dorongan maternal (meneran) sebelum dilatasi maksimal.
Kelahiran per vagina dengan tindakan, misalnya ekstraksi vakum atau forcep.
Kelahiran traumatic, misalnya dystocia bahu.
Adanya salah satu dari factor di atas mengindikasikan kebutuhan untuk pemeriksaan
serviks secara spesifik untuk menentukan langkah perbaikan. Inspeksi serviks tanpa
adanya perdarahan persisten pada persalinan spontan normal tidak perlu secara rutin
dilakukan.
b. Vagina
Pengkajian kemungkinan robekan atau laserasi pada vagina dilakukan setelah
pemeriksaan robekan pada serviks. Penentuan derajat laserasi dilakukan pada saat ini
untuk menentukan langkah penjahitan.
c. Perineum
Berat ringannya robekan perineum terbagi dalam 4 derajat yaitu :
Spingter ani.
Derajat 4 : Mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
Spingter ani, dinding depan rectum.
2.
PEMANTAUAN KALA IV
Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama
kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV, petugas harus memantau ibu setiap
15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menitpada jam kedua
setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus di pantau lebih sering.
a. Tanda vital
1. Tekanan darah dan Nadi
Selama satu jam pertma lakukan pemantauan pada tekanan darah dan nadi setiap 15
menit dan pada ssatu jam kedua setiap 30 menit.
2. Repirasi dan suhu
Lakukan pemantauan respirasi dan suhu setiapjam selama 2 jam pertama
pascapersalinan.
b. Fundus
Rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau di bawah umbilicus. Periksa
fundus :
- Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan.
- Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
- Massase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi.
c. Plasenta
Periksa kelengkapannya untuk memsatikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa dalam
uterus.
d. Selaput ketuban
Periksa kelengkapannya untuk memsatikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa dalam
uterus.
e. Perineum
Periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan jahitan.
f. Memperkirakan pengeluaran darah
Dengan memperkirakan pengeluaran darah yang menyerap pada kain atau dengan
menentukan berapa banyak kantong darah 500 cc dapat terisi.
- Tidak meletakan pispot pada ibu untuk menampung darah.
- Tidak menyumbat vagina dengan kain untuk menyerap darah.
- Pengeluaran darah abnormal > 500 cc.
g. Lochia
Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa uterus. Jika uterus
berkontraksi kuat, lochia kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.
h. Kandung kemih
Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh
mendorong uterus ke atsa dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.
i. Kondisi ibu
- Periksa setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30
menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus
di pantau lebih sering.
- Apakah ibu membutuhkan minum ?
- Apakah ibu ingin memegang bayinya ?
j. Kondisi bayi baru lahir
- Apakah bayi bernapas dengan baik/memuaskan ?
- Apakah bayi kering dan hangat ?
- Apakah bayi siap disusui/ pemberian ASI memuaskan ?